Seolah tidak belajar dari pengalaman, fenomena melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia terus berulang.
Momentumnya adalah beberapa pekan setelah libur panjang.
Segala bentuk imbauan pemerintah untuk tetap membatasi mobilitas pada saat libur panjang tidak diindahkan.
Pengawasan pemerintah, baik pusat dan daerah, di tempat-tempat publik lemah.
Baca Juga: Survei BPS: Masyarakat Tak Taat Protokol Kesehatan karena Tak Ada Sanksi Tegas
Bencana massal pun tidak terhindarkan.
Memang bukan ‘tsunami’ kasus Covid-19 seperti di India. Kita semua tentu tidak berharap demikian.
Namun, pantas bila kita menyebutnya sebagai ‘ombak’ Covid-19.
Tim JEO Kompas.com mencatat, setidaknya terdapat tiga momentum libur panjang sejak awal pandemi Maret 2020 hingga Juni 2021.
Pertama, libur Idul Fitri 1441 Hijriah yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2020. Kedua, libur Natal 25 Desember 2020 dan tahun baru 1 Januari 2021.
Ketiga, libur Idul Fitri 1442 Hijriah yang jatuh pada tanggal 13 Mei 2021.
Baca Juga: Satgas Covid-19: Daerah Berstatus Zona Merah dan Oranye Terus Bertambah
Pada ketiga momentum tersebut, lonjakan kasus Covid-19 terjadi beberapa pekan setelahnya.
Mari kita simak datanya...
Kasus harian Covid-19 setelah libur Lebaran 2020 tercatat melonjak pada pekan kedua setelah hari-H.
Penambahan kasus yang sebelumnya berkisar di angka 400-an hingga 600-an melonjak menjadi 700-an kasus per hari.
Bahkan, ada hari di mana penambahan kasus hariannya mencapai 1.241 kasus.
Peningkatan kasus harian ini juga linear dengan peningkatan jumlah pasien yang meninggal akibat Covid-19.
Simak tabel berikut ini:
Berikut ini data Covid-19 per provinsi pada periode 25 Mei-14 Juni 2020:
Hal yang patut menjadi catatan, penelusuran orang alias contact tracing yang terjangkit Covid-19 pada periode ini terbilang baik.
Sebab, angka spesimen yang diperiksa selama tiga pekan tersebut berada di kisaran 250.000-an hingga 400.000-an spesimen per hari.
Asumsinya, semakin banyak yang dites, semakin banyak pula yang terdeteksi. Perawatannya akan semakin cepat pula. Termasuk pasien yang tanpa gejala.
Sementara itu, pada periode tiga pekan setelah libur Natal 2020 dan tahun baru 2021, jumlah spesimennya terbilang rendah, yakni berkisar 33.000-an hingga 72.000-an spesimen per hari.
Meski demikian, faktanya angka penularan Covid-19 harian dan angka kematian akibat Covid-19 pada periode tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pascalibur Lebaran 2020.
Pada 2 Januari 2021 misalnya, jumlah yang terdeteksi Covid-19 selama 24 jam terakhir sebanyak 7.203 orang dengan angka kematian sebanyak 226 orang.
Tanggal 16 Januari 2021 merupakan puncaknya. Angka penambahan kasus Covid-19 pada hari itu menembus rekor selama pandemi di Indonesia, yakni 14.224 orang.
Baca Juga: 999.256 Kasus Covid-19, Rumah Sakit Penuh, dan Desakan agar Pemerintah Cari Solusi
Adapun, jumlah kematian akibat Covid-19 terbanyak terjadi pada tanggal 21 Januari 2021 dengan 356 kasus kematian.
Kasus kematian akibat Covid-19 kembali mencapai angka terbanyak pada 28 Januari 2021, yakni mencapai 476 kematian.
Simak tabel berikut:
Berikut ini data Covid-19 per provinsi pada periode 2-22 Januari 2021:
Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi pascalibur Lebaran 2021.
Laju penularan virus yang sebelumnya diklaim sudah terkendali oleh pemerintah malah kembali naik.
Kenaikan kasus mulai terjadi terbilang cepat, yakni H+4 Lebaran, tepatnya tanggal 16 Mei 2021.
Hal ini berbeda dibanding momen libur panjang sebelumnya yang lonjakan kasusnya terjadi pada masa inkubasi maksimal virus, yakni 14 hari.
Kasus baru yang sebelumnya cenderung landai di 2.000-an kasus per hari melonjak menjadi 3.080 pada tanggal tersebut.
Kasus kembali meningkat pada hari-hari setelahnya.
Baca Juga: Warga Banyak Jatuh Sakit Batuk dan Pilek Sepulang dari Acara Pengantin, Desa Ini Di-Lockdown
Selama tiga pekan setelah libur Lebaran 2021 itu, puncak lonjakan kasus Covid-19 terjadi pada tanggal 29 Mei 2021 dengan penambahan 6.565 kasus per hari.
Adapun, kasus kematian akibat Covid-19 terbanyak terjadi pada tanggal 17 Mei 2021 dengan 212 kasus.
Simak tabel berikut:
Berikut ini data Covid-19 per provinsi pada periode 14 Mei-3 Juni 2021:
Patut dicatat pula bahwa jumlah spesimen yang diperiksa pada periode ini terbilang rendah dan timpang.
Ada hari di mana spesimen yang diperiksa berjumlah sedikit, yakni tanggal 14 Mei 2021 dengan 18.540 spesimen.
Namun ada hari di mana spesimen yang diperiksa berjumlah banyak, yakni tanggal 20 Mei 2021 dengan 95.435 spesimen.
Lonjakan kasus pascalibur panjang ini menjadi perhatian Presiden Joko Widodo.
Dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah jurnalis di Istana Kepresidenan Jakarta, sebelum Lebaran 2021, Presiden Jokowi menyebut bahwa perekonomian di Indonesia sudah mulai membaik dari bulan ke bulan.
Oleh sebab itu, jangan sampai kasus Covid-19 melonjak lagi.
Sebab, bila kasus naik, maka otomatis aktivitas harus dibatasi. Sementara, pembatasan aktivitas berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Pertumbuhan ekonomi sudah bagus, makanya asal jangan diganggu (dengan peningkatan kasus) Covid-19 lagi,” ujar Presiden Jokowi.
Baca Juga: Jokowi: Ekonomi Sudah Bagus, Jangan Diganggu Covid-19 Lagi
“Pertumbuhan ekonomi sudah bagus, makanya asal jangan diganggu (dengan peningkatan kasus) Covid-19 lagi,” ujar Presiden Jokowi.
Namun rupanya fakta menunjukkan bahwa masih banyak orang mudik pada Lebaran 2021.
Catatan Presiden Jokowi, ada sekitar 1,1 persen penduduk Indonesia melaksanakan mudik. Angka tersebut setara dengan sekitar 1,5 juta orang.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono berpandangan, pemerintah tidak tegas dalam membatasi mobilitas masyarakat pada saat libur Lebaran.
Pasalnya beberapa peristiwa di pos penyekatan yang menunjukkan aparat tak kuasa membendung pemudik dalam jumlah banyak. Akhirnya, aparat pun meloloskan mereka.
Belum lagi, lanjut Pandu, ada aparat yang memang dengan sengaja meloloskan para pemudik.
"(Yang dipaksa putar balik) itu yang kelihatan kalau ada wartawan. Kalau lagi tidak ada (wartawan) tetap bisa mudik, dan ternyata mudiknya jalan terus," ujar Pandu.
Epidemiolog UI lainnya Tri Yunis Miko Wahyono sependapat dengan Pandu.
Kebijakan larangan mudik pada saat libur Lebaran sebenarnya pernah dikeluarkan pemerintah pada 2020, kemudian dilanjutkan pada libur Lebaran 2021.
Namun, Tri menilai, pelaksanaan serta pengawasannya jauh lebih baik tahun 2020 dibandingkan tahun ini.
Baca Juga: Kronologi Warga Desa Sidodowo Banyak Terpapar Covid-19, Berawal dari Hajatan dan Pemulasaran Jenazah
Selain itu, Tri juga menyoroti penelusuran kontak pasien Covid-19 yang semakin buruk dari hari ke hari. Hal itu yang dinilai memperparah fenomena melonjaknya kasus Covid-19 pada 2021 ini.
“Kalau dulu contact tracing itu bisa 20-30 (orang) dalam satu kasus. Sekarang paling cuma 4 sampai 10. Jadi karena contact tracing rendah, kasusnya cenderung sedikit,” ujar Tri.
Kini, tidak ada jalan lain bagi pemerintah selain menghadapi lonjakan pasien Covid-19 dengan sigap sembari terus melakukan kampanye protokol kesehatan di seluruh aspek kehidupan agar laju penularan kembali landai.
Di samping itu, diperlukan percepatan vaksinasi, khususnya bagi lansia dan kelompok rentan agar kekebalan komunitas segera tercipta.
Bangkit dari keterpurukan merupakan perkara sulit. Maka itu, asa yang muncul harus dipupuk dan dijaga.
Jangan sampai rasa tidak sabar bikin buyar. Jangan sampai segala daya dan upaya menjadi sia-sia.