JEO - News

LRT Palembang,
Tak Cuma buat Asian Games 2018

Kamis, 11 Oktober 2018 | 18:53 WIB

Pembangunan fisik light rail transit (LRT) Palembang mulai dikerjakan pada 21 Oktober 2015 dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan.

Alasan kehadiran LRT di Palembang tak semata karena dan buat Asian Games 2018. Lalu apa? Apakah juga kehadirannya sekadar menambah moda transportasi atau ada harapan lain?

PERHELATAN Asian Games 2018 yang juga berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan, menjadi momentum bagi kota itu untuk merealisasikan pembangunan “megaproyek” light rail transit (LRT) di Bumi Sriwijaya.

Namun, ajang itu bukan satu-satunya alasan dan tujuan dari pembangunan LRT tersebut. Risiko kemacetan pada masa depan lebih menjadi pertimbangan utama dan jangka panjang.

Dalam pemaparannya kepada Presiden Joko Widodo, Gubernur Sumatera Selatan pada waktu itu, Alex Noerdin, mengatakan bahwa Kota Palembang sedang berkembang pesat, terutama sejak kota ini menjadi pusat olahraga dengan dibangunnya kompleks Jakabaring Sport City (JSC).

Volume kendaraan pun diperkirakan terus meningkat, sementara ruas jalan belum sepadan untuk mencegah risiko kemacetan. Dua jembatan baru yang menghubungkan kawasan Ilir dan Ulu di kota itu sudah juga dibangun, tetapi dianggap belum akan mencukupi mencegah kemacetan.

Sebelumnya, Palembang hanya menggunakan dua jembatan untuk menghubungkan dua kawasan itu, yakni Ampera dan Musi II, untuk mengantisipasi potensi kemacetan. Adapun dua jembatan yang baru dibangun adalah Jembatan Musi IV dan Musi VI.

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Lanskap jalur LRT Palembang, Sumatera Selatan, dari kawasan bundaran titik nol kota itu dan menyeberangi Sungai Musi. Gambar diambil pada Rabu (29/11/2017)

Jembatan Musi IV dibangun menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan VI memakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Namun, pembangunan dua jembatan itu dirasa tetap belum akan mampu mencegah kemacetan sehingga Alex mengusulkan pembangunan LRT. 

Berdasarkan hasil studi, Palembang akan mengalami kemacetan parah (great lock) pada 2020 mendatang.

Berdasarkan hasil studi, Palembang akan mengalami kemacetan parah (great lock) pada 2020 mendatang.

“Pada 2020, orang mau keluarkan mobil dari garasi sudah macet, enggak bisa gerak. Solusinya angkutan massal untuk mengatasi great lock. Bisa MRT, LRT,” kata Alex.

Sarana tranportasi massal dengan menggunakan LRT pun menurut Alex lebih murah dibandingkan yang lain. Terlebih lagi, “ular besi” tersebut adalah buatan dalam negeri, yaitu karya PT INKA. 

"Kita pilih LRT karena lebih murah dan teknologi modern, serta tidak ada pembebasan lahan yang besar. Persyaratan kota, jika sudah memiliki 1,2 juta lebih penduduk harus ada angkutan massal,” ujar Alex. 

Gaya Hidup Baru Transportasi

 

PEMBANGUNAN fisik Light Railt Transit (LRT) Palembang mulai dikerjakan pada 21 Oktober 2015 dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan.

Sebagaimana Pasal 2 ayat 1 aturan itu, PT Waskita Karya (Persero) menjadi kontraktor pelaksana pembangunannya. Kepala Pejabat Pembuat Komitmen LRT Palembang dari Kementerian Perhubungan Suranto mengatakan, pembangunan LRT bukanlah perkara mudah.  

Pembangunan dimulai sejak 2015. Pada 2018 baru dilakukan finishing hingga rangkaian kereta didatangkan dari PT INKA di Madiun, Jawa Timur,  ke Palembang.

KOMPAS/PRADIPTA PANDU MUSTIKA
Penampakan LRT Palembang saat berhenti di Stasiun Bumi Sriwijaya. Gambar diambil pada Rabu (1/8/2018)

“Hambatan berupa masalah utilitas, baik pipa gas, pipa PDAM, kabel listrik, kabel Telkom, maupun utilitas lain, berdampak pada penggeseran lokasi dan rekayasa struktur tiang, termasuk ada tiang LRT yang sedikit menggunakan badan jalan,” kata Suranto, Rabu (6/9/2018), kepada Kompas.com.

LRT Palembang merupakan satu-satunya kereta layang di dunia yang melintasi sungai.

LRT Palembang juga merupakan satu-satunya kereta layang di dunia yang melintasi sungai. Sebab, Kota Palembang terhubung antara Ilir dan Ulu.

Karenanya, proses pengerjaan pemasangan tiang LRT di Sungai Musi harus dihitung secara matang. Terlebih lagi, bangunan tiang itu hanya berjarak delapan meter dari tiang jembatan Ampera.

“Untuk tiang LRT di Sungai Musi kendala yang dihadapi, terutama kita harus menjaga bangunan existing, yaitu Jembatan Ampera, karena jarak pile cap-nya hanya 8 meter. Jangan sampai bangunan tiang untuk LRT berdampak pada tiang dan struktur Jembatan Ampera,” jelas Suranto.

“Pada saat pembangunan tiang jembatan LRT di Sungai Musi kita harus memasang alat untuk memantau apakah tiang Jembatan Ampera mengalami pergeseran. Alhamdulillah, pembangunan tiang LRT tidak berdampak pada tiang Jembatan Ampera. Bahkan jembatan LRT di Sungai Musi dapat selesai dua bulan lebih cepat,” ujarnya.

Sejak (6/10/2018), 12 stasiun LRT Palembang telah beroperasi. Dari 13 stasiun yang disiapkan, tinggal satu stasiun masih dalam tahap pengerjaan, yakni stasiun Garuda Dempo di Jalan Kolonel Haji Burlian Palembang.

Adapun 12 stasiun yang sudah dioperasikan untuk naik turun penumpang adalah Stasiun DJKA-Jakabaring-Polresta- Ampera-Cinde-Dishub- Bumi Sriwijaya-Demang, Punti Kayu - RSUD - Asrama Haji-Bandara.

Peta Stasiun LRT Palembang per 6 Oktober 2018 - (PT KAI Divre III)

Juru bicara PT KAI Divre III Palembang Aida Suryanti mengatakan, dengan 12 stasiun yang sudah dioperasikan, para penumpang bisa lebih nyaman dan dapat memilih lokasi naik turun LRT, ketika bepergian menggunakan ular besi tersebut.

“Tinggal satu lagi untuk stasiun Garuda Dempo masih dalam tahap pengerjaan, setelah selesai 13 stasiun akan difungsikan. Masyarakat jadi bisa nyaman untuk menggunakan LRT dengan ada 13 stasiun ini,” kata Aida kepada Kompas.com, Selasa (9/10/2018).

Alternatif moda transportasi massal baru itu pun menurut Aida, mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat Sumatera Sealtan.

Harapannya, warga mulai meninggalkan kendaraan pribadi dengan memilih transportasi publik.

“Ke depan diharapkan dengan adanya LRT Sumsel ini akan memberikan alternatif transportasi bagi masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari sehingga dapat mengurangi beban kemacetan dan polusi akibat banyak nya kendaraan bermotor di jalan raya,” ujar Aida.

Lebih lanjut Aida menambahkan kehadiran LRT Sumsel ini diharapkan dapat menjadi gaya hidup baru. Harapannya, warga mulai meninggalkan kendaraan pribadi dengan memilih transportasi publik.

Stasiun LRT pun bisa menjadi alternatif tempat bertemu alias point meeting dengan kolega atau keluarga.

"Lokasi stasiun LRT sangat strategis di wilayah kota Palembang," imbuh Aida.

LRT Palembang, Budaya Baru Transportasi - (KOMPAS/GUNAWAN)

 

 

Fasilitas Standar Dunia

 

STASIUN LRT disebut dibangun mengikuti standar dunia. Misalnya, stasiun ini dilengkapi dengan sewage treatment plans (STP) untuk pengelolaan dan pengolahan air buangan.

Lalu, ada juga ground water tank (GWT) untuk memenuhi kebutuhan air bersih di stasiun. Air yang ditampung juga dapat digunakan sebagai hidran untuk keperluan pemadaman jika terjadi kebakaran di stasiun, dengan kapasitas 45 menit penyemprotan tanpa henti. 

Selain itu, semua stasiun juga diklaim ramah terhadap para penumpang difabel. Stasiun dilengkapi tangga, eskalator, lift, ruang kesehatan, ruang laktasi, mushala, serta toilet yang mengakomodasi kebutuhan difabel. 

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Stasiun LRT Ampera Palembang. Gambar diambil pada Rabu (4/7/2018)

Untuk fasilitas kedaruratan, terpasang alarm kebakaran, fasilitas untuk mencegah kebakaran, serta fasilitas emergensi bagi penumpang yang jatuh dari peron ke rel.

Adapun soal keamanan, setiap stasiun dilengkapi dengan 52 kamera pengawas (closed circuit television/CCTV) yang dapat dikontrol oleh petugas setiap stasiun tetapi juga terpusat di gedung OCC yang berlokasi di dekat Depo LRT.

Gedung OCC memiliki ruang kontrol untuk fasilitas di semua stasiun, catu daya listrik dari substasiun/gardu traksi, persinyalan sepanjang jalur LRT, serta telekomunikasi.

LRT Palembang masih dalam uji operasional atau commissioning test selama enam bulan.

Sejauh ini, LRT Palembang masih dalam uji operasional atau commissioning test selama enam bulan. Meskipun sudah dioperasikan dan bisa mengangkut penumpang, LRT Palembang tetap dipantau secara ketat dan intensif.

“Oleh sebab itu, jika selama uji coba ini terdapat kendala atau sedikit gangguan, masyarakat harus memakluminya, dan yang paling penting kita harus bangga bahwa LRT Sumsel ini baik desainnya, kontruksinya, fasilitas operasinya, keretanya, maupun operatornya oleh Indonesia,” kata Suranto.

Sebelum pengoperasian, lanjut Suranto, sudah ada pula sejumlah simulasi. Tujuannya, mitigasi dan evakuasi penumpang jika terjadi kondisi darurat, termasuk dibangunya walk way atau jalan di pinggir jalur kereta untuk evakuasi.

Pembangunan LRT Sumsel ini juga melibatkan Ditjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan. Dilibatkan pula konsultan pengawas yang berkualifikasi, yakni SMEC International yang berasosiasi dengan OCG, untuk memenuhi standar internasional.

KOMPAS.com/AJI YK PUTRA
ST12 Zai (Vokalis), Indra (Bassis), dan Pepep (Gitaris/keyboardist) saat mengamen di dalam kereta light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/9/2018). Usai ngamen di LRT Palembang, ST 12 berencana untuk membuat video klip.

“Uji coba operasional LRT Sumsel dilakukan dengan melibatkan kontraktor, yaitu PT Waskita Karya, LEN, INKA, PTKA, PPK, Ditjen Perkeretaapian, dan konsultan pengawas. Selain konsultan pengawas dari SMEC dan OCG, dari pihak PT Waskita, LEN, INKA, dan PTKA juga ada konsultannya. Jadi uji coba LRT Sumsel ini diawasi oleh banyak konsultan,” ungkap Suranto.

Secara rinci, besaran biaya perawatan LRT Palembang hingga saat ini masih menjadi tanggung jawab PT INKA selaku pembuat kereta hingga empat tahun ke depan.

 

Catatan kendala uji coba

Selama proses uji operasional kereta (commissioning test), kereta sempat beberapa kali berhenti. Setidaknya, dalam catatan Kompas.com, LRT Palembang sudah empat kali mengalami kendala teknis.

"Yang harus dipahami adalah LRT Sumsel ini masih dalam rangka uji coba, kami minta kepada masyarakat untuk sabar," ujar Suranto.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Kereta ringan (LRT) melintas di kawasan Pakjo, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (30/8/2018). Pemerintah masih terus mengevaluasi kinerja LRT Palembang untuk menyempurnakan sebelum dioperasikan penuh pada 3 September mendatang. Peristiwa mogoknya kereta yang telah tiga kali terjadi sejak pengoperasian dijadikan pedoman evaluasi. KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN (HAS) 30-08-2018

Menurut Suranto, evaluasi untuk perbaikan juga terus dilakukan. Meski begitu, dia meminta maaf bila dalam uji coba pengoperasian ini ada kendala yang bisa jadi berdampak terhadap pelayanan kepada masyarakat. 

LRT Palembang menggunakan tegangan listrik tinggi, yakni 750 VDC dengan range 500 VDC-1.000 VDC dan rata-rata tegangan 860 VDC. Penggunaan tergantung dengan percepapatan dan perlambatan. Makin cepat LRT melaju, konsumsi listriknya makin tinggi.

"LRT Sumsel ini didukung oleh 5 gardu induk (GI) yang disiapkan PLN dan kami menyiapkan 9 substation (gardu traksi). Dengan tersedianya suplai listrik ini, LRT Sumsel sudah dipersiapkan untuk headway 3 menit,” kata dia.

 

Teknologi Canggih
Karya Anak Bangsa

 

ANTUSIASME warga Palembang untuk menggunakan moda transportasi baru ini cukup tinggi, setidaknya menurut catatan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre III selaku penanggung jawab LRT Palembang. 

Sejak beroperasi pada (23/7/2018) hingga (5/10/2018), misalnya, LRT Palembang telah mengangkut 470.000 penumpang.

KOMPAS.com/ AJI YK PUTRA
Calon penumpang antusias menaiki LRT Palembang.

Juru bicara PT KAI Divre III Aida Suryanti mengatakan, kereta karya anak bangsa tersebut memiliki fasilitas yang sudah sangat mumpuni untuk digunakan sebagai transportasi massal modern. Kereta juga dilengapi fasilitas untuk ibu hamil serta lansia dan difabel.

“Sehingga, penumpang bisa nyaman saat menaiki LRT. Satu rangkaian kereta bisa menampung 440 penumpang,“ ujarnya kepada Kompas.com.

“Setelah masa uji commissioning selesai, (LRT Palembang) akan beroperasi 24 jam. Tarif saat ini Rp 5.000 untuk non-bandara dan Rp 10.000 untuk tujuan bandara,” ujar Aida.

~Juru bicara
PT KAI Divre III
Aida Suryanti~

Selama uji commissioning, jam operasional LRT akan dipangkas sedikit, yakni dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Selama uji coba, kekurangan yang mungkin masih ada dari moda transportasi ini akan terus dipantau dan dibenahi. 

“Setelah masa uji commissioning selesai, (LRT Palembang) akan beroperasi 24 jam. Tarif saat ini Rp 5.000 untuk non-bandara dan Rp 10.000 untuk tujuan bandara,” ujar Aida.

Selama uji operasi berlangsung, petugas yang merupakan gabungan dari Ditjenka Kemenhub, PPK LRT Sumsel, PT WASKITA, PT KAI, PT INKA, PT LEN, dan konsultan SMEC selalu memantau setiap hari untuk melihat progres “ular besi”, termasuk kendala yang dihadapi.

PT KAI juga telah memasang imbauan kepada penumpang untuk menyikapi kendala teknis jika sampai terjadi saat mereka berada di dalam LRT.

“(Imbauan soal) evakuasi penumpang, bila terjadi kendala teknis dalam perjalanan yang menyebabkan harus dilakukan evakuasi. Kami imbau agar penumpang tidak panik, dengarkan arahan petugas, karena evakuasi dilakukan setelah semuanya dinyatakan aman oleh petugas,” kata Aida.

 

Sensor pengaman

Ardiansyah, salah satu masinis LRT Palembang, berpendapat, teknologi pengoperasian LRT Palembang yang dibuat PT INKA terbilang modern. Bahkan, sekelas KRL Jabodetabek yang berasal dari Jepang pun disebut teknologinya jauh tertinggal.

KOMPAS.com/AJI YK PUTRA
Ardiansyah salah satu masinis kereta light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan.

Misalnya, soal sistem persinyalan kereta. Jika KRL lain menggunakan sistem kontrol yang dipegang penuh oleh masinis, ungkap Ardiansyah, LRT Palembang menggunakan sinyal sebagai sensor batas kecepatan, tertutama di lintasan yang dinilai berbahaya seperti tikungan. 

“Jadi misalkan ada semacam traffict light merah, hijau, dan kuning," sebut Ardiansyah.

Sinyal merah menandakan ada kendala, jadi kereta otomatis tidak akan bergerak. Lalu, sinyal hijau berarti batas kecepatan maksimal LRT 40 km/jam. Adapun sinyal kuning menandakan batas kecepatan LRT antara 20 km/jam hingga 30 km/jam, biasanya berarti LRT sedang melintasi tikungan.

"Ketika kereta melintas kecepatan akan otomatis berubah sendiri. Teknologinya sangat canggih,” ulang Ardiansyah.

Sistem pengamanan LRT Palembang pun memiliki tingkat yang sangat tinggi. Bila kereta mengalami suatu kendala dalam perjalanan, lajunya akan terhenti. 

“Seperti halnya ada pintu yang kurang tertutup, otomatis sensor menjadi merah dan membuat kereta tidak akan jalan. Tapi kondisi kereta masih tetap standby. Teknologi tingkat keselamatan LRT PT INKA saya akui memang sangat tinggi dan aman,” ujarnya.