TAHUN 2022 adalah momentum kebangkitan industri film Indonesia. Semakin terkendalinya kasus Covid-19 skala nasional dimanfaatkan para sineas Tanah Air untuk merilis film terbaru mereka hingga menggerakkan orang untuk berbondong-bondong datang ke bioskop.
Dear Nathan: Thank You Salma yang dirilis 13 Januari 2022 menjadi penanda kebangkitan itu. Film yang mengangkat dinamika pasangan aktivis sosial tersebut merengkuh lebih dari 750.000 penonton selama sekitar dua bulan penayangannya di bioskop.
Ku Kira Kau Rumah yang dirilis sekitar satu bulan kemudian melampaui jumlah penonton itu. Angkanya tercatat lebih dari 2 juta penonton.
Gelombang penonton semakin meningkat signifikan selama periode libur Hari Raya Idul Fitri, Mei 2022.
KKN di Desa Penari yang dirilis 30 April 2022 atau dua hari menjelang Lebaran jadi awal yang baik. Film yang diadaptasi dari sebuah utas menghebohkan warganet di Twitter itu sukses merengkuh lebih dari 9 juta penonton dua bulan usai peluncurannya.
Kehadiran film yang disutradarai Awi Suryadi dan diproduseri Manoj Punjabi itu memang cukup ditunggu-tunggu penonton. Sebab, penayangannya sempat tertunda beberapa kali akibat lonjakan kasus Covid-19 sehingga antusiasmenya begitu tinggi ketika dirilis.
Pada hari yang sama, tetapi dari genre berbeda, dirilis pula film Gara-Gara Warisan. Mengangkat cerita tentang konflik tiga bersaudara yang memperebutkan warisan sang ayah berupa guest house, sutradara Muhadkly Aco sukses memadukan drama dengan komedi secara apik, tepat, dan tidak terduga.
Meskipun jumlah penonton Gara-Gara Warisan per 20 Juli 2022 jauh di bawah KKN di Desa Penari, yakni 500.000-an, tetapi sejumlah ulasan tetap memuji film tersebut sebagai salah satu produk sinema yang berkualitas.
Selain itu, beberapa film tercatat juga memanfaatkan periode libur Lebaran sebagai tanggal perilisannya, antara lain, Srimulat: Hil yang Mustahal-Babak Pertama, The Doll 3, dan Cinta Subuh.
Memasuki bulan Juni dan Juli, gelombang penonton belum berakhir. Sebaliknya, justru kian meningkat. Film Ngeri-Ngeri Sedap garapan sutradara Bene Dion Rajagukguk ditonton hampir 3 juta kali sejak dirilis pada 2 Juni 2022.
Bene yang memulai debutnya sebagai stand up comedian disebut tidak hanya berhasil menghadirkan kisah konflik di dalam keluarga Batak, tetapi juga sukses menempatkan rekan seprofesinya sebagai aktor dengan peran serius. Film ini sangat relevan ditonton oleh anak yang sedang merantau, orangtua, juga sekeluarga.
Penonton juga disuguhi sejumlah film bergenre aksi dan drama pada bulan Juni dan Juli. Pada 9 Juni 2022, dirilis film Satria Dewa: Gatotkaca. Pada 23 Juni 2022, dirilis dua film berjudul Keluarga Cemara 2, dan My Sassy Girl. Kemudian, pada 30 Juni 2022, dirilis film Ranah 3 Warna, dan Madu Murni.
Sementara itu, pada Juli dirilis Ivanna (14 Juli), Ghost Writer 2 (21 Juli), dan Bukan Cinderella (28 Juli).
Bangkitnya perfilman Tanah Air ini didukung oleh hadirnya layanan video on demand (VOD) yang telah muncul sejak sekitar 2007 silam. Beberapa layanan VOD diketahui sudah dikenal masyarakat luas saat ini, antara lain Netflix, Iflix, Video, Disney+, Hooq, dan HBO GO.
Pandemi Covid-19 turut mendorong perkembangan layanan VOD di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, kehadiran VOD di era pandemi telah membentuk kebiasaan baru dalam menikmati film.
Penonton jadi memiliki pilihan untuk menjangkau film-film yang disukai. Bioskop menawarkan pengalaman audio visual yang mengagumkan beserta dengan kenyamanannya. Akan tetapi, VOD memberikan keleluasaan bagi penonton dalam memilih film. Layanan itu tidak membatasi penonton dalam hal bagaimana cara menikmati sinema. Di era pandemi, menonton film di VOD juga lebih aman dibandingkan datang ke bioskop.
Salah seorang pelanggan VOD Jakarta, Marshalina Gita (31) mengatakan, layanan VOD memiliki banyak kelebihan dalam menikmati film. Pertama, pilihan filmnya beragam. Kedua, harganya juga murah.
“Saya cuma bayar Rp 37.500 per bulan, tetapi bisa dipakai oleh empat users. Jadi bayarnya bisa patungan,” ujar Gita saat berbincang dengan JEO Kompas.com, Kamis, 21 Juni 2022.
Ketiga, ia juga dapat menonton film di mana saja dan kapan saja. Bahkan, ia sering menonton film sembari rebahan di kamar atau sembari mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Keempat, ia jadi bisa menghemat tenaga dan waktu dengan keleluasaan tersebut.
Namun, Gita mengakui bahwa sensasi menonton film di bioskop belum dapat tergantikan oleh VOD. Selain itu, banyak film baru yang dirilis di bioskop ketimbang di layanan VOD. Oleh sebab itu, ia berkesimpulan menonton di VOD atau bioskop sejatinya bukanlah pilihan, melainkan sesuai dengan kebutuhan penonton sendiri.
“Jadi, tergantung kita mau nonton film apa. Kalau mau nonton film baru, ya di bioskop. Tapi kalau mau nonton film lama, atau series-series yang memang khusus ada di VOD, ya mau enggak mau harus nonton di situ kan,” ujar Gita.
Segala kelebihan yang ditawarkan dalam layanan VOD membuat jumlah penontonnya tumbuh signifikan di Indonesia. Apalagi, pandemi menyebabkan aktivitas bioskop dihentikan sementara. Dikutip dari Kompas edisi 16 Juni 2020, pada 2017 ada 42,6 juta pengguna VOD di Indonesia. Pada 2020, jumlahnya bertambah menjadi 59,8 juta pengguna.
Sampai pada titik ini, kehadiran VOD tidak hanya menciptakan kebiasaan baru bagi penikmat sinema, tetapi juga telah membentuk budaya baru. Hal yang terpenting lagi, kehadiran VOD menambah "kanvas" bagi kreativitas pada sineas Indonesia.
Tinggal kita memberikan penghargaan serta dukungan terhadap karya-karya tersebut dengan tetap setia menontonnya. Dukungan ini tentu bakal menjadi oase bagi industri perfilman Tanah Air yang sudah dua tahun terseok-seok akibat dihantam pandemi Covid-19.
Bila dicermati, banyak sineas yang memanfaatkan periode libur Lebaran untuk merilis film-film terbaru. Waktu luang masyarakat pada momen tersebut menjadi peluang besar untuk meraup penonton dari segala kalangan.
Seperti dilansir Kompas edisi Sabtu, 23 April 2022, tren meluncurkan film pada periode libur Lebaran dimulai sekitar 2008. Waktu itu dirilis Laskar Pelangi, film drama keluarga yang merupakan adaptasi dari novel karya Andrea Hirata dengan judul yang sama. Film itu menjadi film nasional peringkat keempat paling laris dalam periode 2007-2022.
Sejak penayangan film Laskar Pelangi hingga tahun 2016, genre film drama menjadi yang paling banyak ditonton orang. Dalam periode tersebut, hanya dua kali tangga popularitas diduduki oleh genre komedi, yaitu oleh film Get Married 3 (2011) serta Get M4rried (2013).
Melihat kesuksesan sejumlah film yang diluncurkan pada periode libur Lebaran, strategi serupa akhirnya diterapkan oleh sineas yang menggarap film layar lebar bergenre horor. Pada 2017, sutradara Rizal Mantovani dan Jose Poernomo merilis film Jailangkung. Film itu menggaet 2,6 juta penonton.
Di tahun berikutnya, capaian jumlah penonton Jailangkung 2 memang tak segemilang sekuel sebelumnya, yaitu mencapai angka 1,5 juta penonton. Kendati demikian, Jailangkung 2 tetap menyandang predikat sebagai film paling laris pada libur Lebaran 2018.
Pengamat film Daniel Irawan mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda. Ia menyebutkan, tren merilis film pada periode libur Lebaran dimulai sejak tahun 2007. Saat itu dirilis film bergenre drama komedi, Get Married. Film itu bercerita tentang empat anak muda yang merasa jadi anak muda paling frustrasi se-Indonesia.
Para pemeran, yakni Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Aming, dan Deddy Mahendra Desta sukses membawa film itu menempati urutan pertama film paling laris di tahun 2007 dengan pencapaian hampir 1,5 juta penonton.
“Setelah itu mulai marak. Hampir semua production house mulai ambil slot (waktu perilisan) blockbuster Lebaran. Biasanya rilisnya minimal H-2 Lebaran atau tidak jauh setelahnya,” ujar Daniel saat berbincang dengan JEO Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Strategi ini pun terbukti ampuh dalam meraup jumlah penonton. Lihat saja infografik berikut ini.
Meski begitu, tren tersebut diisi oleh genre film yang berbeda-beda setiap tahunnya. Pada awal-awal tren ini mengemuka, film bergenre drama dan komedi mendominasi. Kemudian, berganti oleh film bergenre religi. Tetapi, tidak sedikit pula periode libur Lebaran pada tahun-tahun berikutnya diisi film bergenre horor. Salah satu contohnya yakni Jailangkung pada 2017 dan KKN di Desa Penari pada 2022 yang sama-sama sukses merengkuh penonton.
Khusus di tahun 2022 ini, Daniel yang memiliki situs www.danieldokter.com memprediksi film bergenre hororlah yang bakal merajai deretan film terlaris.
“Ada kecenderungan setelah pandemi orang datang ke bioskop bukan untuk mikir. Bukan untuk melihat film festival yang bagus-bagus. Jadi, sinema lokal horor akan menjadi raja di tahun ini,” ujar Daniel.
Selain karena faktor psikologis, unsur yang ditawarkan dalam film genre horor tahun ini cukup menarik. Ia mencontohkan film KKN di Desa Penari hadir dengan elemen yang begitu dekat dengan masyarakat Indonesia, yakni desa angker, tarian tradisional, pesugihan, dan tumbal seksual. Belum lagi ada fenomena penonton kesurupan di bioskop yang semakin menambah daya tarik film.
Elemen-elemen ini juga dielaborasi secara apik melalui teknik marketing di Twitter, baik itu dengan sengaja maupun tidak.
“Itu semua terbangun dengan baik di film KKN di Desa Penari. Filmnya serviceable untuk penonton horor yang memang kepengin ditakut-takutin,” lanjut Daniel.
Tak heran bahwa film ini merengkuh jumlah penonton lebih banyak di Indonesia dibandingkan film garapan Marvel, Doctor Strange In the Multiverse Madness.
Sayangnya, mulai bergeliatnya industri film Tanah Air tahun ini dihadapkan pada kenaikan harga tiket bioskop. Menurut Daniel, hal ini sedikit menghambat pertumbuhan penonton.
“Jadi orang yang tadinya mau menonton tiga film, akhirnya memilih satu saja. Mungkin kalau harga tiket enggak dinaikkan, jumlah penonton film-film kita lebih dari pencapaian saat ini dan penontonnya bisa terbagi,” ujar Daniel.
Apalagi film Indonesia juga harus bersaing dengan film garapan luar negeri. Situasi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri perfilman dalam negeri.
Oleh sebab itu, Daniel berpendapat, penting bagi para sineas beserta tim untuk membuat karya disertai dengan strategi pemasaran yang jitu. Dengan demikian, industri film Tanah Air benar-benar dapat menyongsong kebangkitannya pascapandemi.