SIRKUIT Misano, Italia, Minggu, 24 Oktober 2021, cukup mendebarkan. Balapan seri MotoGP Emilia Romagna hanya tinggal tersisa lima putaran.
Ada gap yang terlalu jauh antara Francesco "Pecco" Bagnaia (Ducati/Italia) dan Fabio Quartararo (Yamaha/Perancis).
Bagnaia masih memimpin di posisi pertama, sedangkan Quartararo tercecer di posisi kelima.
Bagnaia menjadi satu-satunya pebalap yang masih memiliki peluang menggagalkan kesempatan Quartarato jadi juara dunia.
Sebelum balapan di Emilia Romagna, Quartararo memimpin klasemen dengan koleksi 254 poin. Bagnaia ada di posisi kedua dengan 202 poin.
Dengan gap 52 poin, Quartararo mau tak mau harus finish di depan Bagnaia apabila ingin mengunci gelar juara dunia di seri Emilia Romagna.
Namun, jalannya balapan awal tampak membuat Quartararo sulit untuk mewujudkannya, hingga tiba-tiba sebuah kejadian tak terduga dialami Bagnaia.
Saat akan melibas tikungan 15 di lap 23, Bagnaia tergelincir. Motor balapnya meluncur dan menghantam gravel.
Kondisi tersebut membuatnya gagal melanjutkan balapan.
The moment that sealed the 2021 Championship! 💥
— MotoGP™🏁 (@MotoGP) October 24, 2021
Watch @PeccoBagnaia's heartbreaking crash from the lead 😱#EmiliaRomagnaGP 🏁 | 📽️https://t.co/idc6zrBg3v
Jatuhnya Bagnaia langsung disambut suka cita para kru di paddock tim Yamaha.
Suasana sebaliknya terjadi di paddock Ducati. Para kru pabrikan asal Italia itu terlihat kecewa saat melihat pebalap andalannya terjatuh.
Gagalnya Bagnaia melanjutkan balapan otomatis membuat Quartararo memastikan gelar juara dunia.
Perolehan poinnya tak mungkin lagi terkejar karena musim balap 2021 tinggal tersisa dua seri.
Quartararo pada akhirnya mengakhiri balapan seri Emilia Romagna dengan finish keempat.
Hasil tersebut membuat pebalap berjuluk El Diablo berhasil memperlebar gap dengan Bagnaia di klasemen menjadi 65 poin.
Baca Juga: Klasemen MotoGP Usai Quartararo Juara Dunia di GP Emilia Romagna
Sejarah pun mencatatkan fakta baru. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, juara dunia MotoGP jatuh ke pebalap yang bukan berasal dari Spanyol.
Setelah Casey Stoner (Australia) pada 2011, praktis tak pernah ada lagi pebalap non-Spanyol yang menguasai singasana tertinggi MotoGP hingga akhirnya Quartararo berhasil melakukannya pada tahun ini.
Quartararo mencatatkan diri menjadi juara dunia MotoGP pertama yang berasal dari Perancis.
Apabila ditelisik dari sederet peraih trophy ajang balap motor paling bergengsi di dunia ini, negeri Menara Eiffel memang tidak punya tradisi kuat di MotoGP.
Jangan membandingkannya dengan Spanyol dan Italia, atau beberapa kekuatan lama seperti Amerika Serikat, Inggris, atau Australia.
Jangankan jadi juara dunia, memenangi balapan pun sulit bagi pebalap Perancis. Prestasi terbaik mereka hanya finish di posisi kedua, seperti yang terjadi pada Olivier Jacque di Shanghai 2005 dan Johann Zarco di Catalunya 2017.
Meski MotoGP modern sudah dimulai sejak 2002, kemenangan pertama untuk Perancis baru terjadi pada 19 Juli 2020 di Sirkuit Jerez, Spanyol.
Ketika itu, Quartararo membuat bendera Perancis untuk pertama kalinya berkibar di podium tertinggi MotoGP.
Saat MotoGP masih menggunakan nama GP500, Regis Laconi menjadi pebalap terakhir Perancis yang mampu memenangi sebuah balapan.
Laconi melakoninya di Sirkuit Valencia pada 19 September 1999.
Artinya, butuh waktu 21 tahun untuk melihat kembali bendera Perancis berkibar di podium tertinggi.
Baca Juga: Sejarah Fabio Quartararo, Pebalap Pertama Perancis yang Menang di Era MotoGP
Tak cuma dalam hal kemenangan, lemahnya Perancis di MotoGP juga bisa dilihat dari komposisi pebalap reguler.
Berbeda dengan Spanyol dan Italia yang bisa diwakili tujuh hingga sembilan pebalap, perwakilan Perancis biasanya tak lebih dari dua pebalap.
Selain sedikit, pebalap yang ada seringkali sulit bersaing di papan atas.
Sebelum naiknya Johann Zarco ke kelas utama pada 2017, sangat jarang melihat ada pebalap Perancis berdiri di podium.
Bisa jadi karena tak kuatnya tradisi balap motor di Perancis membuat orangtua Quartararo lebih memilih memindahkan anak mereka ke Spanyol sejak usia belia.
Karier balap usia dini Quartararo dihabiskan di negeri Matador. Tak heran ia kini fasih berbahasa Spanyol.
Julukan yang melekat pada dirinya, El Diablo, juga merupakan kata yang berasal dari Bahasa Spanyol.
Quartararo merupakan pemegang dua kali gelar juara Moto3 di ajang CEV, singkatan dari Campeonato de Espana de Velocidad.
Ia juga merupakan pebalap non-Spanyol kedua yang mampu jadi juara di kelas Moto3 CEV sejak Stefan Bradl (Jerman) melakukannya pada 2007.
Baca Juga: Mengenal CEV Repsol, "Kawah Candradimuka" Pebalap Muda Dunia
Meski jumlah pebalap Perancis sedikit, kesadaran menjadi minoritas membuat mereka punya rasa kebanggaan yang besar saat meraih kemenangan. Hal itulah yang ditunjukkan Quartararo dan Zarco di podium GP Qatar, 4 April 2021.
Dalam balapan tersebut, Quartararo finish pertama sedangkan Zarco di posisi kedua. Momen itu merupakan double podium pertama bagi Perancis sejak 1954.
Saat di atas podium tertinggi, Quartararo dan Zarco begitu lantang menyanyikan lagu kebangsaan negaranya, 'La Marseillaise'.
"Kami harus sadar, apa yang kami lakukan untuk dunia balap motor Perancis sungguhlah fenomenal. Jadi, kami harus menikmatinya," kata Zarco usai balapan seperti dikutip dari Motorsport.com.
Usai berhasil memastikan gelar juara dunia pertamanya, Quartararo tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia berselebrasi merayakan keberhasilannya itu.
Sesaat setelah menyelesaikan balapan, Quartararo langsung bergegas ke salah satu sudut sirkuit yang jadi tempat selebrasi. Wajahnya tak kuasa menahan tangis haru saat layar LED sirkuit menampilkan video-video lamanya.
Setelah melihat video, Quartararo kemudian menyusuri karpet merah yang sudah dipersiapkan untuknya.
Dengan diiringi suara musik DJ, Quartararo berjalan menyusuri karpet dan kemudian mengambil sebuah helm berwarna emas dengan tulisan 2021 MotoGP World Champion di atasnya.
Kegembiraan yang meluap-luap membuatnya tak bisa berkata-kata saat sesi wawancara usai balapan.
"Saya masih tidak percaya. Saya bahkan tidak bisa berbicara saat ini," kata El Diablo usai balapan, dikutip Sky Sport Italia.
"Mungkin, dalam beberapa saat lagi saya bisa mengatakan sesuatu. Sekarang, saya tidak tahu harus berbicara apa," imbuh pebalap berusia 22 tahun itu.
#ELD1ABLO 😈 @FabioQ20 IS YOUR 2021 #MotoGP WORLD CHAMPION! 🏆 pic.twitter.com/NcH0kHpEiE
— MotoGP™🏁 (@MotoGP) October 24, 2021
Quartararo memang sudah berhasil memastikan gelar juara dunia pertamanya. Tetapi yang jadi pertanyaan, apakah gelar ini akan terus berlanjut atau hanya jadi keberhasilan sesaat?
Juara dunia MotoGP delapan kali, Marc Marquez pernah berpendapat bahwa status sebagai pebalap Perancis akan membuat Quartararo lebih punya banyak tekanan. Berbeda halnya dengan para pebalap Spanyol yang kuantitasnya seabrek.
Marquez sendiri berasal dari Spanyol. Marquez menilai banyaknya rekan senegara membuat pebalap Spanyol lebih tidak tertekan.
"Jadi, pebalap Spanyol memiliki keuntungan kecil dalam hal itu, tekanan negara tidak hanya pada satu pembalap," ujar Marquez seperti dikutip dari Crash.net.
Baca Juga: Asal Perancis, Tekanan Quartararo di MotoGP Dinilai Lebih Berat
Marquez menilai kondisi yang dialami Quartararo jadi keuntungan sekaligus kerugian baginya. Sebab, semakin membaiknya penampilan, ekspektasi banyak orang juga akan semakin tinggi.
Marquez menyamakan situasi tersebut dengan yang dialaminya saat debut pada 2013 silam.
"Anda tidak menghadapi tekanan nyata karena semua hasilnya baik. Jika Anda finis di podium, itu adalah hasil yang luar biasa. Jika Anda finis di lima besar, ini hasil yang sangat bagus," ujar Marquez.
"Tekanan datang ketika Anda harus menang dan ketika semua orang mendorong Anda untuk menang," katanya.
Baca Juga: Alasan Para Pebalap Spanyol Bisa Sangat Dominan di MotoGP
Terlepas akan seperti apa performa Quartararo di musim depan, tentunya hanya waktu yang bisa menjawab.
Satu yang pasti, pada musim 2022 persaingan bisa jadi akan lebih sengit dibandingkan musim 2021.
Apalagi mengingat Marquez yang sudah kembali ke performa maksimal, dan tentunya para anak didik Valentino Rossi yang semakin kuat, baik Bagnaia ataupun Franco Morbidelli.
Jadi, mari kita tunggu saja akan seperti apa persaingan musim depan....!
Total respect from his rivals for a sensational season! 👏
— MotoGP™🏁 (@MotoGP) October 24, 2021
Riders up and down the grid were keen to congratulate @FabioQ20! 👊#ELD1ABLO 👿 | #EmiliaRomagnaGP 🏁 pic.twitter.com/XLdqcvaOzc