JEO - Peristiwa

Akhirnya, Formula E...

Sabtu, 4 Juni 2022 | 07:43 WIB

Tarik ulur lokasi sirkuit, hadangan interpelasi, hingga pandemi Covid-19 mewarnai perjalanan Formula E Jakarta. Apapun, perhelatan olahraga penuh drama ini akhirnya terselenggara juga. Inilah kisah perjalanannya...

 

TANGGAL 9 Juli 2019 malam, Gubernur DKI Jakarta Anies R. Baswedan terbang melintasi Samudera Pasifik untuk bertandang ke Kolumbia.

Anies didapuk menjadi pembicara dalam World Cities Summit Majors Forum (WCSMF) yang berlangsung tiga hari. 

Di hadapan puluhan pemimpin kota terpilih sedunia, Anies memaparkan kinerjanya sebagai pemegang komando pembangunan Ibu Kota Indonesia. 

Perjalanan Anies ke Kolumbia itu merupakan kisah pembuka dari lika-liku perjalanan penuh drama perhelatan Formula E Jakarta yang akhirnya digelar Sabtu 4 Juni 2022 ini. 

Selepas dari daratan Amerika Latin, Anies kemudian melanjutkan penerbangannya ke utara. Pesawatnya berlabuh di kota paling sibuk di dunia, New York, Amerika Serikat pada Sabtu, 13 Juli 2019. Di sana, tengah dihelat Formula E.

Anies tidak hanya sekadar menonton langsung. Ia bernegosiasi dengan pimpinan lembaga penyelenggara Formula E Operation (FEO) Alexandro Agag dan Alberto Longo, agar mobil-mobil kencang tetapi tidak bising itu bisa juga beradu balap di DKI Jakarta.

Tidak disangka, negosiasi pertama hingga  serangkaian negosiasi berikutnya membuahkan hasil sebulan kemudian. 

"Alhamdulillah, berhasil! Jakarta akan menjadi salah satu tuan rumah balap mobil bergengsi Formula E di pertengahan tahun 2020," tulis Anies dalam keterangan foto di akun Instagram-nya, Minggu (14/7/2019).

Baca juga: Rangkaian Kegiatan Anies di Luar Negeri, Apa Hasilnya untuk Jakarta?

Kabar baik itu lantas dieskalasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sejumlah keuntungan disebut akan diraih penduduk Ibu Kota apabila perhelatan balap mobil listrik itu hadir di Ibu Kota. 

Ada potensi manfaat ekonomi senilai 78 juta Euro melalui kedatangan 35.000 penonton dan menghasilkan transaksi ekonomi 1,6 juta Euro selama E-Prix berlangsung.

Tak hanya keuntungan ekonomi, Anies mengungkapkan, perhelatan Formula E juga otomatis mengangkat nama baik Indonesia di mata dunia. 

"Kita sejajar dengan kota-kota maju megapolitan lainnya. Insya Allah, semua persiapan bisa berjalan lancar," ucap Anies.

Dok. PPID DKI Jakarta
Pebalap Indonesia, Sean Gelael (kiri), bersama Stoffel Vandoorne (pebalap Formula E dari Belgia), menemui Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (12/11/2019).

 Gara-gara Sirkuit Monas 

Dua bulan berjalan setelah pertemuan dengan CEO FEO, tepatnya 21 September 2019, Anies kembali menyampaikan pengumuman lebih spesifik soal penyelenggaraan balap mobil listrik itu.

Musim ke-6 Formula E diputuskan akan digelar di DKI Jakarta pada 6 Juni 2020. Sirkuit yang dipilih, yaitu jantung Ibu Kota Indonesia, kawasan Monumen Nasional (Monas). 

Direktur Utama PT Jakarta Propertindo yang saat itu dijabat oleh Dwi Wahyu Daryoto mengatakan, pemilihan jalan sekitar Monas untuk menjadi lokasi balap mobil listrik bukan tanpa alasan. 

Monas adalah ikon Kota Jakarta. Monas sendiri menjadi unsur dalam lambang Provinsi DKI Jakarta. 

"Karena setiap race pada kejuaraan ABB FIA Formula E yang digelar di sebuah kota, senantiasa menjual ikon kota itu. Nah, ikon paling terkenal di Jakarta adalah Monas," tutur Dwi, Februari 2020.

Selain itu, kawasan Monas juga dianggap strategis, mulai dari akses kendaraan umum hingga lokasi akomodasi yang beragam.

Rencana awal, Sirkuit Monas akan mulai dibangun di sisi selatan dengan panjang 2,5 kilometer. Sebanyak 12 tikungan akan dibuat bagi mobil listrik yang melaju searah jarum jam di kawasan itu. 

Sirkuit itu juga melintasi jalan protokol Jalan Medan Merdeka Selatan sehingga penutupan kawasan tersebut mungkin saja terjadi bila sirkuit terealisasi.

Dok. Formula E Indonesia
Jalur Formula E yang diumumkan di Hotel Novotel, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2020)

Tetapi, belum sampai ke proses pengerjaan, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melarang kawasan Monas dijadikan sirkuit Formula E. 

Baca juga: Kawasan Monas Dipastikan Batal jadi Sirkuit Formula E, Jakpro Siapkan 5 Alternatif

Sekretaris Kemensetneg, Setya Utama mengungkapkan, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 25 Tahun 1995 tentang Pembangunan Kawasan Medan Merdeka di Wilayah DKI Jakarta, pihak yang berwenang melakukan pembangunan di kawasan Monas adalah pemerintah pusat, bukan Pemprov DKI. 

Dalam beleid itu, Kemensetneg ditunjuk sebagai Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka. 

Dalam beleid itu pula, tercantum aturan bahwa setiap perubahan yang dilakukan di kawasan Monas harus seizin Menteri Sekretaris Negara. Sementara itu, penetapan kawasan Monas sebagai sirkuit Formula E oleh Pemprov DKI rupanya belum mengantongi izin. 

"Bahwa Komrah (Komisi Pengarah) tidak menyetujui apabila dilaksanakan di dalam area Monas dengan banyak pertimbangan. Di sana ada cagar budaya, ada pengaspalan (untuk sirkuit tidak dibolehkan) dan lain-lain," kata Setya, 5 Februari 2020.

Setya menegaskan, apabila Formula E masih ingin terselenggara, Pemprov DKI Jakarta harus melakukan perubahan jalur sirkuit agar tidak masuk ke dalam kawasan Monas, tetapi berada di sekitar jalan protokol saja.

"Diizinkan, tapi di luar kawasan Monas," ucap Setya.

Baca juga: Anies Curhat Formula E Digusur ke Ancol, Faldo: di Monas Getarannya Berisiko

Komunikasi yang buruk antara Pemprov DKI dengan pemerintah pusat ini sempat membuat suasana politik menghangat. 

Larangan Kemensetneg dipersepsikan sebagai bentuk menghalang-halangi program Anies. Padahal, ini semata-mata persoalan aturan. 

Lima hari berselang, Kemensetneg mencabut larangannya. Tepatnya, 10 Februari 2022, Setya mengatakan, Menteri Sekretariat Negara Pratikno mengizinkan Formula E dihelat di kawasan Monas. 

Namun, ada empat syarat yang harus dipenuhi oleh Pemprov DKI Jakarta:

  1. Dalam merencanakan konstruksi lintasan tribun penonton dan fasilitas lainnya, harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, antara lain UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
  2. Menjaga keasrian, kelestarian vegetasi pepohonan, dan kebersihan lingkungan di kawasan Medan Merdeka;
  3. Menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar kawasan Medan Merdeka; dan
  4. Melibatkan instansi terkait guna menghindari perubahan fungsi, kerusakan lingkungan, dan kerusakan cagar budaya di kawasan Medan Merdeka.

Setelah kabar baik itu tiba, pada malam harinya Anies menemui Presiden Joko Widodo. Pertemuan itu tertutup dari awak media. 

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, pertemuan Anies dengan Presiden Jokowi adalah untuk meminta penjelasan lebih gamblang mengenai syarat yang diberikan Mensesneg untuk pembuatan sirkuit di Monas.

Apapun, pertemuan tersebut sedikit banyak meredam gejolak politik yang muncul gara-gara penentuan Monas sebagai sirkuit Formula E. 

Foto: PPID DKI Jakarta
Presiden RI Joko Widodo berkunjung mengecek kondisi pembangunan Sirkuit Ancol buat Formula E 2022.

 Batal Karena Covid-19 

Dukungan pemerintah pusat membuat Pemprov DKI Jakarta bersemangat untuk memulai persiapan.

Empat bulan sebelum penyelenggaraan Formula E tanggal 6 Juni 2020, Monas sudah siap-siap bersolek. 

Uji coba pengaspalan dimulai. Batu alam yang berada di silang Monas sebagian sudah mulai ditimpa aspal. Revitalisasi sisi selatan berupa plaza dan kolam ikan selesai dikerjakan. Pengadaan beton pembatas sudah dipesan. 

Beberapa konferensi pers dan temu komunitas mobil listrik juga sudah dijadwalkan. 

Persiapan gelaran Formula E sudah matang. Tinggal menghitung bulan. Tetapi seluruh persiapan itu gugur karena satu hal, pandemi Covid-19.

Virus yang menyebabkan kerusakan jaringan pernapasan dan menyebabkan pneumonia itu merebak di Jakarta. Pembatalan penyelenggaraan Formula E Jakarta resmi diteken Anies tujuh hari setelah kasus pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan.

Anies resmi mengeluarkan Surat Pemberitahuan Nomor 117/1.857.74 tertanggal 9 Maret 2020 tentang pembatalan penyelenggaraan Formula E.

"Mencermati perkembangan Covid-19 di berbagai belahan dunia khususnya di Jakarta, maka penyelenggaraan Formula E yang semula dijadwalkan pada bulan Juni 2020 agar ditunda pelaksanaannya," kata Anies.

Baca juga: Anies Sebut Krisis Ekonomi Mulai Terasa di Jakarta Dampak Covid-19

Covid-19 tidak hanya mengacaukan rencana penyelenggaraan balap Formula E. Seluruh sektor merasakan dampaknya. Aura keputusasaan menyelimuti langit Ibu Kota.

ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Seorang tenaga kesehatan berjalan di selasar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa (15/6/2021). Menurut Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, pihaknya menambah jumlah kapasitas tempat tidur menjadi 7.394 dari 5.994 akibat tingginya penularan COVID-19 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta merilis tingkat pengangguran akibat pandemi Covid-19 meningkat 4,41 persen pada Agustus 2020.

Terdapat 176.890 orang menjadi pengangguran, 77.336 orang sementara tidak bekerja, 40.151 dirumahkan dan 1,6 juta mengalami pengurangan jam kerja.

Dampak berantai Covid-19 meluas. Ekonomi tak lagi tumbuh, melainkan anjlok -8,35 persen pada kuartal kedua tahun 2020. Kondisi minus ini masih terus dirasakan hingga kuartal pertama 2021.

Banyak program yang tak bisa terlaksana dan hampir seluruh APBD DKI Jakarta difokuskan pada penanganan Covid-19. Jakarta babak belur.  

Gonjang-ganjing warga yang susah memenuhi kebutuhan dasar juga santer terdengar. Bagi pemerintah, khususnya Jakarta yang menjadi pusat penularan Covid-19, menyiapkan bantuan sosial untuk jaring pengaman sosial tidak kalah penting dari menyiapkan beragam fasilitas kesehatan untuk yang terpapar Covid-19.

Tapi semua itu butuh dana di saat pertumbuhan ekonomi Jakarta jatuh ke jurang terdalam.

Lantaran Jakarta sedang bokek, anggaran penyelenggaraan Formula E ratusan miliar yang terlihat kecil dari total APBD Rp 82 triliun saat pandemi menjadi terlihat sangat besar.

Di sisi lain, DKI Jakarta diketahui sudah menyetorkan sejumlah uang ke panitia penyelenggara Formula E (FEO). Total uang yang sudah disetor oleh Pemprov DKI sebanyak Rp 560 miliar dari pos anggaran Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).

Uang itu dibutuhkan karena penanganan Covid-19 semakin tak terkendali.

Gejolak kesusahan masyarakat mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar di tengah pandemi terdengar sampai ke telingan Anggota DPRD DKI Jakarta.

Baca juga: Jakpro: Commitmen Fee Formula E Turun dari Rp 23 Triliun jadi Rp 560 Miliar Karena Pandemi Covid-19

Anggota Fraksi Demokrat DPRD DKI Jakarta yang kini menjabat Ketua DPW Demokrat DKI Jakarta Mujiyono mendesak agar Pemprov DKI Jakarta menarik uang yang sudah disetorkan ke penyelenggara Formula E.

Formula E juga disebut bukan lagi program prioritas yang harus dijalankan, terutama di masa pandemi Covid-19.

"Masih mau yakin juga Formula E diselenggarakan di akhir tahun misalkan, sudah enggak ada orang mau datang," ucap Mujiyono.

Ketua Komisi A DPRD DKI ini meyakini bila Formula E dipaksa diselenggarakan pada 2020, kondisi ekonomi belum stabil justru membuat kerugian besar bagi Jakarta.

"Jadi jangankan beli tiket buat nonton Formula E, mending buat beli beras. Itu satu hal yang saya sedang desak, sudah habisin saja dana Formula E, mau buat apaan sih," ucap Mujiyono.

Desakan untuk menarik kembali anggaran yang sudah disetorkan juga datang dari Fraksi Nasdem. Jupiter sebagai anggota Fraksi Nasdem meminta uang penyelenggaraan Formula E segera dialihkan untuk penanganan Covid-19.

"Saya dengan tegas meminta Pemprov DKI Jakarta tarik bali uang commitment fee Formula E," ucap dia.

Bukan tanpa alasan, Jupiter yang merupakan anggota Komisi C DPRD DKI tau betul kondisi keuangan dan pendapatan Pemprov DKI.

Kata dia, pendapatan DKI merosot 53 persen di pertengahan tahun 2020 akibat pandemi, sehingga uang dengan jumlah ratusan miliar itu menjadi sangat berharga untuk dialihkan ke penanganan pandemi.

Pendapat Warga soal Formula E

Namun isu desakan penarikan anggaran Formula E yang sudah disetorkan ke penyelenggara berlalu begitu saja. Tahun 2020 terlewat tanpa penyelenggaraan Formula E, tapi juga tak ada penarikan commitment fee untuk penanganan Covid-19.

Pemprov DKI tentu berharap, pada 2021 pandemi mereda agar Formula E bisa terselenggara. Namun takdir masih tak mengizinkan Formula E melenggang di Jakarta, dan itu masih dengan alasan pandemi Covid-19.

Krisis yang disebabkan gelombang kedua varian Delta tersebut kembali menyadarkan para wakil rakyat Ibu Kota di Kebon Sirih untuk melakukan efisiensi anggaran. Anggaran Formula E pun kembali dilirik.

Baca juga: Ngototnya Pemprov DKI Mau Gelar Formula E di Tengah Kesulitan Atasi Pandemi Covid-19

Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Johnny Simanjuntak meminta Pemprov DKI mengambil kembali uang yang sudah mangkal selama setahun lebih di kantong FEO untuk rakyat Ibu Kota yang sedang kesusahan.

Rintihan warga akibat varian Delta, kata Johnny, jauh lebih penting didengar dibandingkan suara derung mesin balap mobil listrik.

"Contohnya apa (bentuk pengalihan anggarannya), kita butuh tenaga relawan untuk bisa tampil di rumah sakit yang memang kita akui sekarang sudah tidak mampu menghadapi virus yang begitu luar biasa ini," ucap Johnny. 

  Babak Interpelasi 

Belum sebulan setelah puncak gelombang Delta terlewat, Anies justru mengambil keputusan kontroversial. Ia mengeluarkan instruksi agar Formula E siap-siap terselenggara pada tahun 2022.

Perintah Anies tertuang dalam Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 49 Tahun 2021 agar ajang balap mobil listrik itu menjadi isu prioritas yang harus terselenggara pada tahun akhir masa jabatannya.

"Formula E: target keluaran: terselenggara lomba Formula E, target waktu: Juni 2022," tulis Anies dalam instruksi yang diterbitkan 4 Agustus 2021.

Perintah Anies menjadi episode baru drama politik yang mewarnai ajang Formula E Jakarta. Dua fraksi DPRD DKI, yaitu Fraksi PDI-Perjuangan dan Fraksi PSI bersepakat mengajukan interpelasi.

Mereka ingin meminta penjelasan secara gamblang langsung dari Anies atas keputusan yang dinilai tidak memikirkan pandemi Covid-19 yang baru saja melewati kondisi terparah akibat varian Delta.

Interpelasi tersebut dilayangkan 22 hari setelah Anies mengeluarkan instruksi, tepatnya 26 Agustus 2021.

Alasan PDI-P mengajukan interpelasi adalah ketidakjelasan keuntungan yang didapat dari penyelenggaraan Formula E di tahun 2022. Pasalnya, kajian keuntungan yang dikeluarkan PT Jakpro adalah kajian sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

Selain itu, terdapat beberapa catatan BPK terkait penyelenggaraan Formula E yang menyebut ada potensi kerugian yang akan terjadi apabila perhelatan yang didanai APBD itu tetap diselenggarakan.

"Ada potensi kerugian sehingga ini yang kami tanyakan pada Bapak Gubernur," kata Rasyidi Anggota DPRD DKI yang mewakili Fraksi PDI-P saat mengantarkan pengajuan interpelasi di Gedung DPRD DKI Lantai 10, Kamis, 26 Agustus 2021.

Baca juga: Kepada 7 Fraksi Penolak Interpelasi Formula E, Fraksi PDI-P: Kalau Tak Setuju, Sampaikan di Sidang Paripurna

Sebagai informasi, PT Jakpro pernah menjabarkan data terkait keuntungan penyelenggaraan Formula E dalam dokumen permohonan penyertaan modal daerah (PMD) untuk APBD tahun anggaran 2020.

Dalam dokumen tersebut, PT Jakpro meminta PMD sebesar Rp 767 miliar khusus untuk ajang balap mobil listrik itu. Dari Rp 767 miliar akan dibagi menjadi dua penempatan, 55,1 persen atau Rp 423 miliar untuk biaya bank garansi dan Rp 344 miliar untuk pelaksanaan Formula E 2020.

Dalam dokumen itu juga Jakpro memaparkan dampak ekonomi dari kejuaraan Jakarta E-Prix 2020. Mereka menyebut Formula E akan menyumbang dampak sebesar Rp 536 miliar untuk tuan rumah.

Target penonton saat itu ada 90.000 dengan kontribusi pemasukan Rp 120 miliar, sedangkan dampak lainnnya sebesar Rp 416 miliar mulai dari sektor transportasi, ritel, asuransi, hiburan, akomodasi, makan dan minum hinggga pergudangan.

Berikut rinciannya: 

 

Keuntungan Penyelenggaraan Formula E

Namun, perhitungan tersebut dinilai cacat oleh BPK. Pasalnya, PT Jakpro tidak memasukan commitment fee yang harus dibayarkan oleh Provinsi DKI Jakarta lewat APBD.

Jakpro memang tidak membayar commitment fee tersebut, melainkan Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta yang diperintahkan Anies untuk menggelontorkan uang senilai Rp 560 miliar untuk rencana perhelatan Formula E tahun 2020 dan tahun 2021.

Kekacauan perhitungan yang tidak diperbarui bahkan sebelum kondisi pandemi itu yang menjadi alasan kuat kedua Fraksi PDI-P dan PSI mengajukan interpelasi ke Anies.

Sedangkan tujuh fraksi lainnya yaitu Demokrat, Golkar, Nasdem, PPP-PKB, PKS, PAN dan Gerindra memilih jalan lain. Meski dalam koalisi tujuh partai ini ada yang tidak setuju dengan gelaran Formula E seperti Golkar dan Demokrat, akan tetapi jalan interpelasi dinilai terlalu terburu-buru.

Mendengar isu interpelasi digulirkan, pada malamnya di hari yang sama Anies mengundang tujuh fraksi yang tidak bergabung dalam pengajuan hak interpelasi untuk makan malam bersama.

Baca juga: Wagub DKI Bantah Anies Minta 7 Fraksi DPRD Tolak Interpelasi Formula E

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik mengatakan, undangan makan malam membahas tentang posisi Formula E yang akan terselenggara di tahun 2022.

Kata Taufik, dalam makan malam itu Anies panjang lebar menjelaskan alasan mengapa balap mobil listrik itu wajib terselenggara di akhir tahun masa jabatannya. Salah satunya adalah untuk membangkitkan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Malam itu juga diambil kesepakatan bahwa tujuh fraksi yang hadir di meja makan Rumah Dinas Gubernur DKI di Suropati, Menteng, Jakarta Pusat menolak interpelasi.

Kesepakatan di meja makan itu tak lantas mengendorkan niat PDI-P dan PSI untuk melanjutkan proses interpelasi. Sidang paripurna interpelasi tetap terselenggara untuk pertama kalinya pada 28 September 2021 dihadiri oleh 25 anggota fraksi PDI-P dan tujuh fraksi PSI.

Namun karena kehadiran Anggota Dewan yang tidak kuorum, sidang akhirnya ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.

Drama interpelasi kemudian lenyap dan menguap hingga mobil-mobil listrik itu adu cepat di Ibu Kota. 

istimewa
Gubernur DKI Jakarta (lima dari kiri berdiri) bersama para pimpinan tujuh fraksi DPRD DKI Jakarta di Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta Jalan Taman Suropati Menteng Jakarta Pusat, Kamis (26/8/2021) malam

 Titik Terang Formula E 

Setelah drama politik interpelasi surut karena tersandera sikap tujuh fraksi pendukung Anies, isu penyelenggaraan Formula E kembali muncul ke publik pada Agustus 2021. 

Untuk melancarkan program yang sudah diteken jauh-jauh hari, Anies mengubah susunan direksi di PT Jakarta Propertindo.

Anies mengganti Direktur Utama PT Jakpro Dwi Wahyu Daryoto pada 25 Agustus 2021. Kemudian menempatkan Widi Amanasto di kursi nomor satu BUMD yang bergerak di bidang sarana dan properti itu.

Anies juga mencopot direktur pengembangan bisnis Mohammad Hanief dengan Gunung Kartiko yang juga merupakan Managing Director Formula E Jakarta 2022.

Pergantian direksi itu terbukti efektif. PT Jakpro berhasil melakukan renegosiasi dana commitment fee Rp 560 miliar yang sebelumnya untuk penyelenggaraan dua tahun balap Formula E 2020-2021 menjadi tiga tahun penyelenggaraan terhitung 2022-2024.

Hasil negosiasi yang menguntungkan Jakarta itu tidak dicapai dengan mudah. Gunung Kartiko mengatakan, mereka harus bekerja ekstra keras untuk meyakinkan FEO.

"Berat sekali untuk kami laksanakan (proses negosiasi), itu dua malam lanjut terus, zoom meeting kita," kata Gunung.

Baca juga: Formula E Jakarta: Melihat Keseruan Kru Avalanche Andretti Saat Isi Waktu Luang

Keberhasilan renegosiasi memberikan optimisme panitia Formula E untuk terus melangkah maju.

Setelah pada September 2021 disetujui, panitia memutuskan untuk memindahkan tempat perhelatan Formula E dari Monas. 

Untuk mengamankan proses itu, Anies meminta bantuan Ahmad Sahroni sebagai Ketua Komite Pelaksana.

Sahroni diketahui merupakan politikus kawakan Nasdem. Di DPR RI, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III. Di dunia otomotif, Sahroni juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Motor Indonesia (IMI). 

Selain Sahroni, Anies juga meminta Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum IMI Bambang Soesatyo sebagai Ketua Komite Pengarah. 

Panitia bergerak cepat, pemilihan lokasi sirkuit baru Formula E Jakarta akhirnya diputuskan di kawasan Ancol Timur, Tanjung Priok Jakarta Utara.

Penetapan lokasi sirkuit sempat kembali mengundang kontroversi. Pasalnya lokasi sirkuit dikenal sebagai daerah berlumpur dan juga tempat langganan Pemprov DKI membuang sisa proyek pengerukan lumpur dan galian pembangunan jalur MRT.

Kritik yang menjadi sorotan publik datang Ketua Umum PSI Giring Ganesha yang mencoba menjajal tanah berlumpur lokasi sirkuit dan sempat terjeblos.

Kritikan yang datang dari segala sisi tak lantas membuat Jakpro loyo. Pembangunan sirkuit tetap dilaksanakan, dimulai pada 3 Februari 2022 dan berakhir pada awal April 2022.

Simak spesifikasi sirkuit JIEC (Jakarta International Eprix Circuit) Formula E Jakarta berikut ini: 

Spesifikasi Sirkuit Formula E

Kecepatan pembangunan sirkuit yang hanya membutuhkan waktu 60 hari ini mendapat pujian dari FEO.

Nuno Fernandez tim dari FEO mengatakan, "proyek ini sampai saat ini yang pertama di dunia membangun sirkuit permanen dari awal dan hanya membutuhkan waktu 60 menit," pada Kamis 7 April 2022.

Setelah sirkuit rampung, perjalanan menuju penyelenggaraan Formula E semakin mulus. Ajang balap itu terus berproses mulai dari penjualan tiket, kontrak sponsorship dan dukungan penuh dari Pemprov DKI Jakarta karena merupakan rangkaian acara dari Hari Ulang Tahun (HUT) ke 495 DKI Jakarta.

Baca juga: Sabtu, Jokowi Bakal Nonton Langsung Balapan Formula E di Ancol

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan senyum semringahnya mengucapkan harapannya untuk balap mobil listrik ini.

Kata dia "harapannya berjalan lancar sukses, nama baik Indonesia berada di dalam kancah dunia. Ini adalah kesempatan di mana dunia menyaksikan Jakarta, menyaksikan Indonesia," Selasa, 24 Mei 2022.

Formula E juga menjadi langkah strategis Jakarta dalam mengampanyekan era energi terbarukan untuk mobilitas massal di masa depan.

Pergelaran Formula E adalah pesan kepada dunia bahwa penduduk Jakarta ikut mengambil tanggung jawab mengurangi emisi karbon di udara.

"Dan kami ingin bersihnya Jakarta, birunya langit Jakarta sebagai penanda komitmen kita sebagai warga bumi yang bertanggung jawab," tutup dia.

 

 

Dinamika perhelatan Formula E akan tercatat dalam sejarah. Begitu pula ekses positif atau negatif yang menyertainya. Tetapi yang pasti, untuk hari ini mari kita nikmati dulu akselerasi mobil listrik di pesisir Utara Kota Jakarta.