Ini cerita soal hobi koleksi dan menunggangi motor gede (moge) para pesohor Tanah Air, dari Tora Sudiro, Tarra Budiman, sampai Dimas Anggara.
Cerita itu termasuk soal biaya, urusan dengan para istri, dan pernak-perniknya. Apa saja ceritanya?
Ini adalah bagian pertama dari dua tulisan soal artis Indonesia dan moge tunggangannya.
TAMPIL maskulin dengan motor berkubikasi besar alias motor gede atau moge menjadi gaya hidup bagi sebagian pesohor. Mereka pun tak segan merogoh kocek dalam-dalam untuk itu.
Eddi Brokoli adalah salah satunya. Artis peran dan presenter ini mengaku mulai kepincut motor sejak masih berseragam putih abu-abu.
Awalnya pun bukan langsung moge melainkan skuter Vespa PX keluaran 1982. Itu juga dari milik pamannya.
“Antara 1992-1993 sudah pakai Vespa PX 1982, warnanya biru, enggak ada yang mau waktu itu, jadi parkirnya bareng guru," kenang Eddi, saat berbincang dengan Kompas.com, di kawsan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (19/9/2018).
Perkenalannya dengan vespa lawas itu, sebut lelaki bernama lengkap Eddy Hidayatullah itu karena "ditulari" sang kakak.
"Sampai ikut SOG (Scooter Owner Group) di Bandung. (Nomor anggota) masih tiga digit 132 apa kalau enggak salah, sekarang SOG sudah ribuan nomor anggotanya," ujar Eddi.
Dari skuter, Eddi lalu terpikat ke motor klasik. BSA, sebut dia, jadi motor klasik pertamanya.
Merasa menunggangi kuda besi sebagai hal yang mengasyikkan, Eddi Brokoli mulai merambah ke motor yang lebih besar lagi alias moge, baik keluaran terbaru maupun klasik.
“Kurun waktu 10 tahun terakhir (merambah ke motor besar), punya Jawa 250 waktu itu, akhirnya ada BMW, BSA, BMW R25 hitam. Kalau Kawasaki Versys 350 itu kontrak dari Kawasaki,” aku Eddi.
Yang dirasakan Eddi juga dirasakan oleh artis peran Tarra Budiman. Sama-sama mulai SMA, bedanya adalah Tarra langsung menunggang moge, sekalipun itu juga milik sang paman.
“Pertama kali pakai moge Harley Davidson model soft tail, waktu itu punya om gue. Motor pertama gue sendiri itu Harley juga, Dyna,” ucap Tarra.
Lain lagi dengan Dimas Anggara. Dia mengakui mulai menyukai kuda besi sejak 1995 dan berlanjut hingga sekarang.
“Seru sih kayak main kalau bawa motor. Terus, kalau naik motor ada quality time sama diri sendiri juga," ucap suami artis peran Nadine Chandrawinata itu.
Adapun seniman dan artis peran Budi Dalton mengaku sudah lebih dari dua dekade mencumbui moge.
“Mulai suka moge tahun 1987, pakai Triumph waktu itu," ujar mantan El-Presidente Bikers Brotherhood Motorcycles Club ini.
Setahun berikutnya, Budi punya Harley Davidson keluaran 1988. Sebelum menunggangi moge, motor buatan pabrikan Jepang jadi tunggangannya.
Nah, apa lagi lika-liku dan serunya berurusan dengan moge buat para artis dan pesohor ini?
ADA banyak alasan dan penyebab yang mendorong sejumlah pesohor menekuni hobi motor gede alias moge. Tak semuanya soal gaya semata, ternyata.
Tarra Budiman, misalnya, mengaku menggeluti hobi motor untuk belajar menghargai setiap perjalanan yang dilalui, bukan soal kecepatan laju kuda besi atau alasan lain.
“Naik moge itu punya kepuasan tersendiri. Enjoy the ride, enggak perlu kencang-kencang. Yang penting, menikmati perjalanan,” kata Tarra.
Meski begitu, Tarra menganggap motor merupakan medium yang bisa memaksimalkan sisi maskulinnya sebagai seorang pria.
“Buat gue moge itu toys boys, moge ya toys, mainan cowok banget,” ujar Tarra.
Lain lagi dengan Budi Dalton. Menurut dia, banyak alasan untuk punya hobi otomotif. Di antaranya, sebut dia, jadi punya banyak kawan dan bisa menambah wawasan.
"Kami sering touring ke daerah-daerah. Jadi banyak saudara, banyak wawasan juga,” tegas Budi.
Perjalanan ke daerah itu kental terasa punya makna dalam bagi Budi.
“Ya itu, kita jadi banyak kenalan. Kita kan ada istilah 'saudara satu aspal'. Walaupun enggak kenal, kita tetap bantu kalau ada (pemotor mendapat) kendala di jalan,” ucapnya.
Kehadiran media sosial yang dapat dengan cepat menyebarkan rencana touring menguatkan lagi nuansa persaudaraan satu aspal itu.
“Pas sharing saya mau touring ke sini, wah, itu banyak yang langsung respons mau sambut. Jadi paling penting saya jadi banyak saudara,” tutur Budi.
Lebih dari itu, Budi Dalton mengatakan ada banyak pelajaran dari petualangannya bersama motor. Tangguh dan mandiri ada dalam daftar pelajaran itu.
“Kalau di jalan, sebagai petualang, kita tidak pernah bergantung hidup di mana. Jadi kadang tidur di jalan, di pom bensin. Di masjid, sering, paling enak, hangat,” ucapnya.
Beda pula alasan Dimas Anggara. Dia menganggap motor gede yang ia miliki sudah seperti anaknya sendiri.
Bagi Dimas, motor sudah begitu lekat sampai membuat dia rela mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk merawatnya.
Sedikit berbeda, presenter Gilang Dirga menganggap kuda besi yang ia miliki merupakan bentuk nyata dari hasil kerja kerasnya selama ini.
“Kalau gua sih anggapnya (moge ini) hasil keringat saja atas apa yang telah gua lakukan,” ucap Gilang.
SUDAH menjadi sesuatu yang wajar dengan semua cerita di balik pilihan menunggang moge tersebut bila koleksi para pesohor itu pun lebih dari satu. Mari kita intip koleksi mereka.
Pria berusia 45 tahun ini memiliki beberapa motor yang ia koleksi sejak lama. Kepada Kompas.com, Tora mengaku saat ini memiliki empat motor dari berbagai merek dan tipe.
Di antara koleksi Tora Sudiro adalah BMW R75 tahun 1973, Triumph TWN tahun 1947, BMW F800, Harley Davidson Road King, dan satu skuter matik Vespa GTS.
Namanya juga pehobi, Tora mengaku masih memiliki beberapa motor impian untuk memenuhi garasinya.
“Sekarang gue lagi pengin Vespa GTS 300, kalau enggak Yamaha T-Max 500, sama Harley Davidson tapi dimodifikasi Chopper, pengin bikin bahan baru, makin ancur makin keren,” ucap Tora lewat percakapan melalui aplikasi media sosial, Selasa (25/9/2018).
“Harley gue kan yang sekarang terlalu gede nih, jadi pengin yang kecilan bahannya buat (keliling) di Jakarta saja,” sambungnya.
Dimas Anggara mengatakan bahwa koleksi motornya sempat cukup banyak, namun kini tinggal satu saja, yakni Triumph.
Kata Dimas, sebagian koleksi miliknya telah dijual, bukan karena bosan melainkan karena ditawar dengan harga menggiurkan.
“Koleksi enggak banyak. Kebetulan bokap juga suka banget motor. Gua pribadi (sempat) ada lima, sama bokap ada empat sampai lima motor, jadi ada sembilan sampai sepuluh motor,” ucap Dimas.
“Punya gua sudah dijual, tinggal satu. Kalau (motor koleksi) bokap, masih ada,” imbuh dia.
Meski begitu, Dimas tak menutup kemungkinan akan menambah kembali koleksi motornya karena masih ada beberapa motor idaman.
“Saya sebenarnya pengin punya semua karakter sih. Dari trail, chopper, scrambler, Bobber, Vespa, semua pengin coba sih karena setiap motor beda karakter. Jadi semua suka sih,” Dimas.
Presenter yang identik dengan rambut kribonya ini memiliki beberapa motor gede. BMW R25, BSA, JAWA 250, Kawasaki Versys 350 dan Royal Enfield Himalayan 410, Kawasaki KSR, serta Vespa ‘PBB’ adalah sederet koleksi motor yang dimiliki Eddi.
“Motor idaman masih ada dua, pengin punya Triumph tipe apa saja, sama Norton Comando. Cuma belum serius kepikirannya,” ucapnya.
Kendati demikian, Eddi mengaku bahwa koleksinya yang paling mengesankan justru skuter keluaran Vespa.
Menurut Eddi, Vespa tersebut punya nilai histori yang kuat baginya. Vespa itu pernah dijual dan sempat melanglang ke beberapa pembeli, tetapi akhirnya kembali menjadi miliknya.
Artis peran Tarra Budiman belakangan mulai dikenal publik sebagai penyuka motor gede. Ia sering terlihat dengan motor andalannya, Triumph Scrambler.
Meski belum dikenal lama sebagai penggemar moge, Tarra mengaku sudah lama menunggangi motor besar. Bahkan, ia sudah pernah melakukan touring dengan motor sampai Yogyakarta.
Tarra mengaku sebelumnya pernah memiliki Harley Davidson Softail dan Harley Davidson Dyna. Sebagai penggemar moge, Tarra mengaku naksir dengan BMW costum berwarna red rose milik salah satu anggota komunitas motor di Bandung, Jawa Barat.
“Kebetulan motor gue yang Triumph itu sudah gue jual. (Motor yang diidamkan) itu (pemilik) tangan keempat, alasannya jual ya mau ganti sama yang keluaran baru,” ucapnya.
Budi Dalton mungkin tak setenar selebritas penggemar moge lainnya. Namun, di kalangan penggemar moge, Budi Dalton bukan nama asing.
Ia merupakan salah satu pendiri sekaligus mantan presiden dari klub motor Bikers Brotherhood yang telah berdiri sejak tahun 1988.
Budi memulai hobi motor sejak pertengahan 1980-an. Ia memulainya dengan menggunakan motor-motor pabrikan Jepang lalu merambah ke motor keluaran Eropa.
“Tahun 1987, pakai Triumph waktu itu. Sebelum itu pakai motor-motor Jepang. Setahun berikutnya saya punya Harley Davidson tahun 1988. Kalau sekarang malah berkurang motornya. Ya kalau dulu kan masih muda. (Sekarang punya) BSA ada, tahun 1956,” ucap Budi.
Ditemui di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Barat, Rabu (19/9/2018), Budi mengaku memiliki sejumlah motor idaman. Namun yang paling jadi idaman menurut dia justru bakal sangat sulit diwujudkan.
“Yang paling saya idamkan itu namanya Harley JB tahun 1920-an, tapi sudah di museum di Amerika, motornya. Jadi susah dapatnya. Motor itu spesial karena historinya panjang, pernah dipakai perang dan semacamnya,” imbuh Budi.
Dari beberapa selebritas yang ada, mungkin Gilang Dirga terbilang baru sebagai penggemar moge. Ia mengaku ada temannya yang mempengaruhinya untuk memiliki motor besar.
“Iya, maksudnya teman-teman yang punya showroom (motor gede) cekokin bilang pakai saja dulu, pas pakai, demen, ya harus bayar,” ucap Gilang, saat dijumpai di kawasan Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Selasa (2/10/2018).
Saat diwawancara, Gilang memiliki Harley Davidson Road Glide yang merupakan salah satu tipe termahal milik Harley Davidson.
Sejauh ini, Gilang tak ingin muluk-muluk untuk menambah koleksi motor gedenya. Bagi Gilang, motor gedenya saat ini sudah cukup.
“Baru satu (punya moge) ya, itupun yang disetujui ya,” ucap Gilang.
MEMILIKI motor gede berarti harus siap dengan pengeluaran yang juga besar, terutama untuk perawatan dan suku cadang jika diperlukan.
“Porsi (biaya) iya pasti mahal. Tapi, ya enggak semahal itu juga (yang dibayangkan). Mungkin sparepart kali ya yang akan lebih mahal,” ucap Dimas Anggara.
Ketika ditanya nominal biaya yang dikeluarkan, Dimas langsung menutup mulut. “Rahasia itu nominalnya,” elak dia.
Sedangkan Tarra Budiman, ia menyebutkan kisaran harga yang biasa ia keluarkan untuk motornya.
“Kalau masalah dana itu enggak yang gimana-gimana, enggak sampai Rp 30 juta gitu, murah kok, sekitar Rp 1 sampai 2 juta, itu pun bisa lebih murah karena sama teman,” ucapnya.
Menurut Tarra, biaya yang harus dikeluarkan bergantung dengan cara pemakaian dan perawatan pemilik motor itu sendiri.
Untuk Budi Dalton, besaran biaya yang ia keluarkan untuk motornya tidaklah penting. Itu semua merupakan satu paket risiko sebuah hobi.
“Haduh saya bukan berarti sombong, tapi kalau untuk hobi saya enggak pernah ngitung, kadang sama istri juga suka enggak terus terang, jadi sulit ngitungnya,” ucap Budi.
Budi mengatakan bahwa sebenarnya yang membuat biaya perawatan motor mahal adalah karena ulah sang pemilik motor itu sendiri.
“Jadi bukan karena (perawatan) mahalnya tapi isengnya, padahal motor sudah bagus tapi lihat referensi jadi ngerubah lagi, keluar biaya lagi. Tapi kalau dibilang besar biayanya ya besar,” ucap Budi.
“Jadi sebenarnya rasa ketidakpuasan yang bikin mahal,” ujar Budi.
TIDAK bisa dipungkiri, memiliki motor dengan kubikasi besar alias moge termasuk dalam kategori barang mewah di Indonesia.
Selain itu, terdapat regulasi mengikat yang membikin pemilik moge harus menanggung biaya pajak kendaraan yang besar pula.
Besaran pajak PPnBM yang dikenakan pada tiap motor berbeda. Tergantung pada harga dan ukuran kubikasi alias cc yang diusung oleh kendaraan itu, variannya mulai dari 10 persen hingga 200 persen.
Regulasi itu termaktub dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.010/2017, yang utamanya mengatur mengenai jenis-jenis kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM.
Besarnya patokan PPnBM sedikit dikeluhkan oleh Dimas Anggara. Ia ingin besaran pajak barang mewah yang mengincar motor besar lebih baik dipertimbangkan untuk diturunkan.
“Penginnya si pemerintah turunkan harganya (pajak) ya. Kalau di luar negeri kan enggak kayak di sini. Cara dan sistemnya beda,” ucapnya.
“Kalau di luar negeri beli pajaknya ekonomis. Kalau di sini ‘aduh pajak nih yang bikin bokek’. Mudah-mudahan ada kebijakan supaya pajak ini diturunkan,” sambung Dimas.
Sedangkan Tora Sudiro merasa pajak yang dikenakan kepada motor-motor besar sudah ideal. Tora berpendapat tak perlu lagi ada kenaikan pajak.
Tora memberi sedikit catatan bahwa harus ada pengawasan yang baik agar semua pemilik motor besar yang termasuk dalam kategori barang mewah betul-betul membayar pajak.
Tora memberi sedikit catatan bahwa harus ada pengawasan yang baik agar semua pemilik motor besar yang termasuk dalam kategori barang mewah betul-betul membayar pajak.
“Kayak kemarin kan ada yang bilang 'Tinggiin lagi dong pajaknya'. Menurut gue sih bukan tinggiin lagi pajaknya, tapi diratain semuanya juga harus bayar, masa gue bayar yang lain enggak sih (menunggak pajak tanpa sanksi),” ucap Tora.
Bagi sebagian lainnya, memiliki motor-motor yang tergolong barang mewah sudah menjadi risiko bila terikat dengan kewajiban membayar pajak yang besar.
Tarra Budiman berpendapat, pajak besar merupakan risiko yang harus ditanggung oleh pemilik.
“Kalau buat gue itu risiko ya, soalnya kan moge itu kan barang mahal ya, enggak bisa sembarang orang punya,”
“Jadi ya kalau sudah berani punya moge ya sudah musti siap juga sama regulasinya. Ya hitung-hitung ngasih uang buat negara lah kan bayar pajak,” sambungnya.
Budi Dalton berpandangan banyak orang yang menggemari sepeda motor, khususnya motor besar, lupa menyesuaikan diri dengan kemampuan finansialnya. Ujung-ujungnya, terbebani dengan segala biayanya.
“Kalau menurut saya sih tergantung dari awal tujuannya motor punya untuk apa. Kalau untuk touring ya (syaratnya) surat-surat harus lengkap,” ucap Budi.
“Tapi kalau moge, karena fenomena film-film akhirnya banyak orang pada pengin motor gede, padahal motornya motor showbike, tapi kalau cuma buat dalam kota ya motor 250 cc sudah cukup. Jadi budget menyesuaikan sama kebutuhan saja,” sambungnya.
HOBI memang sering kali membuat seseorang lupa membagi waktu dengan urusan lain, bahkan kadang buat keluarga atau pasangan.
Tak jarang, hobi membuat seseorang berselisih dengan pasangan lantaran dianggap lebih berkecimpung dengan hobi yang digemarinya. Hal tersebut juga dialami para artis pehobi motor.
Buat gambaran lebih berwarna, hobi moge memang punya banyak dimensi. Ini video cuplikan penjelasan influencer otomotif Arif Syahbani soal dunia pehobi moge:
Dari sejumlah artis pehobi moge yang dijumpai Kompas.com, ada yang harus bersiasat agar tak berselisih dengan pasangan.
Namun, ada pula yang sudah biasa saja dengan pasangan karena sudah sangat memahami hobinya tersebut.
Budi Dalton, misalnya. Ia mengaku pasangannya sudah biasa saja menyikapi hobi motornya.
Apalagi, kata Budi, dia sudah tak lagi menjabat sebagai El Presidente Bikers Brotherhood Motorcycle Club sehingga intensitasnya dengan motor pun sudah sedikit berkurang.
“Istri saya enggak pernah komplain sih, sudah paham, paling kalau ke bengkel enggak bilang bayarnya berapa, ” ucap Budi sembari terkekeh.
Tora Sudiro juga menyebut tak ada persoalan dengan istrinya, Mieke Amalia, soal hobi moge-nya ini.
“Enggak kalau Mieke mah senang gue naik motor. Lagian jarang motor gue kalau ke bengkel. Sepeda malah yang sering ke bengkel,” ucap Tora.
Dimas Anggara pun menyebut bahwa istrinya, Nadine Chandra, tak punya pilihan selain mendukung hobi yang ia gemari.
“Iyalah (dukung). Masa enggak mendukung. Harus mendukung dong. Lha, iya, kan?,” ujar Dimas sambil tergelak.
Lagi pula, kata Dimas, dia selalu berusaha seimbang membagi waktu antara hobi dan pasangan.
“Enggak (berat sebelah) lah, enggak lah. Harus bagi rata dan adil (perhatiannya),” ujar Dimas.
Sebaliknya, Eddi Brokoli mengaku istrinya masih kerap mengingatkannya soal waktu yang dia habiskan untuk hobi motor.
Eddi mengatakan istrinya butuh penjelasan lengkap bila dirinya ingin berkegiatan dengan motornya.
“Ada aja itu (komplain) mah. Ya kalau touring, kadang-kadang istri suka nanya tujuan gue kalau touring itu ngapain. Ya gue jelasin buat main aja,” ucap Eddi.
“Tapi kan kerjaan gue gitu musti update (aktualisasi) terus. Banyak main, banyak kenal, banyak relasi. Paling kalau (motor) BSA sudah suka masuk bengkel bini suka sebel, kadang-kadang cemberut,” sambungnya.
Lain lagi cerita Gilang Dirga soal ini. Gilang memilih tak mau ambil pusing dan menganggap wajar kekhawatiran pasangan yang sering disampaikan kepadanya.
Akan tetapi, Gilang mengaku istrinya tak pernah melarang dirinya menggeluti hobi motor besar tersebut.
“Istri khawatir wajar, tapi dia dukung hobi gue banget jadi gue enggak was was, paling tidak ada yang memperingatkan. Kalau di jalan gue (diminta) pelan-pelan,” ucap Gilang.
Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Tarra Budiman. Ia menganggap kekhawatiran istrinya soal hobi motor adalah hal lumrah selama tak berlebihan.
“Kalau rewel atau apa mah enggak. Ya wajarlah kalau khawatir, namanya istri. Keluarga gue juga gitu. Jangankan motor, mobil aja punya resiko kecelakaan juga, apalagi motor ditambah perjalanan jauh,” papar Tarra.
Bahkan, Tarra rela menahan hasratnya untuk segera membeli tunggangan kuda besi baru.
“Mau (beli motor baru), nanti menunggu anak lahiran dulu kayaknya baru gue beli lagi yang baru. Jadi tahun depanlah, sekalian minta izin ke istri buat beli moge lagi,” ucap Tarra dalam perbincangan pada Selasa (25/9/2018).
Apakah lalu para pesohor ini sekadar bersenang-senang dengan moge? Apa pula yang sebenarnya perlu jadi catatan bersama saat berkendara apalagi menunggang motor model begini?
Nantikan dan simak jawaban pertanyaan-pertanyaan itu di bagian kedua dari dua tulisan soal pesohor dan moge tungganggannya ini, Artis Indonesia dan Moge, Sekadar Hobi dan Gaya?