JEO - Ekonomi

Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali,
Apa yang Didapat Indonesia?

Jumat, 12 Oktober 2018 | 12:41 WIB

INDONESIA menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund atau IMF) dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, pada 8-14 Oktober 2018.

Pertemuan ini digelar berkat kerja keras dua pemerintahan, yaitu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo.

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, awal mula pengajuan adalah pada September 2014. Kemudian Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2015.

Proses terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting tidaklah mudah. Indonesia harus bersaing dengan negara lain untuk menjadi host. Bagaimanapun, untuk bisa menjadi tuan, banyak hal yang menjadi pertimbangan.

Proses pemilihan tak jauh beda dari seleksi tuan rumah untuk perhelatan APEC atau ajang olahraga seperti Asian Games. Pertemuan yang digelar di Bali kali ini termasuk yang terbesar untuk penyelenggaraan di luar Amerika Serikat.

Setiap tiga tahun sekali, negara-negara di dunia berkesempatan ikut seleksi menjadi tuan rumah pertemuan IMF-Bank Dunia ini. Ini karena peluang manfaat yang didapat, khususnya di bidang perekonomian, sangat besar.

Baca juga: JEO - Menakar Tuah Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali

Berikut ini sejumlah catatan dari penyelenggaraan dan pembahasan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali.

Bagaimana Pelaksanaannya?

 

DALAM 8 hari pelaksanaan, ada sekitar 2.000 pertemuan yang dilakukan secara paralel sepanjang acara. Selain itu, ada sekitar 20.000 orang partisipan dari 189 negara seluruh dunia yang bergabung dalam acara IMF-World Bank Annual Meeting 2018.

Acara digelar di 16 venue, yakni Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali International Convention Center (BICC), Hotel Westin Nusa Dua, Universitas Udayana, Laguna Resort, Melia Hotel, Hotel Mulia, Conrad Hotel, Hotel Sofitel, Hilton Bali, Grand Nusa Dua Hotel, Hotel Inaya, Nikko Hotel, Ayodya Hotel, Grand Bali Hotel, St Regis Resort, dan Garuda Wisnu Kencana.

ANTARA/KOMINFO/ICom/AM IMF-WBG/NICKLAS HANOATUBUN
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde (kedua kiri duduk) berfoto bersama dengan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 sebelum melakukan pertemuan dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). Agenda tersebut membahas tentang risiko terhadap prospek ekonomi global dan memastikan Asosiasi Fiskal Internasional yang tangguh.

Ada delapan topik utama yang jadi fokus Indonesia selama pertemuan ini dilangsungkan. kedelapan topik itu adalah: ekonomi digital, urbanisasi, sumber daya manusia, pembiayaan dan asuransi untuk risiko bencana, perubahan iklim, pembiayaan infrastruktur, penguatan moneter internasional, serta ekonomi syariah. 

Acara diselenggarakan setiap hari mulai pukul 09.00 dan selesai menjelang sore atau malam hari. Di luar jadwal resmi, ada rangkaian rapat dan seminar yang diselenggarakan oleh pihak-pihak yang berpartisipasi, mulai dari korporasi h ingga organisasi internasional.

Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, dalam pembukaan sidang pleno pertemuan ini, Jumat (12/10/2018), menekankan pentingnya negara-negara bergerak bersama untuk menyelesaikan masalah-masalah multilateral.

Lagarde menekankan konsep multilateralisme baru, yang terbagi menjadi dua dimensi. Pertama, dimensi moneter dan fiskal. Kedua, dimensi ketidaksetaraan (inequality), teknologi, dan kesinambungan (sustainability).

Baca juga: Ekonomi Dunia Tidak Kuat, IMF Berharap Tensi Perang Dagang Dikurangi

Permasalahan dunia yang semakin kompleks tersebut hanya dapat diselesaikan bersama-sama, melalui kerja sama antarnegara, mempertimbangkan efek yang mungkin dirasakan masyarakat.

 

Adapun Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, menyatakan bahwa terdapat dua masalah yang dihadapi seluruh negara, kaya maupun miskin. Kedua masalah tersebut adalah perubahan iklim dan human capital.

Negara-negara, kata Kim, harus bergerak bersama untuk memperbaiki kedua hal tersebut, untuk memastikan dunia yang baik bagi generasi mendatang.

"Gerakan tersebut harus dilakukan saat ini juga," tegas Kim.

Dengan komitmen seluruh dunia untuk bergerak bahu-membahu memperbaiki dunia, gejolak ketidakpastian global diharapkan dapat segera berlalu.

 

Apa yang Disuarakan Indonesia?

 

SEBAGAI tuan rumah, Indonesia memiliki sejumlah isu utama yang akan disuarakan dalam pertemuan (IMF)-Bank Dunia 2018 atau IMF-World Bank Annual Meeting 2018.

ANTARA/APRILLIO AKBAR
Sejumlah pekerja menyelesaikan pemasangan rel kereta ringan atau light rail transit (LRT) rute Cibubur-Cawang di Jakarta, Jumat (28/9/2018). Infrastruktur menjadi salah satu yang disuarakan Indonesia di forum IMF-World Bank Annual Meeting 2018.

Pertama, penguatan koordinasi dan harmonisasi kebijakan antarnegara untuk secara bersama-sama memulihkan ekonomi global dan mengatasi ketidakpastian global.

Isu ini digulirkan dengan harapan agar pertumbuhan ekonomi global dapat didukung oleh negara-negara lain selain Amerika Serikat (AS). Dalam hal ini negara berkembang juga didorong untuk berperan.

Kedua, penguatan pembiayaan infrastruktur Indonesia. Di sini Indonesia akan memperjuangkan agar pembiayaan infrastruktur tidak hanya dibiayai oleh APBN, namun juga melibatkan pihak swasta.

Ketiga, memanfaatkan ekonomi dan keuangan digital untuk kemajuan ekonomi. Indonesia berupaya agar ekonomi digital bisa membantu bangkitnya UMKM serta pelaku usaha lain yang berbasis teknologi.

Keempat, ekonomi dan keuangan syariah. Indonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan bidang tersebut.

Baca juga: IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia 5,6 Persen Tahun Ini

Presiden Joko Widodo dalam pidato yang disampaikan di sidang pleno pertemuan ini, Jumat (12/10/2018), mengingatkan para pemimpin ekonomi dunia untuk bersatu menghadapi berbagai ancaman global, tak hanya dari sisi ekonomi namun juga masalah lingkungan yang mengancam kehidupan.

Dengan berbagai ancaman tersebut, kata Presiden, saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi negara-negara untuk saling bersaing dan berebut kekuasaan.

"Negara-negara harus saling bekerja sama dan berkolaborasi," ujar Presiden Joko Widodo. 

Kondisi ekonomi dunia saat ini menurut Presiden Joko Widodo bak kisah Game of Thrones. Layaknya houses dalam serial televeisi tersebut memerebutkan iron throne, negara-negara pun memperebutkan kekuasaan di bidang ekonomi, antara lain melalui perang dagang.

KOMPAS.com /ANDRI DONNAL PUTERA
Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).

Selagi berperang, masing-masing negara tidak menyadari ancaman musim dingin dari utara, yang diibaratkan sebagai berbagai permasalahan yang mengancam bumi, seperti perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan badai di berbagai wilayah hingga sampah plastik di laut yang mengancam pasokan bahan pangan.

"Apabila negara-negara tetap bersikeras untuk berperang, hasilnya sudah dapat diprediksi. Ketika kemenangan telah dirayakan dan kekalahan telah diratapi, baru disadari bahwa dalam setiap perang, hasilnya selalu sama: dunia yang porak-poranda," ungkap Presiden.

"Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam."

~Presiden Joko Widodo~

Untuk itu, negara-negara harus mengubah pola pikir mereka. Kerja sama dan koordinasi harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang sama, seperti halnya kerja sama antarnegara telah membantu pemulihan dari krisis ekonomi global pada 2008.

"Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam," kata Presiden Joko Widodo.

Pada akhir pidatonya, Jokowi mengajak para pembuat kebijakan, termasuk para menteri dan gubernur bank sentral, untuk mendorong pemimpin negaranya masing-masing menyikapi kondisi saat ini dengan tepat.

Tidak lupa juga diingatkan akan komitmen kerja sama dan koordinasi yang mesti terus ditingkatkan untuk sama-sama menghadapi tantangan di masa mendatang.

Baca juga: Jokowi: Tak Ada Artinya Jadi Kekuatan Ekonomi Terbesar di Dunia yang Tenggelam"

Berapa Mahal Biaya Penyelenggaraannya?

 

PEMBIAYAAN untuk acara ini bersumber dari APBN secara multiyears. Untuk persiapan, pada tahun lalu anggaran dialokasikan dana Rp 45,4 miliar. Kemudian pada tahun ini dianggarkan Rp 810,1 miliar. Sehingga, total dana yang dialokasikan Rp 855,5 miliar.

Besaran anggaran yang disepakati adalah Rp 45,4 miliar pada 2017 dan Rp 810,1 miliar pada 2018. Sehingga, total yang dialokasikan Rp 855,5 miliar.

Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono pada Agustus 2018 menjelaskan, anggaran pelaksanaan Pertemuan Tahunan dibahas intensif oleh pemerintah bersama DPR secara multiyears.

Besaran anggaran saat disepakati adalah Rp 45,4 miliar pada 2017 dan Rp 810,1 miliar pada 2018. Sehingga, total yang dialokasikan Rp 855,5 miliar.

Jumlah itu lebih murah jika dibandingkan dengan penyelenggaraan di Singapura (2006) dan Peru (2009, 2012, dan 2015). Rata-rata dana yang dikeluarkan oleh dua negara tersebut sebesar Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,5 triliun per penyelenggaraan.

Meski dana yang dialokasikan lebih murah, namun para petinggi IMF memuji persiapan yang dilakukan Indonesia. Pujian disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde diikuti dengan direktur IMF lainnya.

Apa yang Didapat Indonesia?

 

YANG pasti, hadirnya para delegasi akan membawa masuk devisa ke Indonesia.

Lalu, hadirnya utusan dari berbagai negara tersebut mampu menggerakkan roda perekonomian Indonesia, khususnya Bali dalam sektor meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE), pariwisata, jasa, industri kecil, dan pendukung lainnya.

ANTARA/KOMINFO/JEFRI TARIGAN
Sejumlah direksi dari perusahaan BUMN, swasta nasional dan asing melakukan penandatanganan Kerjasama Kesepakatan Investasi untuk Pembiayaan Infrastruktur di sela rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Hotel Inaya, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). Pada kegiatan ini terdapat kesepakatan investasi senilai USD13.5 miliar dari 19 proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Manfaat jangka panjangnya, Indonesia bisa menjalin kesepakatan bersama mengenai isu ekonomi global, perdagangan dan investasi, promosi pariwisata, serta memperluas jaringan komunitas internasional.

Ada 19 komitmen investasi yang ditandatangani, dengan nilai komitmen 13,6 miliar dollar AS.

Diperkirakan sebagian besar delegasi dan tamu yang hadir dari luar negeri akan menghabiskan waktu lebih lama di Indonesia untuk berlibur setelah pertemuan ini. Dengan demikian, hal itu akan mampu menggerakkan pariwisata di Bali.

Tak hanya seputar wisata, event IMF-World Bank Annual Meeting 2018 ini juga membuka kesempatan pemerintah menarik investasi.

Dalam pertemuan IMF-World Bank 2018, ada 19 komitmen investasi yang ditandatangani, dengan nilai komitmen 13,6 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 200 triliun.

Berikut ini rincian 19 transaksi hasil kerja sama investasi tersebut:

  1. GMF AeroAsia dengan Airfrance Industries KLM Engineering and Maintenance (nilai investasi 400 juta dollar AS)
  2. GMF AeroAsia dengan PT China Communication Construction Indonesia (nilai investasi 500 juta dollar AS)
  3. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) (nilai investasi mencapai 248,4 juta dollar AS)
  4. Menjangan Group bersama ITDC dengan Amorsk Group (nilai investasi mencapai 310 juta dollar AS)
  5. PT Wijaya Karya (Persero) bersama ITDC dengan Menjangan Group (nilai investasi mencapai 198 juta dollar AS)
  6. PT Pindad (Persero) dengan Waterbury Farrel (nilai investasi mencapai 100 juta dollar AS)
  7. PT Aneka Tambang Tbk dengan Ocean Energy Nickel International Pty Ltd (nilai investasi 320 juta dollar AS
  8. PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) dengan Alumunium Corporation of China Limited (nilai investasi 850 juta dollar AS)
  9. PT KAI (Persero) dengan Progress Rail (nilai investasi mencapai 500 juta dollar AS)
  10. PT Boma Bisma Indra (Persero) dengan Doosan Infracore Co. Ltd (nilai investasi 185 juta dollar AS)
  11. PT Jasa Marga (Persero) Tbk bersama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan Otoritas Jasa Keuangan (nilai investasi 112 juta dollar AS)
  12. PT Jasa Marga (Persero) Tbk bersama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan AIA, Allianz Life, IIF, Taspen, dan Wana Artha (nilai investasi 224 juta dollar AS)
  13. PT Pertamina (Persero) dengan CPC Corporation Taiwan (nilai investasi mencapai 6,5 miliar dollar AS)
  14. PT PLN (Persero) dengan KfW (nilai investasi 150 juta euro)
  15. PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Bank Mega Tbk (nilai pinjaman untuk investasi 523 juta dollar AS dan pinjaman CDS 392 juta dollar AS)
  16. PT Hutama Karya (Persero) dengan Permata Bank, ICBC, dan MUFG bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (nilai fasilitas pembiayaan mencapai 336 juta dollar AS)
  17. PT Hutama Karya (Persero) dengan Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (nilai pinjaman untuk investasi mencapai 684 juta dollar AS dan pinjaman CDS mencapai 388 juta dollar AS)
  18. PT Sarana Multi Infrastruktur dengan Maybank Indonesia (sharia cross-currency hedging dengan coverage value 128 juta dollar AS)
  19. PT Angkasa Pura II bersama Danareksa Sekuritas dengan calon investor yang masih dalam proses bidding (strategic partnership di industri kebandarudaraan dengan nilai investasi mencapai 500 juta dollar AS)
Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali - (KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO)