JEO - Entertainment

Aktor Laga Indonesia
di Hollywood

Kamis, 8 Agustus 2019 | 21:23 WIB

Kreativitas bintang laga Indonesia sudah dihargai di Hollywood. Tak hanya sebagai aktor tapi juga bahkan sebagai koreografer.

GENRE film action di industri perfilman Indonesia sedang bergairah. Sejak kemunculan film Merantau (2009) dan The Raid (2011), kualitas produksi film action nasional makin terasa meyakinkan. 

Salah satu elemen penting dalam film genre action, tentu saja, adalah kecakapan laga sang aktor. Tanpa itu, sinematografi seperti apa pun tak akan cukup kuat bagi film bergenre "bak buk".

Namun, kabar gembira dari genre ini tak berhenti di situ. Aktor-aktor laga yang menggairahkan film action di dalam negeri pun telah merambah layar lebar internasional.

GETTY IMAGES/GEORGE PIMENTEL VIA IMDB
Iko Uwais (nomor dua dari kanan), Gareth Evans (nomor tiga dari kanan), Yayan Ruhian (nomor dua dari kiri), dan Julie Estelle, saat bermain bersama dalam film The Raid 2 (2014)

Kompas.com mencatat empat aktor Indonesia yang berjaya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di industri Hollywood. Tak ecek-ecek pula film-nya, setidaknya ditilik dari deretan aktor utama yang bermain bersama mereka.

Keempat aktor laga nasional itu adalah Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim, dan Cecep Arif Rahman. Catatan kiprah dan kisah mereka akan menjadi segmen-segmen tersendiri dalam JEO ini. 

Seperti apakah itu?

IKO UWAIS

NAMA Iko Uwais mulai dikenal publik setelah membintangi film Merantau (2009). Adalah Gareth Evans yang menemukan bakat Iko dan mengajaknya bermain film. 

Saat itu, Evans sedang membuat film dokumenter tentang pencak silat. Iko menjadi salah satu pesilat dan aksinya memikat Evans. 

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Artis peran laga dan pesilat Iko Uwais berpose seusai menjalani sesi wawancara di kantor Redaksi Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Jumat (16/3/2012). Pemeran Yuda dalam film laga Merantau ini akan kembali berakting dalam film laga garapan sutradara Gareth Evans, The Raid, sebagai Rama.

Evans menilai Iko memiliki kharisma. Film Merantau menjadi debut Iko sekaligus membuat dia banting setir, dari sopir di perusahaan telekomunikasi menjadi aktor laga. 

Kolaborasi Evans dan Iko berlanjut di film The Raid 1 dan The Raid 2. Dua film ini melambungkan nama Iko sebagai aktor sekaligus koreografer film-film action.

Berkat penampilannya di film The Raid pula, Iko dilirik Hollywood. Kesempatan pertama dia dapat di Film Man of Tai Chi (2013). Iko berperan sebagai Gilang Sanjaya di film yang disutradarai aktor Keanu Reeves ini.

SONY PICTURES CLASSICS/AKHIRWAN NURHAIDIR VIA IMDB
Iko Uwais (nomor dua dari kanan) dalam salah satu adegan The Raid 2 (2014)

Dua tahun berselang, Iko kembali mendapat peran di film Hollywood. Kali ini, dia berperan sebagai Razoo Qin-Fee dalam film Star Wars: The Force Awakens (2015). Iko beradu akting dengan aktor kawakan Harrison Ford.

Dalam film Star Wars: The Force Awakens (2015), Iko beradu akting dengan Harrison Ford.

Langkah Iko Uwais di Hollywood semakin jauh. Ia membintangi film Beyond Skyline (2017), berperan sebagai Sua, pemimpin kelompok bawah tanah.

Peran penting juga didapatkan Iko dalam film Mile 22 (2018). Bermain bersama aktor Mark Wahlberg dan pegulat perempuan Ronda Rousey, dia berperan sebagai Li Noor dalam film karya sutradara Peter Berg ini.

Karier Iko semakin moncer. Pada 2019, ada dua film internasional Iko yang masuk daftar tayang, yakni Triple Threat dan Stuber.

KOMPAS.com/TRI SUSANTO SETIAWAN
Iko Uwais berpose dalam jumpa pers pemutaran film Stuber di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019).

Di Triple Threat, Iko bermain bersama aktor asal Thailand, Tony Jaa, dan aktor asal Tiongkok, Tiger Hu Chen. Mereka bertiga memainkan karakter kelompok pembunuh bayaran. Triple Threat tayang pada April 2019.

Adapun Stuber yang diproduksi  20th Century Fox adalah film Iko bersama aktor pemeran Drax dalam film Guardians of the Galaxy, Dave Bautista.

Moncer di Hollywood, Iko juga masih berkiprah di film laga produksi Tanah Air. Dia antara lain bermain di Headshot dan The Night Comes For Us.

Iko bersama Uwais Team juga didapuk oleh beberapa rumah produksi untuk menggarap koreografi film.

Dalam sebuah acara yang dihadiri Kompas.com, Iko mengaku banyak memetik pelajaran tentang bagaimana menjadi aktor film laga.

STX Entertainment
Iko Uwais beraksi dalam film laga Mile 22.

Iko tidak mau membandingkan produksi di dalam negeri dengan di luar negeri. Yang jelas, kata Iko, kreativitas bintang laga Indonesia sudah dihargai di Hollywood.

"Aktor Indonesia enggak dipandang sebelah mata lagi," kata Iko dalam salah satu kesempatan.

Kesempatan itu hanya menunggu waktu.

Menurut dia, capaian dirinya di layar lebar besutan Hollywood bersama sejumlah aktor laga lain bahkan melebihi ekspektasi.

"Teman-teman sudah banyak prestasinya di luar ekspektasi, Joe (Joe Taslim), Yayan (Yayan Ruhian), Cecep (Cecep Arif Rahman) bekerja di luar negaranya, pengalaman yang enggak bisa dibayar dengan uang," tutur Iko.

Meski baru empat nama yang kini berseliweran di Hollywood, Iko yakin akan ada kesempatan pula bagi para aktor Indonesia lain berkiprah di pusat industri perfilman dunia itu.

"Kesempatan itu hanya menunggu waktu," tegas Iko.

Karier Iko tidak sebatas sebagai pemain. Lewat beberapa film, Iko juga dilibatkan sebagai penata laga film dalam dan luar negeri.

Dok. Beyond Skyline
Artis peran Indonesia Iko Uwais berperan sebagai Sua dalam film Beyond Skyline.

Iko mengaku terkesan pada kepercayaan rumah produksi. Menurut Iko, hal itu merupakan sebuah kesempatan mengenalkan beladiri pencak silat dalam sebuah layar lebar.

"Seperti produksi film di Hollywood, mereka sebegitu antusiasnya dan mau banget pakai style pencak silat. Tapi, saya enggak pakai satu atau dua klub (untuk variasi gerakan). Jadi setiap saya main film, mereka percayakan jabatan koreografer di setiap film kepada saya dan itu pencak silat," kata Iko.

YAYAN RUHIAN

SILAT sudah mendarah daging bagi Yayan Ruhian. Lewat kemampuan silatlah nama Yayan mulai dikenal publik secara luas, terutama setelah menjadi aktor laga.

Debut Yayan di industri layar lebar adalah lewat film berjudul Merantau (2009). Yayan berperan sebagai Eric, pemuda Minang yang merantau ke Jakarta. Pekerjaan Erik adalah membersihkan "kekotoran" di bisnis kriminal.

GEORGE PIMENTEL VIA IMDB
Yayan Ruhian saat bermain di film Berandal.

Dua tahun kemudian, nama Yayan melambung berkat perannya sebagai Mad Dog, karakter antagonis dalam film The Raid karya sutradara Gareth Evans.

Mad Dog merupakan tangan kanan gembong penjahat yang memiliki keahlian silat tinggi dan kejam.

Lewat film itu, juga dikenal pertarungan epik tangan kosong antara Mad Dog dengan Sersan Jaka yang diperankan artis peran Joe Taslim.

Dalam sekuel The Raid, The Raid 2: Berandal, Yayan kembali beraksi. Kali ini dia berperan sebagai Prakoso, lagi-lagi jago beladiri tetapi berpenampilan lebih kalem.

Pada 2015, Yayan menorehkan sejarah untuk Indonesia lantaran menjadi aktor Indonesia yang bermain dalam film saga Star Wars.

SONNY PICTURES CLASSICS VIA IMDB
Tendangan Yayan Ruhian (kanan) dalam adegan film The Raid 1 (2011)

Yayan berperan sebagai Tasu Leech di film Star Wars: The Force Awakens.

Karier Yayan semakin manis. Ia digandeng oleh sutradara O'Donnel untuk bermain di film Beyond Skyline (2017) sebagai The Chief.

Lalu, pada 2019, Yayan bermain film John Wick: Chapter 3–Parabellum bersama Cecep Arif Rahman.

Dalam film arahan sutradara Chad Stahelski, Yayan dan Cecep berperan sebagai pembunuh bayaran dan menghadapi tokoh utama John Wick yang diperankan oleh Keanu Reeves.

Jauh sebelum Yayan berkecimpung di dunia film, Yayan adalah pelatih dan pemimpin perguruan Pencak Silat Tenaga Dasar (PSTD) Indonesia. Yayan sudah menekuni bela diri sejak usia 13 tahun.

Dasar kemampuannya itu tidak hanya membawa nama Yayan sebagai seorang aktor laga. Dia juga dipercaya menjadi penata laga film-film action.

Salah satu tugas yang pernah diemban Yayan adalah mengerjakan koreografi film Wiro Sableng 212.

SONNY PICTURES CLASSICS VIA IMDB
Salah satu aksi laga Yayan Ruhian dalam film The Raid (2011)

Dalam perbincangan dengan Kompas.com beberapa waktu lalu, Yayan mengatakan bahwa capaian yang ia raih saat ini di luar pemikirannya.

Jangankan berharap, menaruh angan untuk menjadi aktor laga pun tak pernah ada di benaknya. Pemikiran sederhana Yayan saat itu adalah bagaimana menjalani hidup sebagai pengajar silat.

Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari sekarang.

"Sama sekali tidak (terpikir). Bahkan, saya pun tidak pernah bercita-cita jadi seorang aktor. Tapi karakter ini jadi bagian hidup saya. Ya sudah, inilah alur yang Tuhan siapkan untuk saya," kata Yayan.

Seiring waktu, Yayan semakin dikenal sebagai aktor laga berbakat, bahkan sampai ke luar negeri. Yayan bercerita, pemain Indonesia yang berkarier di luar negeri cukup diistimewakan.

"Saya tahu itu dari teman-teman yang terlibat di luar atau Hollywood itu tak melalui proses casting, tapi langsung diminta oleh produser atau sutradaranya. Mereka melihat langsung kemampuan kita seperti apa," kata Yayan.

Sejauh ini, Yayan cukup bangga dengan kariernya dan akan terus berkarier lebih baik lagi. Tidak ada target yang dibidik Yayan ke depan.

Yayan berkeyakinan, apa pun yang dilakukan dengan kemampuan terbaik akan mendapatkan hasil yang terbaik pula.

"Target saya cuma ingin melakukan yang terbaik. Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari sekarang. Itu saja," kata Yayan.

JOE TASLIM

JOE Taslim. Namanya sudah tidak asing di telinga penikmat film nasional. Lewat kepiawaiannya berakting laga, nama Joe bahkan dikenal di industri Hollywood.

Jauh sebelum berakting, Joe adalah atlet judo. Prestasinya di atas matras pun membanggakan.

Misalnya, Joe menyabet beberapa medali emas di kejuaraan nasional, satu medali emas di South East Asia Judo Championship Singapore 1999, dan satu medali perak di SEA Games 2007.

IMDB
Joe Taslim dalam film The Raid (2011)

Namun, putra dari pasangan Mardjuki Taslim dan Maria Goretty memutuskan pensiun dari dunia olahraga karena mengalami cedera.

Joe pun banting setir menjadi seorang pemain film. Film horor Karma (2008) adalah debut Joe di industri layar lebar. Setahun kemudian, Joe kembali bermain di film drama berjudul Rasa.

Setelah dua film tersebut, pemilik nama lengkap Johannes Taslim ini menjajal genre action. Lewat film The Raid (2011) karya sutradara Gareth Evans, nama Joe mulai melambung.

Dalam film itu, Joe berperan sebagai Sersan Jaka. Karakternya, pemimpin pasukan elite yang bertugas menumpas kriminal di sebuah blok apartemen yang dihuni oleh gangster, penjahat, pembunuh, dan gembong narkoba.

Setelah itu, Joe bermain film action-horor Dead Mine (2012) bersama dua aktor lain asal Indonesia, yaitu, Ario Bayu dan Mike Lewis.

Setahun kemudian, publik digemparkan dengan informasi bahwa Joe terlibat dalam film garapan rumah produksi asal Hollywood, Fast and Furious 6 (FF6).

Film ini melibatkan banyak aktor Hollywood papan atas seperti Dwayne Johnson, Vin Diesel, Gal Gadot, Michelle Rodriguez, Jordana Brewster, Tyrese Gibson, Sung Kang, Jason Statham, dan—tentu saja—mendiang Paul Walker.

Dalam film tersebut, Joe berperan sebagao tokoh antagonis bernama Jah. Dia adalah anak buah Owen Shawa (Luke Evans) dengan kemampuan beladiri hebat. 

Adegan fenomenal Jah terjadi saat melawan Han (Sung Kang) dan Roman (Tyrese Gibson). Mereka adalah anak buah Dom (Vin Diesel).

Dua tahun kemudian, Joe kembali terlibat produksi film Hollywood Star Trek Beyond (2016).

Dalam film Hollywood keduanya itu, Joe mendapatkan peran antagonis sebagai Manas alias Anderson Lee. Manas yang berwujud alien adalah tangan kanan Krall yang diperankan Idris Elba.

Tidak hanya lewat film layar lebar, Joe juga melambung di luar Indonesia lewat film serial televisi produksi Amerika Serikat, Warrior. Joe berperan sebagai Li Yong, Letnan Tong, dan master kung fu.

Seri televisi ini arahan sutradara Justin Lin ini mengambil latar belakang Perang Tong yang brutal di Chinatown, San Francisco, AS, pada akhir 1800-an. 

Naskah seri 10 episode yang ditulis oleh Jonathan Tropper itu terinspirasi dari materi asli yang ditulis oleh Bruce Lee.

SCREENPLAY FILMS
Artis peran Joe Taslim (kanan) dan Chandra Liow beradu akting dalam film action-comedy Hit & Run.

Selain bermain film Hollywood, Joe juga merambah industri film Korea Selatan. Dia memulainya dengan bermain di film Swordsman.

Dalam Swordsman, Joe berperan sebagai Gurutai yang merupakan ahli pedang dari kerajaan Diniasti Qing dan dikenal kejam.

Lewat film tersebut, Joe harus menguasai Kumdo, seni bela diri modern Korea yang berasal dari seni pedang Kendo dari Jepang. Joe juga dituntut mempelajari dialog dalam bahasa Korea dan bahasa Manchuria untuk film tersebut.



Meskipun Joe melanglang buana di industri perfilman internasional, ia tetap tidak melupakan industri film Tanah Air.

Pada 2018, Joe terlibat dalam film The Night Comes For Us karya sutradara Timo Tjahjanto. Film ini tayang di jaringan Netflix.

Terbaru, Joe bermain di film Hit & Run. Selain sebagai pemain, Joe yang memerankan karakter polisi bernama Tegar Saputar juga bertindak sebagai produser kreatif.

Memiliki dasar ilmu beladiri akan lebih memudahkan aktor laga.

Saat berbincang dengan Kompas.com, Joe mengatakan, karier yang ia jalani saat ini tidak bisa dilepaskan dari kemampuan beladiri yang ditekuni sebelum ini. Joe mengaku beruntung memiliki dasar tersebut.

"Karena kan saya jadi punya basic. Saya punya fisik, mental yang terlatih, jadi masuk ke adegan laga enggak mulai dari nol," ujar Joe.

Menurut Joe, hal itu tidak hanya berlaku untuk dirinya. Memiliki dasar ilmu beladiri akan lebih memudahkan siapa pun aktor laga tersebut. 

"Bahkan mereka enggak akan melewati proses pengenalan, penguatan. Proses itu mereka sudah lewati. Jadi mereka (langsung) masuk ke proses koreografi. Itu sih suatu yang pasti dinamis dan otomatis," kata Joe.

Terkait dengan kariernya bermain film-film internasional, Joe menganggapnya sebagai keberuntungan. Menurut dia, kesempatan akan selalu ada pada aktor-aktor Indonesia.

SONNY PICTURES CLASSICS VIA IMDB
Aksi Joe Taslim (kiri) dalam The Raid (2011)

Terlebih lagi, ujar Joe, para pelaku industri luar negeri sudah mulai memperhitungkan Indonesia setelah melihat kiprahnya bersama Iko Uwais, Yayan Ruhian, dan Cecep Arief Rahman. 

"Secara yang saya tahu, bagus responsnya. Film kami dari The Raid 1, The Raid 2, The Night Comes For Us, Headshot, itu responsnya sangat bagus dan sangat baik," kata Joe.

Lantas bagaimana Joe akan berkarier dalam 5 atau 10 tahun ke depan di industri film?

"Saya pastinya akan tetap di dunia film sih. Enggak akan pensiun pastinya. Ke depan, 10 tahun lagi, akan tetap berkarier atau bahkan sebagai aktor, kreatif produser. Intinya sih belum pensiun," tutup Joe.

Yang terbaru, Joe Taslim didapuk memerankan karakter Sub-Zero dalam film live action Mortal Kombat. Saat ini Joe mulai menjalan syuting film tersebut di Australia.

CECEP ARIF RAHMAN

CECEP Arif Rahman, biasa dipanggil Kang Cecep, adalah aktor laga yang awalnya guru silat. Di dunia persilatan, Cecep belajar silat sejak 1986 di perguruan Panglipur di Garut, Jawa Barat.

KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Cecep Arif Rahman pemain film Juara berpose di Bentara Budaya Jakarta, usai diwawancara oleh awak redaksi Kompas.com, Jakarta, Kamis (31/3/2016).

Pada 1991, Cecep menjadi pengajar silat. Lalu, Cecep mulai mengikuti berbagai kejuaraan dan festival silat di dalam dan luar negeri.

Titik awal karier Cecep sebagai aktor laga dimulai saat dilibatkan artis peran Iko Uwais dalam film The Raid 2: Berandal. Cecep berperan sebagai The Assassin yang jago memainkan senjata kerambit.

Pertarungan antara The Assassin dengan Rama, karakter yang diperankan Iko, menjadi adegan ikonik dalam film karya sutradara Gareth Evans tersebut.

MERANTAU FILMS
Iko Uwais dan Cecep Arif Rahman (kanan) dalam The Raid 2: Berandal (2014).

Kemampuan beladiri Cecep rupanya memikat hati sutradara film Hollywood.

Bersama Iko Uwais dan Yayan Ruhian, Cecep ambil bagian dalam film Star Wars: The Force Awakens (2015). Peran Cecep sebagai anggota Kanjiklub Gang.

Pada 2019, Cecep kembali terlibat dalam film produksi Hollywood. Dia bermain di film John Wick: Chapter 3-Parabellum yang dibintangi Keanu Reeves dan Halle Berry.

Dalam film karya sutradara Chad Stahelski ini, Cecep menjadi anggota kelompok pembunuh bayaran. Kerambit menjadi senjata andalan Cecep dalam film ini, sama halnya ketika Cecep bermain film The Raid 2: Berandal.

INSTAGRAM/LIFELIKE PICTURES
Cecep Arif Rahman berperan sebagai karakter jahat Bagaspati dalam film Wiro Sableng.

Kiprah Cecep tidak hanya sebagai aktor. Dalam beberapa produksi film laga dalam negeri, Cecep juga didapuk menjadi penata laga.

Selain memerankan karakter Asarot dalam film 3: Alif Lam Mim, Cecep juga menjadi penata laga film tersebut. Begitu juga dalam film action Foxtrot Six dan yang terbaru Gundala karya sutradara Joko Anwar.

Simak juga: VIK Wiro Sableng: Dari Rak Buku ke Layar Lebar