JEO - News




Mengenang
KH Maimun Zubair

Selasa, 6 Agustus 2019 | 12:46 WIB

KH Maimun Zubair, dikenal luas sebagai Mbah Moen, meninggal di Mekkah, Arab Saudi, pada Selasa (6/8/2019). Ini rekam jejak ringkasnya.

LAHIR di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, pada 28 Oktober 1928, KH Maimun Zubair adalah sosok ulama kharismatis. "Suaranya" sangat didengar, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

Pada Selasa (6/8/2019), Mbah Moen—panggilan dalam kesehariannya—meninggal dunia di Mekkah, Arab Saudi, dalam rangkaian ibadah haji.

Selain ulama, Mbah Moen juga adalah politisi. Dia menjadi salah satu pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

Saat ini, posisi Mbah Moen di PPP adalah Ketua Majelis Syariah. Setiap ada persoalan di partai ini, pendapatnya juga masih menjadi penentu.

PPP merupakan salah satu partai politik hasil fusi pada Orde Baru, penggabungan partai politik yang diklaim sebagai penyederhanaan demi stabilitas politik.

Dideklarasikan pada 5 Januari 1973, PPP merupakan gabungan dari Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi).

Kiprah politik Mbah Moen cukup panjang. Misalnya, pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama tujuh tahun. Lalu, pernah pula tiga periode menjadi anggota MPR dari Fraksi Utusan Daerah, mewakili Jawa Tengah.

Adapun di organisasi kemasyarakatan NU, posisinya adalah Mustasyar (Dewan Penasihat) Pengurus Besar NU (PBNU) periode 2015-2020.

Produktif

Sebagai ulama, KH Maimun Zubair adalah pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Penguasaan ilmunya luas, dengan “spesialiasi” di bidang ilmu fikih.

Mbah Moen hingga akhir hayatnya merupakan salah satu rujukan utama para kiai dan ulama terkait fikih.

Upayanya berguru ilmu agama tak hanya nyantri di pesantren-pesantren se-Pulau Jawa. Mbah Moen penah pula berguru hingga ke tanah Hijaz di Arab Saudi.

Mbah Moen mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Gurunya, KH Abdul Karim. Namun sejumlah ulama besar di Pulau Jawa juga menjadi gurunya.

Hingga usia sepuh, Mbah Moen dikenal tetap tajam ingatan dan produktif menulis kitab.

Di antara kitab yang dia tulis dan jadi rujukan santri adalah Al-‘Ulama’ al-Mujaddidun: Majalu Tajdidihim wa Ijtihadihim (Para Ulama Pembaharu: Cakupan Pembaharuan dan Ijtihad Mereka).

Meski demikian, kajiannya selalu disampaikan dengan bahasa yang ringan sekalipun mendalam dan luas.

Salah satu kutipan KH Maimun Zubair - (DOK NU ONLINE)

Politik kebangsaan

Meski selepas reformasi lebih banyak mengurusi pesantrennya, Mbah Moen hampir pasti menjadi jujugan para politisi yang hendak berkontestasi. Levelnya dari calon legislatif di kabupaten kota sampai calon presiden.

Pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, misalnya, baik Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo Subianto sowan ke Mbah Moen.

Soal pilihan dan sikap politik, Mbah Moen juga tidak memaksakan semua santri bahkan anaknya untuk wajib mengikuti jejaknya di PPP.

Terbukti, pada Pilpres 2019 pun dukungan anak-anaknya beragam, ada yang mendukung Jokowi dan ada pula yang mendukung Prabowo.

Pengajian-pengajiannya pun kerap mengangkat tema kebangsaan. Bahkan, "doktrin" yang dia tanamkan adalah kepanjangan PBNU bukan hanya Pengurus Besar NU melainkan juga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Nasionalisme, dan UUD 1945.

Salah satu rekaman pengajian terakhir KH Maimun Zubair dari acara haul Abdurrahman Wahid—Gus Dur—pada Desember 2018, memuat pula hal serupa, topik-topik ke-Indonesiaan meski menggunakan pendekatan ke-NU-an.

Pamit

Sebelum berangkat haji dan mangkat di Mekkah, Mbah Moen antara lain berpamitan ke Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.

DOK PDI Perjuangan
KH Maimun Zubair (nomor dua dari kanan), dikenal luas sebagai Mbah Moen, bersilaturahim ke kediaman Ketua DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri (dua dari kiri), di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2019). Datang bersama putranya yang juga Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (kanan), Mbah Moen berpamitan hendak berangkat haji pada keesokan harinya.

Pertemuan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Tentu saja, tak ada yang menyangka ini bukan sekadar pamitan untuk safar haji.

Terlebih lagi, beragam kabar di media sosial pun menyebut bahwa Mbah Moen masih menerima tamu pada Senin (5/8/2019) malam di Mekkah.

Salah satu halaman Facebook milik menantu Mbah Moen, KH Zuhrul Anam Hisyam (Gus Anam), menyebut almarhum pernah berdoa untuk dapat meninggal pada Selasa dan saat menjalankan haji. 

Ragam ungkapan duka yang mengalir di media sosial, menambah data betapa luas sentuhan KH Maimun Zubair. Jangkauannya tak hanya umat Islam apalagi santri.

Hingga tulisan ini dibuat, ucapan duka datang dari perorangan, aktor politik, kepala daerah, dan menteri. Bahkan, situs kementerian teknis dan lembaga terkait kebencanaan pun berbagi kabar duka.

Kabar duka meninggalnya KH Maimun Zubair juga langsung meroket merajai trending topic Twitter dalam hitungan waktu singkat.

Mengenang KH Maimun Zubair - (KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO)

Lebih dari 45.000 kicauan menyebut kata “Mbah Moen” pada Selasa pukul 12.00 WIB. Belum lagi yang menggunakan kata “innalillahi” dan “KH Maimun Zubair”, yang masing-masing ada juga melampaui 20.000 kicauan.

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun..  Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fu'anhu... Aamiin.. 

Berikut ini salah satu pengajian KH Maimun Zubair yang viral, dari acara Haul Gus Dur pada 2018, dikutip dari akun YouTube NU Channel:

Simak juga peliputan terkait wafatnya KH Maimun Zubair dalam liputan khusus Kompas.com: KH Maimun Zubair Meninggal Dunia.