Seiring dengan peningkatan pemahaman dan kebutuhan kendaraan listrik di Indonesia, Nissan berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam percepatan transisi menuju elektrifikasi kendaraan bermotor.
JALANAN Jakarta sudah tidak asing lagi dengan mobil elektrifikasi. Kendaraan nir-bising ini sudah mulai lalu-lalang memadati jalan-jalan protokol. Terlebih, dengan pelat nomor bertanda biru, mobil listrik dikecualikan dalam aturan Ganjil-Genap.
Ini berarti, pengguna mobil listrik bebas menyusuri jalan-jalan, seperti Sudirman-Thamrin, kapan pun tanpa takut diberhentikan oleh petugas kepolisian.
Pemandangan lumrah tersebut sejalan dengan data penjualan mobil battery electric vehicle (BEV) dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selama 2024.
Data Gaikindo menyebutkan bahwa total penjualan BEV secara wholesales pada 2024 mencapai 43.188 unit. Angka ini naik hampir tiga kali lipat ketimbang 2023 yang hanya 13.845 unit.
Tren pertumbuhan itu berlanjut pada awal 2025. Tercatat, penjualan BEV secara wholesales pada Januari hingga Maret 2025 telah mencapai 15.978 unit. Jumlah ini bahkan sudah melampaui total penjualan BEV sepanjang Januari hingga Mei 2024 yang hanya sebesar 9.729 unit.
Pangsa pasar BEV di Indonesia juga diprediksi bakal tetap bergeliat. Hal ini dipicu oleh sejumlah insentif yang tetap digulirkan pemerintah Indonesia hingga akhir 2025, mulai tax holiday hingga pajak penjualan barang mewah (PPnBM).
Pertumbuhan penjualan mobil elektrifikasi tersebut membuat Nissan kembali fokus menggarap pasar Indonesia. Terlebih, pertumbuhan tahunan BEV di Indonesia melebihi China, Eropa, dan Amerika Serikat (AS), sekalipun pangsa pasarnya masih terbilang kecil jika dibandingkan negara-negara tersebut.
Indonesia menjadi pasar yang sangat menarik bagi Nissan karena posisinya sebagai pasar otomotif terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia juga memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk terus berinovasi dan memperkuat posisi di pasar. Hal ini mengingat rasio kepemilikan kendaraan yang masih di bawah 100 unit per 1.000 penduduk.
Karakteristik pasar Indonesia yang unik dengan dominasi kepemilikan pada segmen MPV dan SUV membuat Nissan merasa perlu menghadirkan solusi mobilitas yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
Sama seperti strategi global dalam visi Nissan Ambition 2030, Nissan menghadirkan strategi dua pilar teknologi elektrifikasi yang disesuaikan dengan kondisi pasar Indonesia.
Pilar pertama adalah teknologi e-POWER yang menjadi solusi transisi ideal, mengingat infrastruktur pengisian daya yang masih berkembang di Tanah Air.
Melengkapi strategi tersebut, Nissan juga menghadirkan pilar kedua berupa kendaraan BEV yang menawarkan solusi masa depan bebas emisi.
Dimulai dengan Nissan LEAF—kendaraan listrik pertama yang diproduksi massal secara global—portofolio BEV Nissan telah menetapkan standar tinggi dalam performa, desain futuristik, dan keberlanjutan.
Tak sekadar menawarkan jajaran kendaraan e-POWER dan BEV. Demi menambah pengalaman pelanggan dalam mengakses produk terbaiknya, Nissan melalui PT Nissan Motor Distributor Indonesia (NMDI) menghadirkan Nissan Gallery pertama di Asia Tenggara yang berlokasi di MT Haryono, Kamis (5/12/2024).
Dengan desain modern dan fasilitas canggih, ruang seluas 275 meter persegi itu dirancang sebagai pusat pengalaman interaktif yang memungkinkan pengunjung merasakan langsung visi Nissan tentang masa depan mobilitas.
Di Nissan Gallery, pengunjung dapat menjelajahi berbagai zona tematik yang menampilkan teknologi terdepan Nissan.
Showroom ini tidak sekadar memamerkan jajaran kendaraan elektrifikasi unggulan, seperti Kicks e-POWER, Serena e-POWER, dan Nissan LEAF, tetapi juga menghadirkan pengalaman interaktif yang memperkenalkan inovasi teknologi.
Sebut saja sistem keselamatan canggih, efisiensi energi, hingga berbagai fitur pintar yang mendukung kenyamanan berkendara di perkotaan.
NMDI menunjukkan komitmennya dengan menghadirkan kegiatan test drive line up kendaraan elektrifikasi Nissan bersama awak media massa kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (6/12/2024). Kegiatan ini digelar agar awak media bisa merasakan secara langsung performa dan keunggulan lini kendaraan elektrifikasi Nissan, seperti Nissan LEAF, Nissan Kicks e-POWER, dan The All-New Nissan Serena e-POWER.
Nissan juga menghadirkan sejumlah model global lain, seperti Nissan Ariya, Nissan Sakura, dan Nissan X-Trail e-POWER.
Kepada awak media, Presiden Direktur NMDI Evensius Go mengatakan bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap mobil listrik terus meningkat. Bahkan, pasar mobil listrik Indonesia diperkirakan akan menembus angka 100.000 unit pada akhir tahun ini serta mencatatkan peningkatan lima kali lipat dalam dua tahun terakhir.
“Oleh karena itu, NMDI berkomitmen untuk terus memperkenalkan berbagai model kendaraan listrik di Indonesia guna memenuhi kebutuhan konsumen akan kendaraan listrik yang terus berkembang,” ujar Evensius.
SEPERTI telah disebutkan, strategi elektrifikasi Nissan berpijak pada dua pilar utama, yakni teknologi e-POWER dan BEV.
Teknologi e-POWER menjadi solusi transisi ideal, terutama untuk pasar dengan infrastruktur pengisian daya yang masih berkembang, seperti Indonesia. Kemudian, BEV yang menawarkan solusi masa depan bebas emisi.
SEBAGAI salah satu pilar teknologi elektrifikasi Nissan, teknologi e-POWER hadir dengan pendekatan inovatif yang memadukan efisiensi kendaraan listrik dan kepraktisan kendaraan konvensional.
Teknologi ini menjadi solusi cerdas Nissan dalam menghadirkan pengalaman berkendara listrik yang optimal di tengah keterbatasan infrastruktur pengisian daya.
Teknologi e-POWER pertama kali diperkenalkan Nissan pada 2016 melalui peluncuran Nissan Note di Jepang. Pengembangan teknologi ini merupakan hasil dari pengalaman Nissan selama lebih dari 70 tahun dalam inovasi elektrifikasi.
Berbeda dengan teknologi kendaraan hibrida (hybrid) konvensional, e-POWER menggunakan motor listrik sebagai satu-satunya sumber tenaga penggerak roda.
Pada teknologi e-POWER, mesin bensin tidak terhubung langsung ke sistem transmisi, tetapi hanya berfungsi untuk menghasilkan listrik dan disimpan pada baterai. Sistem ini memungkinkan mesin beroperasi pada RPM optimal sehingga dapat menghasilkan efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi.
Sistem baterai di mobil e-POWER Nissan merupakan jantung pacu yang memegang peran vital dalam teknologi ini.
Berbeda dengan kendaraan listrik murni (BEV), e-POWER menggunakan baterai Lithium-ion (Li-ion) berkapasitas lebih kecil yang dioptimalkan untuk menyimpan energi dari generator dan sistem pengereman regeneratif.
Keunggulan sistem baterai e-POWER terletak pada manajemennya yang pintar. Battery Management System (BMS) generasi baru yang disematkan mampu memantau kondisi dan performa baterai secara real-time.
Sistem ini juga dapat mengatur suhu secara otomatis dan melindungi baterai dari sejumlah risiko, baik overcharging maupun deep discharge.
Hasilnya, umur pakai baterai lebih panjang karena siklus pengisian yang selalu terjaga optimal.
Karena teknologi inovatif yang diusung tersebut, secara global Nissan telah menjual lebih dari 1,5 juta unit kendaraan berteknologi e-POWER per Oktober 2024.
Komitmen Nissan dalam mengembangkan teknologi e-POWER pun telah terwujud melalui berbagai model yang tersedia di pasar global. Hal ini mencerminkan keseriusan Nissan dalam menghadirkan solusi mobilitas yang efisien dan berkelanjutan untuk berbagai segmen konsumen.
Silakan klik atau ketuk grafis berikut untuk memunculkan navigasi agar dapat melihat rangkaian informasi terkait topik ini.
SELAIN e-POWER, Nissan juga memantapkan langkah dalam pengembangan kendaraan listrik murni atau BEV. Komitmen ini menjadi pilar kedua strategi elektrifikasi Nissan yang menawarkan solusi mobilitas bebas emisi untuk masa depan berkelanjutan.
Jejak Nissan dalam pengembangan kendaraan listrik memiliki sejarah panjang yang dimulai dari 1947. Sebagaimana dikutip dari nissan-global.com, Tama EV yang dikembangkan di masa kelangkaan bahan bakar pasca-Perang Dunia II menjadi tonggak awal inovasi EV Nissan.
Kendaraan bertenaga listrik itu mampu menempuh jarak hingga 96 km dengan kecepatan maksimal 35 km per jam, sebuah pencapaian luar biasa untuk 1947.
Selama lebih dari tujuh dekade, Nissan terus mengembangkan teknologi EV melalui berbagai model eksperimental. Pada 1970-an, Prairie EV dan March EV menjadi platform uji coba teknologi baterai dan motor listrik.
Memasuki era 1990-an, Future Electric Vehicle (FEV) menandai kemajuan signifikan dengan teknologi baterai Li-ion pertama untuk mobil listrik, yang kemudian menjadi dasar pengembangan LEAF.
Keunggulan BEV Nissan terletak pada platform yang dirancang khusus untuk kendaraan listrik, seperti CMF-EV (Common Module Family for Electric Vehicles). Platform ini mengadopsi filosofi desain "Timeless Japanese Futurism" yang menggabungkan estetika dengan fungsionalitas.
Desain flat floor dan penempatan baterai yang optimal tidak hanya memberikan ruang kabin maksimal tetapi juga distribusi bobot yang ideal untuk stabilitas berkendara.
Evolusi teknologi BEV Nissan ditandai oleh inovasi berkelanjutan dalam tiga area kunci, yakni propulsi listrik, manajemen energi, dan integrasi sistem; manajemen energi baterai; serta integrasi sistem.
Nissan membawa konsep "Intelligent Power" dalam setiap BEV mereka. Motor listrik Nissan menghasilkan torsi instan, memberikan akselerasi responsif dari kondisi diam.
Pada aspek keselamatan, BEV Nissan dilengkapi dengan suite teknologi Nissan Safety Shield 360 dan ProPILOT.
Dikutip dari nissanusa.com, Nissan Safety Shield 360 merupakan sistem keselamatan kendaraan yang menggunakan teknologi radar, kamera, dan sonar untuk memantau bagian depan, belakang, dan samping kendaraan.
Sistem itu terdiri dari enam fitur teknologi keselamatan canggih yang bertujuan untuk mencegah tabrakan dengan orang dan kendaraan lain.
Sementara itu, ProPILOT adalah asisten mengemudi intuitif yang memiliki kemampuan intuitif yang dapat membantu pengemudi tetap waspada dan terpusat di jalur, termasuk melalui jalur yang lurus dan tikungan halus.
Sinergi antara sistem propulsi listrik yang presisi dan teknologi bantuan pengemudi itu menghadirkan tingkat keamanan serta kenyamanan yang lebih tinggi, terutama dalam perjalanan jarak jauh atau kondisi macet.
Melalui pendekatan holistik yang memadukan teknologi kendaraan dengan infrastruktur pendukung, Nissan tidak hanya menawarkan produk, tetapi solusi mobilitas berkelanjutan yang komprehensif.
Komitmen ini tecermin dalam berbagai model BEV yang telah dan akan dihadirkan Nissan di pasar global.
Silakan klik atau tap grafis berikut untuk memunculkan navigasi agar dapat melihat rangkaian informasi terkait topik ini.
Kehadiran jajaran produk e-POWER dan BEV dari Nissan tidak hanya mendukung mobilitas ramah lingkungan. Lebih dari itu, hal ini juga menjadi bagian dari dukungan Nissan terhadap pencapaian pemerintah Indonesia menuju net zero emission (NZE).
Selain menghadirkan pilihan teknologi yang fleksibel dan dapat mengurangi emisi karbon secara nyata, yakni e-POWER dan BEV, Nissan bersama empat agen pemegang merek (APM) otomotif lain, yakni Mitsubishi Motors, Fuso, Isuzu dan Toyota, membentuk EV Smart Mobility–Joint Project.
Kolaborasi itu bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat pengurangan emisi karbon serta memperluas pengenalan ekosistem kendaraan elektrifikasi yang akan menjadi salah satu mobilitas massal di masa depan.
Kemudian, Nissan melalui NMDI juga menjalin kerja sama dengan PLN dalam penyediaan infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Tujuannya, untuk mendukung akselerasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Pada kolaborasi tersebut, Nissan memilih skema kerja sama Provide, Privately Owned and Operated (PPOO).
PLN bertugas menyediakan dan menjual tenaga listrik, platform teknologi informasi dan komunikasi. Sementara itu, Nissan sebagai mitra bertugas menyediakan, mengoperasikan, dan memelihara fasilitas pengisian ulang serta menyediakan lahan SPKLU.
Fasilitas SPKLU Nissan ditempatkan pada beberapa jaringan dilernya, yakni Nissan TB Simatupang, Nissan Puri Indah, Nissan Roxy, dan Nissan Bekasi Barat.
SPKLU tersebut memiliki dua model pengisian daya, yakni AC Charger 7,4 kW dan DC Charger 25 kW yang diklaim hanya membutuhkan waktu 60 menit untuk mengisi baterai dari posisi baterai 0 ke 100 persen. SPKLU ini juga terbuka untuk mobil listrik di luar merek Nissan.
Tak ketinggalan, Nissan juga aktif mengikuti ajang pameran kendaraan elektrifikasi yang diselenggarakan, baik oleh pemerintah, lembaga, maupun swasta.
Seiring dengan peningkatan pemahaman dan kebutuhan kendaraan listrik di Indonesia, Nissan berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam percepatan transisi menuju elektrifikasi kendaraan bermotor.
Melalui pilihan teknologi kendaraan yang fleksibel dan dapat mengurangi emisi karbon secara nyata, Nissan turut mendukung kebijakan pemerintah untuk mencapai target NZE pada 2060 atau lebih cepat.