JEO - Entertainment

Artis Indonesia
dan Moge,
Sekadar Hobi dan Gaya?

Selasa, 9 Juli 2019 | 11:57 WIB

Sederet artis diketahui punya hobi mengoleksi dan menunggangi motor gede (moge). Namun, apakah mereka semata bergaya dengan kuda besi tunggangannya itu? 

Ini adalah bagian kedua dari dua tulisan soal para artis dan kuda besi tunggangannya. 

"You do not need a therapist if you own a motorcycle, any kind of motorcycle!"

~Dan Aykroyd (musisi dan aktor Hollywood)~

 

BUKAN hobi namanya bila tak memiliki nilai bagi pelakonnya. Namun, banyak yang beranggapan bahwa hobi hanya menghabiskan uang.

Dalam bagian pertama tulisan soal para artis dan motor gede (moge) tunggangannya, sejumlah artis berbagi cerita tentang awal mula perkenalan mereka dengan kuda-kuda besi montok ini.

Lalu, para pesohor pun mengungkap lika-liku percumbuan dengan moge, termasuk soal biaya dan respons pasangan masing-masing.

Satu cerita lagi di bagian pertama adalah tentang proses pengayaan batin dan wawasan yang mereka dapat saat bercengkerama dengan moge. 

Baca: JEO-Cerita Artis Indonesia dan Moge Tunggangannya

Bagian dua tulisan ini mengungkap bahwa moge juga kadang kala bisa jadi cara lain berinvestasi, bukan semata hobi buang-buang duit dan sarana bergaya.

Namun, meraup duit pun semestinya bukan motivasi utama saat melakoni hobi. Justru, hobi yang sejati seharusnya bahkan bisa menebar manfaat buat masyarakat.

Seperti apa cerita para artis soal semua ini?

 HOBI ATAU INVESTASI? 

PARA artis pehobi motor, mereka juga percaya bahwa kuda besinya bisa mendatangkan keuntungan ke depannya.

Bisa dibilang sebagai investasi karena motor yang dimilikinya memiliki nilai yang bisa bertambah suatu waktu.

Ilustrasi investasi moge - (SHUTTERSTOCK/SAIA)

Bila tepat dalam memiliki motor dengan kriteria tertentu, kata Budi Dalton, hampir dipastikan kuda besi bisa menjadi investasi. 

“Selama motor yang dipilih tidak salah. Apalagi, kalau sudah motor vintage. Sekarang kita beli motor-motor klasik saja itu sudah tinggi,” ucap Budi saat dijumpai Kompas.com di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (19/9/2018).

Pria yang akrab disapa Kang Budi ini pun mencontohkan beberapa pengalaman yang pernah ia rasakan ketika motor miliknya punya investasi bernilai tinggi.

“Contohnya dulu saya beli motor WL 350 cc tahun 1948, dulu saya beli tahun 1987 itu Rp 1.250.000, sekarang WL harga Rp 300 juta saja enggak ada (dapat), susah. Tapi itu dulu. Kalau sekarang mah sudah telat, orang-orang sudah pada tahu,” tutur Budi.

Mantan El-Presidente Bikers Brotherhood Motorcycles Club ini menambahkan, ada beberapa kriteria yang membuat sebuah motor punya nilai fantastis. 

“Makin orisinil, makin mahal, apalagi kalau surat-surat lengkap," sebut Budi.

Kriteria lain buat harga motor bisa selangit, menurut Budi adalah nilai seni.

"Secara estetika. Misalnya, dibuatkan satu role model chopper concept. Sebuah motor karya seni role model untuk auto show. Itu enggak ada harganya. Berapa saja harganya pasti dibeli,” tutur Budi.

Tora Sudiro juga berpendapat serupa. Pria jebolan acara komedi Extravaganza ini merasa motor yang ia koleksi adalah hal yang tepat untuk dijadikan investasi.

Menurut Tora, ketimbang penghasilannya habis hanya untuk makan, lebih baik digunakan untuk investasi dari motor yang sudah cukup ia pahami.

“Makanya kita harus taruh (investasi) di sesuatu yang kita suka. Kayak gue ada motor, gue belinya Rp 80 juta, sekarang harganya sudah sekitar Rp 300 juta. Itu gue punya motor BMW R75 tahun 1973. Gue belinya sekitar 10 tahun yang lalu. Cuma, gitu, kadang motor harganya bisa berubah,” tutur Tora.

Motor bisa menjadi investasi bernilai tinggi juga ditegaskan oleh Dimas Anggara. 

“Sebenarnya menurut gua kalau otomotif jangka panjang pasti akan naik. Kan jadi sesuatu barang yang antik, kan? Bisa jadi aset juga,” ucap Dimas, saat ditemui di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (30/9/2018).

Namun, kata Dimas, jangan berharap investasi tersebut akan menuai hasil bila motor yang dimiliki baru seumur jagung.

“Kalau kita mikir empat sampai lima tahun lagi mau dijual, ya jangan cari keuntungan di situ,” ujar dia.

Hal sebaliknya diungkapkan oleh Tarra Budiman. Ia merasa motor bisa menjadi investasi atau tidak adalah hal relatif.

Bagi Tarra, kegemarannya pada motor lebih menyerupai anak kecil menyukai mainan. 

Toys boys kalau buat gue moge itu. Kalau investasi ya menurut gue relatif. Kan ini barang bergerak, butuh perawatan dan lain-lain,” ucap Tarra.

Dari situ, Tarra tidak menjadikan hobi dan koleksi mogenya sebagai investasi. 

"Jadi ya (malah) butuh biaya juga. Namanya hobi, sudah harus siap,” tegas dia.

Soal biaya apa saja yang harus siap ditanggung pehobi moge, bisa disimak pada bagian pertama tulisan ini, Cerita Artis Indonesia dan Moge Tunggangannyabersama sejumlah cerita awal perkenalan dan motivasi para pesohor ini bermain moge.

Meskipun, hobi moge juga tak melulu harus dimulai dari harga ratusan juta rupiah juga. Setidaknya, ini menurut influencer otomotif, Arif Syahbani, seperti dalam video berikut:

5 KLUB MOGE ARTIS 

SEPEDA motor adalah salah satu hobi yang banyak digemari, terlebih dengan motor ber-cc besar alias moge.

Menunggangi moge bagi sebagian pengendaranya dianggap memberi kepuasan tersendiri. Artis pun bukan perkecualian. 

Untuk menyalurkan hobi ini, sejumlah artis bergabung ke beragam klub moge. 

KOMPAS.com/ANDIKA ADITIA
Sederet motor gede (moge) dan custome yang ikut meramaikan Distinguished Gentlemans Ride (DGR) pada 30 September 2018,

Tak sekadar buat eksistensi, klub jadi sarana untuk memperkuat solidaritas sembari berbagi kiat bijak dan aman berkendara. 

Berikut ini lima di antara klub moge yang diketahui ada artis sebagai anggotanya?

Bikers Brotherhood

Klub motor Bikers Brotherhood didirikan pada 13 Juni 1988 oleh beberapa pemuda di kota Bandung. Salah satu syarat untuk menjadi anggota klub ini adalah kepemilikan motor klasik.

Bikers Brotherhood bukan hanya perkumpulan pencinta motor. Klub ini mendaku menjunjung nilai-nilai persaudaraan dan soliditas tinggi serta membawa nilai-nilai budaya lokal.

Sederet selebritas Tanah Air yang tergabung dalam klub ini antara lain adalah Budi Dalton, Bucek Depp, Indro Warkop, Chef Juna, Ferry Maryadi, Eddie Brokoli, dan Chef Haryo.

Black Angels

Klub motor ini telah berdiri sejak Januari 1979, digagas oleh empat orang, salah satunya adalah Indrojoyo Kusumo atau lebih populer dikenal sebagai Indro Warkop.

Tak hanya bermotor, Black Angels juga memiliki beberapa kegiatan sosial. Beberapa artis yang tergabung dalam klub ini adalah Stevie Item dan Choki NTRL.

HDCI

HDCI merupakan singkatan dari Harley Davidson Club Indonesia yang merupakan wadah bagi para pencinta motor besar keluaran pabrikan Harley Davidson.

Klub motor ini berdiri pada 28 Mei 1990, digagas oleh A Sentani, LetjendTNI Dading Kalbuadi, Marsda TNI Ibnu Soebroto, Indrojojo Kusumo Negoro (Indro Warkop), dan Kolonel Polisi (Purn) Suherman.

Saat ini HDCI diketuai Komjen (Purn) Nanan Soekarna. Beberapa artis yang turut menjadi anggota klub ini adalah Pasha Ungu, Teuku Edwin, dan Jody Sumantri.

Motor Baik

Motor Baik merupakan perkumpulan para pencinta motor ber-cc besar yang diinisiasi oleh Ananda Omesh beberapa tahun lalu.

Omesh mengatakan bahwa Motor Baik tak semata ditujukan sebagai klub ataupun komunitas, tetapi juga sebuah movement dari para pencinta motor gede untuk mengampanyekan keselamatan berkendara.

KOMPAS.com/ANDIKA ADITIA
Presenter Ananda Omesh dan istrinya Dian Ayu dalam sebuah acara amal komunitas motor di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (30/9/2018).

Dalam beberapa tahun saja, Motor Baik sudah cukup dikenal berkat banyaknya kegiatan yang mereka lakukan, baik touring maupun bakti sosial.

Sederet selebritas juga turut andil dalam Motor Baik, yakni Gading Marten, Imam Darto, Eddie Brokoli, Tora Sudiro, Dimas Anggara, Tarra Budiman, dan Kevin Julio.

Ridiss Bikers Boys

Klub motor gede ini terbentuk pada 2011, diinisiasi oleh presenter Raffi Ahmad. Beberapa artis yang tergabung dalam klub ini adalah Ari Wibowo, Teuku Wisnu, Adi Nugroho, serta Denny Cagur.

Ridiss Bikers Boys sering mengadakan kegiatan touring ke berbagai daerah seperti Bali dan Malang. Tak hanya itu, Ridiss Bikers Boys juga beberapa kali mengadakan kegiatan bakti sosial serta kampanye berkendara dengan mengutamakan keselamatan.

 BERKELANA... 

"Free as the wind, with the sole purpose of getting to know the world, is dedicated to people whose youth is not merely sequential, but wholehearted and spiritual.”

~Che Guevara, The Motorcycle Diaries: Notes on a Latin American Journey~

TIDAK lengkap rasanya bila tak membawa koleksi motor yang dipunya untuk melakukan perjalanan, entah sekadar berkeliling kota atau sekalian menempuh jarak ratusan kilometer.

Hampir semua pehobi motor besar pernah membawa motornya touring jarak jauh untuk mengunjungi suatu tempat. Pun para artis ini.

“Paling jauh sih ke Sumbawa. Cuma, itu bukan dari rumah start-nya. Kalau start dari rumah, baru sampai Wonogiri, Jawa Tengah, itu waktunya singkat, itu sekitar 1.200 kilometeran, dengan waktu dua hari satu malam. Bandung-Dieng lah juga pernah,” tutur Eddi Brokoli.

Dimas Anggara mengaku bahwa ia pernah memacu roda dua miliknya ke Sumatera dan Bali. Dia pun mengaku masih ingin menjelajah terutama ke wilayah timur Indonesia. 

“Sumatera dan Bali sudah. Ke Papua yang belum. Pengin ada rencana sih ke sana, biar bisa keliling Indonesia,” ucap Dimas.

Sedangkan Budi Dalton yang telah menjadi pehobi motor selama 30 tahun, mengaku sudah cukup banyak wilayah Indonesia yang ia datangi dengan sepeda motor miliknya.

“Paling jauh ke NTB, paling, ke bagian Timurnya. Baratnya ke Medan. Kalimantan, sudah, baru Pontianak saja, terakhir sekitar empat sampai lima tahun lalu ke sana,” ucapnya.

Sementara itu, Tora Sudiro pernah touring hingga ke Bali. Tujuan berikutnya, Tora ingin menapaki aspal di wilayah NTB dan NTT, serta Aceh.

“Pernah ke Bali, kalau dari rumah start paling jauh ke Tasikmalaya. Pengin coba ke Lombok, terus NTT, sama Aceh, katanya aspalnya mulus dan jalanannya lebar,” ucap Tora.

Melakukan touring dengan motor memiliki risiko yang besar. Dehidrasi mudah menghinggapi para pemotor dan butuh konsentrasi besar selama berkendara, membuat risiko kecelakaan kerap membayangi. 

Eddie Brokoli mengaku pernah terjatuh dari motor. Beruntung, kata Eddie, ia tak luka parah.

“Baru sih, baru dua minggu kemarin, BSA gue habis keluar bengkel nyobain, eh jatuh di Ciwidey (Bandung). Sedikitlah ada kerusakan. Jatuhnya, enggak ada apa-apa (tiba-tiba) jatuh aja,” ucap Eddie.

Bagi Budi Dalton, kecelakaan oleh pengendara motor sangat lumrah terjadi. Antisipasi, sebut dia, merupakan hal yang harus selalu dilakukan.

Kata Budi, dia juga tak luput dari kecelakaan. Beruntung, sejauh ini belum pernah mengalami kecelakaan fatal.

“Kalau kecelakaan lalu lintas, kadang-kadang ada, tapi biasanya karena kadang lampu suka nyala mati-nyala mati, misalnya (saya pernah) menabrak sapi, tapi kalau menabrak orang belumlah, jangan sampai,” ungkap Budi. 

 IDOLA 

SEBUAH hobi pada umumnya tak begitu saja muncul. Ada faktor tertentu yang memengaruhi seseorang untuk menyukai sesuatu apalagi menjadikannya sebagai hobi. 

Salah satunya, faktor seseorang yang punya kesan positif sehingga memacu orang lain untuk menirunya. Idola, kata orang sekarang.

Bicara tokoh idola, Tora mengaku mengagumi musisi Denny Chasmala.

“Karena dia (Denny Chasmala) satu-satunya orang Indonesia yang pernah gue temuin di jalan Vespa-an dengan kostum Spider-Man,” ungkap Tora.

Seperti yang lainnya, Eddi Brokoli juga memiliki idola dalam dunia moge. Ia mengagumi Budi Dalton, mantan presiden Bikers Brotherhood.

“Itu Kang Budi Dalton (idola), sama banyak kakak-kakak gue di (klub) Bikers Brotherhood Motorcycle Club. Gue banyak menemui makna motoran dan persaudaraan,” ucap Eddie.

Catatan khusus Eddi berikan untuk Budi. Menurut dia, Budi adalah figur unik. 

“Gue belajar banyak dari dia cara ngadepin orang. (Dia juga pernah jadi) presiden Brotherhood terlama. Ya banyaklah dapet hal dari dia,” sambung Eddi.

Adapun Tarra menyebut Ananda Omesh sebagai idolanya. 

“Dia (Omesh) itu bisa masuk ke semua kalangan motor. Dia juga bisa nyatuin banyak kalangan motor, ya contohnya lewat (komunitas) Motor Baik itu. Dia itu selalu kasih kesan baik kalau anak motor gede itu enggak urakan, satu sisi dia juga bisa jadi commander, leader,” ucap Tarra.

Tarra juga menyebut sejumlah sosok lain yang menjadi idola dan panutannya soal bermotor. 

“Kalau yang lain paling Imam Darto, tapi kalau dia lebih ke bapak-an. Ya kalau (pengendara) Harley (Davidson) ya mas Tora Sudiro dan Om Indro (Warkop), itu dia the best sih,” tambah Tarra dalam percakapan lewat aplikasi media sosial, Selasa (25/9/2018).

Sementara itu Budi Dalton mengaku punya satu sosok yang disukai dalam hal kesamaan hobi motor gede, yakni Brian Setzer yang merupakan gitaris band Stray Cats.

“Itu dia (Brian Setzer) membangun motornya sendiri, bagus merawatnya, semua motornya enggak ada yang keluar dari karakternya. Dia itu culture Rockabilly-nya kuat. Meskipun saya tidak begitu fanatik sama culture Rockabilly, saya suka sama dia itu komit, enggak ikut-ikutan, punya karakter sendiri,” ungkap Budi.

 BUTUH MENTAL 

STIGMA negatif seringkali menghantui para pengguna motor besar. Cap arogan karena ulah segelintir penggunanya, misalnya. Stigma ini memberi imbas pula kepada pengguna lain.

Kerisauan ini juga dirasakan oleh para pesohor yang menggemari motor besar. Karena itu, Tarra Budiman merasa mental yang baik diperlukan sebelum mengendarai motor besar.

“Masalahnya punya moge bukan cuma nyiapin duit, tapi juga kesiapan lainnya. Tapi kalau menurut gue moge-moge yang arogan itu karena dia merasa ada power lain di luar moge itu sendiri, kebetulan dia punya moge, jadi mogenya yang kena imbas,” ungkap Tarra.

Selain itu, Tarra merasa bahwa motor besar alias moge merupakan sebuah kultur yang kompleks. Butuh waktu dan keseriusan untuk memahami kultur itu agar tahu bagaimana mengaplikasikannya secara dewasa.

“Jadi kalau belum siap masuk suatu culture mending jangan deh, soalnya bahaya, ya kayak itu tadi kalau enggak siap, bisa jadi arogan, padahal kan moge bukan begitu. Jadi kalau kira-kira masih setengah-setengah dan belum tahu betul sama suatu culture yang bakal dimasukin, mending enggak usah,” ucap Tarra.

Hal senada dilontarkan Budi Dalton. Menurut dia, mengendarai motor besar diperlukan mental yang kuat. Menurut dia, yang paling penting untuk berhobi moge bukan kesiapan dana melainkan mental.

“Pada saat kita naik motor besar jangan sampai kita kebawa ego motor itu. Kita harus punya mental yang bisa mengimbangi motor tersebut," tutur Budi, saat dijumpai di di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (19/9/2018). 

Dengan mental yang benar, lanjut dia, penunggang moge tak perlu geber-geber gas saat berkendara di jalanan. 

"Enggak usah geber-geber juga orang sudah lihat kita pakai motor apa. Mau ngapain lagi tarik gas kenceng-kenceng? Santai saja,” kata dia.

Akan tetapi, Budi merasa semua itu kembali pada perilaku pengendara itu sendiri. Tak peduli motor besar atau bukan, selalu ada pengendara yang mencontohkan perilaku tak pantas di jalan.

Terkadang masyarakat secara luas menyamaratakan perilaku buruk tersebut kepada semua pengendara. 

“Jangankan motor besar, motor kecil saja juga banyak yang bawa motornya gasnya dimainin. Haduh, itu enggak karuan,” ucap Budi.

Jadi, jangan dikira kalau artis punya hobi maka itu buat sekadar senang-senang dan bergaya juga ya. Selalu ada sisi lain bahkan baik yang bisa jadi pelajaran, termasuk dari para pesohor.

Seperti tulisan pada bagian pertama, ada banyak motivasi lain juga yang melatari hobi moge para pesohor ini. Menambah wawasan dan mempererat persaudaraan dalam jargon satu aspal, ada di antaranya.

Jangan terlewat membaca pula bagian pertama dari dua tulisan soal artis Indonesia dan moge tunggangannya ini di laman JEO Kompas.com, Cerita Artis Indonesia dan Motor Tunggangannya....