Jastip sedang jadi tren. Seperti apa seluk beluknya? Apa tips buat Anda yang mau mulai berbisnis jastip?
TREN berbelanja kian berkembang. Kehadiran e-commerce, misalnya, mendorong tumbuh pesatnya tren belanja online.
Belanja kini tidak harus langsung mengunjungi toko atau mal. Hanya dengan ponsel di genggaman, Anda bisa dengan mudah dan nyaman berbelanja.
Sama-sama untung. Mudah bagi Anda sebagai konsumen, ladang penghasilan tambahan bagi pelaku jastip.
Kini pun ada tren baru dalam belanja, yakni jasa titip alias jastip. Sebagai konsumen, Anda bisa membeli barang-barang asal luar negeri tanpa harus bepergian ke negara itu.
Pelaku jastip siap menerima pesanan dan membeli barang untuk Anda. Sama-sama untung. Mudah bagi Anda sebagai konsumen, ladang penghasilan tambahan bagi pelaku jastip.
Dalam perjalanannya, jastip kini tidak melulu untuk barang asal atau di luar negeri. Banyak pelaku jastip yang menawarkan pula layanan membeli barang di toko-toko yang ada di Indonesia, termasuk bazar belanja.
Sebut saja jastip IKEA, jastip The Body Shop, jastip ACE Hardware, jastip Informa, jastip Big Bad Wolves, dan jastip di toko-toko lainnya.
Nah, bagaimana sebenarnya seluk-beluk bisnis ini? Apa juga suka-duka menggelar layanan jasa ini, selain peluang keuntungan yang memang menggiurkan? Seperti apa pula tips dari para pelaku buat Anda yang berminat ikut melakoni jastip?
JASTIP atau jasa titip merupakan peluang usaha baru bermodalkan teknologi dan jejaring sosial. Teknologi menjadi penghubung antara pelaku jastip dan konsumen yang mau titip dibelikan barang.
Ibarat kata, hanya dengan memegang smartphone dan mengandalkan hasil foto, Anda bisa mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan.
Simak cerita Nora Ismawati, misalnya. Ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Tangerang Selatan ini merupakan salah satu pebisnis jastip yang sudah menikmati hasil dari usaha tersebut.
Menurut dia, bisnis jastip sangat membantunya memenuhi kebutuhan ekonomi, terkhusus bagi dia yang adalah seorang ibu rumah tangga.
Lain lagi cerita Denna. Pegawai swasta dan ibu seorang putri ini bertutur, dia memulai bisnis jastip sejak awal 2019. Bisnis itu bermula ketika dia dan keluarga berlibur ke Jepang dengan jatah bagasi pesawat cukup besar, sampai 43 kilogram.
“Kupikir, kenapa enggak sekalian buka jastip saja buat memanfaatkan bagasi?” tutur Dena saat berbincang dengan Kompas.com.
Denna mengaku sudah menjalani bisnis jastip ke Jepang, Singapura, Inggris, dan Belanda. Selain melakoninya sendiri, Denna juga memberdayakan temannya yang tinggal di negara-negara asal barang atau memang sedang pergi ke sana.
“Tidak selalu aku yang datang ke negara tersebut sendiri terus hand carry,” tegas Denna.
SEJUMLAH pelaku bisnis jastip menyebut, ada banyak barang yang bisa dijual dengan layanan jastip.
Denna menjabarkan produk tersebut mulai dari produk perawatan tubuh alias skincare, kosmetik, pakaian, makanan kecil, minuman, tas, hingga sepatu.
Lain lagi dengan Nora. Pemilik akun jastip @Alzaira_Ikea ini menawarkan barang-barang khusus perabotan rumah tangga, pecah belah, dan alat dekorasi rumah lain yang nantinya akan dibeli atau dipesan dari Ikea, Ace Hardware, atau Informa.
"Untuk pemenuhan permintaan pembeli, kami cuma beli di tiga toko, yaitu Ikea Alam Sutera, Ace Hardware, dan Informa” ujar Nora saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (6/5/2018).
Sementara itu, Nita Widodo, pemasar salah satu perusahaan rintisan (startup) jastip HelloBly, menyebut tempat lain yang juga bisa jadi tempat bagi pelaku jastip memberikan layanan. Bazar diskon seperti mignight sale di mal, sebut dia, adalah salah satu alternatif itu.
"Membuka bisnis jastip midnight sale menjadi pilihan banyak orang, karena harga menarik dan banyaknya penitip yang tidak ingin antre panjang," kata Nita.
Adapun Eka Chandra, pegawai di sebuah media nasional, mengawali bisnis jastip saat liburan ke Korea Selatan. Saat itu, banyak teman dan keluarganya yang ingin membeli barang-barang asal Negeri Ginseng itu.
Melihat ada peluang bisnis, Eka mempromosikan layanan jastip di media sosialnya. Tak disangka, banyak yang ternyata berminat membeli pernak-pernik asal Korsel, termasuk merchandise artis-artis K-Pop.
“Awalnya enggak mau buka jastip, tapi teman-teman tahu kalau aku mau ke Korea, mereka nitip beli barang. Ya sudah akhirnya aku buka jastip barang-barang yang bisa aku beli di tempat-tempat yang aku mau datangi,” kata Eka.
TERNYATA, bisnis jastip mendatangkan untung yang cukup menggiurkan. Istilahya, pelaku jastip mengambil margin atau memasang tarif dari setiap barang yang dipesan oleh konsumen.
Tentu saja, margin tersebut beragam, tergantung harga barang. Denna menyebut, keuntungan yang bisa diperoleh berkisar antara 10 persen hingga 20 persen dari harga barang.
“Tergantung sih, misal barangnya seperti sepatu atau tas yang agak mahal bisa ambil untung sampai 30 persen,” imbuh Denna.
Pelaku jastip lain, Dian Fath, mengaku mengenakan tarif beragam kepada pengguna jasanya. Biasanya, tarif yang dikenakan sesuai barang yang dititipkan untuk dibeli.
Sejauh ini, Dian baru melayani jastip pembelian pernak pernik rumah tangga yang dijual di salah satu pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan.
“Misalnya nih, harga lampu tidur Rp 150.000, gue biasanya kasih tarif jastip Rp 15.000 sampai Rp 20.000,” kata Dian.
Menurut dia, keuntungan akan semakin besar jika dalam satu kali belanja banyak yang menitipkan untuk dibelikan suatu barang. Dalam satu bulan, Dian, bisa lima kali berberlanja barang titipan pelanggannya.
Adapun Nora menyatakan, dalam sebulan bisa memperoleh omzet sampai Rp 20 juta per bulan dengan tambahan biaya jastip 10 persen dari harga barang dan penambahan biaya pengemasan untuk pesanan barang pecah belah.
SAMA seperti bisnis atau usaha lain, jastip juga punya suka duka. Denna, misalnya, menyebut kerap bolak-balik ke toko tertentu untuk membeli barang pesanan pelanggan adalah salah satu risiko yang sangat mungkin terjadi.
“Misal kita belanja hari ini, ternyata ada customer baru order barang besoknya, ya otomatis kita harus bolak-balik ke tokonya. Enggak cuma satu atau dua customer yang begitu. Jadi bisa dibilang kadang habis waktu untuk bolak-balik ke toko,” jelasnya.
Sementara itu, Eka mengaku ada risiko konsumen hit and run dalam melakukan pemesanan. Maksudnya, sang konsumen sudah melakukan pemesanan, tetapi hingga saat-saat terakhir tak kunjung ada pembayaran.
Dari pengalaman terkena hit and run, Eka pun meminta para pelanggan yang ingin menggunakan jasanya terlebih dahulu melakukan transfer pembayaran.
Soal sisi menyenangkan dari jastip, tentu dari keuntungan yang didapat. Dian, misalnya, mengaku bisa menggunakan penghasilan dari jastip untuk berlibur bersama keluarga.
“Sekarang sih (nilai) keuntungannya sudah bisa untuk jalan-jalan ke luar kota sama keluarga, tapi kami rencananya uang keuntungan itu mau buat vakansi ke Singapura,” ucap Dian.
ADA sejumlah langkah yang jamak dilakukan para pelaku jastip untuk menawarkan layanannya. Meskipun, tak ada pakem saklek bagi setiap pelaku.
Langkah pertama, sebut Eka, adalah mengunggah foto-foto barang yang bisa dibeli lewat jastip, di akun media sosialnya. Ia memanfaatkan fitur InstaStory di Instagram.
Setelah menerima pesanan dari pelanggan, ia akan meminta para konsumen melakukan pembayaran. Langkah ini sekaligus untuk mengonfirmasi pesanan.
Adapun Denna mengungkapkan, biasanya dia membagikan foto-foto barang yang bisa dibeli di negara yang dia kunjungi atau jadi tujuan bisnis jastipnya. Ia membagikannya ke grup WhatsApp, sekaligus memberi informasi soal harganya.
“Nanti teman-teman japri (mengatakan) ‘Aku fix baju yang ini ya.’ Setelah itu mereka transfer (uang) dan aku belikan barangnya,” tutur Denna.
ANDA pun bisa mulai menikmati keuntungan bisnis jastip, bila berminat dan atau memerlukannya. Ada beberapa tips yang dibagikan Denna buat Anda yang hendak memulai berbisnis jastip.
Jangan takut memulai bisnis ini. Sebab, jastip tidak hanya bisa dilakukan ketika bepergian ke luar negeri.
“Mulai saja dulu. Enggak usah jauh-jauh harus jastip ke luar negeri. Apa pun sekarang bisa di-jastip-kan, karena orang sekarang ingin yang instan dan semakin sibuk, enggak ada waktu buat nyari-nyari online atau ke toko langsung,” ungkap dia.
Harus ada sistem yang jelas untuk sama-sama memberi kepastian. Maksudnya, terkait tata cara memesan barang dan pembayaranya, serta syarat dan ketentuan semisal pengembalian uang apabila barang tidak dapat diperoleh.
Sikap dasar yang tak berubah dan tak ada bedanya dengan bisnis lain, terutama di bidang jasa, adalah sikap dalam pelayanan.
“Ramah adalah (layanan) value added (bernilai tambah), biar customer nyaman belanja sama kita dan jadi loyal customer,” terang Denna.
Menurut Denna, konsumen saat ini cerdas. Mereka kerap bergabung dalam beberapa grup WhatsApp khusus jastip untuk membandingkan harga.
“Jadi jangan ketok harga mahal-mahal dari harga aslinya. Biar (konsumen) jadi langganan kalau harga di kita lebih murah, setidaknya bersaing, (dibandingkan) dengan harga jastip lainnya,” ujar dia.