Ini liga termahal di dunia. Hak siar paling mahal, juga pemain termahal, ada di Premier League alias Liga Inggris. Apa yang baru di musim terkini buat penggila bola di Indonesia?
NILAI hak siar Premier League—Liga Inggris—untuk tiga musim ke depan, 2019-2022, mencapai 4,9 miliar poundsterling.
Itu setara sekitar Rp 85 triliun, memakai kurs per 19 Agustus 2019. Nominal ini adalah yang termahal sejagat.
Jika dibagi per musim, nilai hak siar Liga Inggris sekitar 1,635 miliar poundsterling. Setara Rp 28,3 triliun.
Jika dibagi per musim, nilai hak siar Liga Inggris sekitar 1,635 miliar poundsterling. Setara Rp 28,3 triliun.
Coba bandingkan dengan nilai kontrak per musim hak siar liga sepak bola di Eropa lainnya.
Berdasarkan data yang dirangkum Kompas.com, nilai kontrak hak siar Bundesliga—Liga Jerman—per musim adalah 1,060 miliar poundsterling.
Pakai kurs per 19 Agustus 2019, setara Rp 18,3 triliun. Nominal tersebut terus konstan selama musim 2017-2021.
Lalu, nilai hak siar Ligue 1—Liga Perancis—selama periode 2020-2024 adalah 1,019 miliar poundsterling per musim.
Berikutnya, Serie A—Liga Italia—mematok hak siar seharga 973 juta euro per musim, untuk rentang 2018-2021.
Adapun hak siar La Liga—Liga Spanyol—bernilai 1,14 miliar euro per musim, untuk periode 2019-2022.
Pertanyaannya, mengapa hak siar Premier League bisa sedemikian mahal? Apa yang membuatnya melambung melampaui liga papan atas lain di Eropa?
Ini cerita di balik layar Premier League....
TAK salah jika pertandingan olahraga, dalam hal ini sepak bola, diibaratkan sebagai produk hiburan seperti ragam film Hollywood atau serial TV di saluran televisi berbayar.
Menarik atau tidaknya tayangan bisa dilihat mulai dari aktornya, kualitas cerita, hingga cara rumah produksi mengemasnya.
Premier League bisa dikatakan punya paket komplet demi memuaskan pemirsa.
Nah, Premier League bisa dikatakan punya paket komplet demi memuaskan pemirsanya yang haus tontonan menghibur.
Misal, produktivitas gol tinggi dan tempo permainan yang cepat. Ini tentu ditopang pemain bintang yang bertebaran. Sejarah tim dan pelatih papan atas menggenapi.
Setiap menyambut turnamen besar Piala Dunia, federasi sepak bola dunia (FIFA) selalu mendorong semua tim berupaya meningkatkan produktivitas gol.
Apa lagi alasannya kalau bukan buat liga jadi tontonan menarik?
Tak dapat dimungkiri, puncak drama dari setiap permainan sepak bola adalah mencetak gol. Semakin banyak gol tercipta, semakin menarik pertandingannya.
Produktivitas gol yang tinggi menjadi alasan awal mengapa penikmat tayangan sepak bola jatuh cinta pada Premier League.
Musim lalu, Premier League secara kolektif mencetak 251 gol dari 90 pertandingan, atau rata-rata 2,82 gol per pertandingan,
Untuk musim lalu, melansir laman 90min, Kamis (30/5/2019), Premier League secara kolektif mencetak 251 gol dari 90 pertandingan, atau rata-rata 2,82 gol per pertandingan.
Dalam jajaran liga besar dunia, Premier League adalah liga paling produktif kedua. Produktivitas gol liga ini hanya kalah dari Bundesliga dengan rata-rata 3,18 gol per pertandingan.
Bandingkan dengan Serie A Italia yang rata-rata gol-nya 2,68; lalu La Liga Spanyol 2,59 gol, dan Ligue 1 Perancis dengan 2,56 gol.
Daya tarik berikutnya, Premier League dikenal juga dengan ragam gaya permainan. Sebut saja Liverpool dengan ciri khas permainan gegenpress (gaya menekan yang tinggi) dan Manchester City dengan tiki-taka ala pelatihnya, Pep Guardiola.
PREMIER League merupakan gudangnya pemain bola berbakat yang tersebar di seantero dunia.
Bila berpatok pada Piala Dunia 2018 di Rusia, ada 108 pemain yang berasal dari klub Premier League. Angka ini jauh meninggalkan La Liga yang hanya "menyumbang" 78 pemain.
Nama-nama pemain top dunia pun merumput di Premier League.
Pada Piala Dunia 2018 di Rusia, ada 108 pemain yang berasal dari klub Premier League.
Contoh, Mohamad Salah (Mesir) striker Liverpool, Mesut Oezil (Jerman) playmaker Arsenal, Sergio Aguero (Argentina) ujung tombak Manchester City, atau Paul Pogba (Perancis) yang menjadi gelandang di Manchester United.
Harga transfer pemain di sana juga fantastis. Bahkan, beberapa pemain mendapat predikat termahal berdasarkan kategori posisi bermain.
Sebut saja kiper termahal dunia ada di Chelsea. Pada musim 2019-2020, klub asal London tersebut mendatangkan Kepa Arrizabalaga dari Atletic Bilbao dengan mahar 80 juta euro.
Nilai transfer tersebut menggeser "harga" kiper termahal pada musim sebelumnya. Saat itu, Liverpool memboyong Alisson Becker dari AS Roma dengan nilai transfer 75 juta euro.
Untuk pemain belakang, status bek termahal di dunia juga ada di Premier League, usai Manchester United membeli Harry Maguire dari Leicester City dengan mahar 80 juta poundsterling pada musim ini.
Sebelumnya, gelar bek termahal di jagat raya disandang pemain Liverpool Virgil van Dijk pada Januari 2018, saat The Reds—julukan Liverpool—mendatangkan van Dijk dari klub Southampton.
SUDAH pemainnya bertabur bintang, Liga Inggris juga dijejali deretan pelatih atau manajer top dunia. Manajer dengan predikat penguasa Eropa ada di sini.
Sebut saja Pep Guardiola di Manchester City, Juergen Klopp di Liverpool, dan Unay Emery di Arsenal. Masing-masing punya cerita panjang sebelum berkiprah di Liga Inggris.
Sepanjang karier melatih, mereka pernah mencicipi manisnya memenangkan trofi Si Kuping Besar alias piala Liga Champions, kasta tertinggi kompetisi antarklub di Eropa.
Sebelum menukangi The Citizen—julukan Manchester City—, Pep Guardiola pernah meraih dua kali Juara Liga Champion bersama klub Barcelona. Yaitu pada musim 2008-2009 dan 2010-2011.
Sebelum menukangi The Reds Liverpool, The Mad-Nerd—julukan Jurgen Klopp—bersama Borussia Dortmund mematahkan dominasi Bayern Muenchen di Bundesliga yang pada masa itu tengah superior.
Bersama Die Borussen—julukan Borussia Dortmund—, Klopp meraih gelar juara Bundesliga dua kali berturut-turut (2010-2011, 2011-2012).
Borussia Dortmund nyaris mendapatkan predikat raja Eropa pada musim 2012-2013.
Ia juga menggondol piala domestik lainnya, yaitu DFB-Pokal pada musim 2011-2012.
Bersama Borussia Dortmund, Klopp juga nyaris mendapatkan predikat Raja Eropa pada musim 2012-2013.
Namun sayang, pada partai final Liga Champions di musim tersebut impian Klopp membawa pulang trofi si kuping besar ke Signal Iduna Park—markas Borussia Dortmund—kandas.
Lawan tangguhnya dari generasi ke generasi, Bayern Muenchen, mengalahkan mereka di laga final dengan skor 2-1. Nah, kegagalan Klopp terbayar di Inggris.
Dia membawa Liverpool menjadi kampiun Liga Champion untuk keenam kali pada musim 2018-2019. Di partai puncak, The Reds menang 2-0 atas sesama klub Inggris, Tottenham Hotspur.
Arsenal adalah Arsene Wenger dan Arsene Wenger adalah Arsenal. Begitu melekat nama The Professor—julukan Arsene Wenger di klub Arsenal setelah 22 tahun lamanya mereka bersama.
Setelah rezim Wenger di Arsenal berakhir, muncul pertanyaan besar siapa yang akan menjadi penggantinya. Mengingat besarnya jasa Wenger, pelatih Arsenal selanjutnya haruslah memiliki pamor yang tinggi.
Pilihan manajemen The Gunners—julukan Arsenal—akhirnya jatuh pada sosok Unay Emery. Pelatih berusia 46 tahun asal negeri matador Spanyol ini mulai menukangi Arsenal pada musim 2018-2019.
Bukan tanpa alasan Emery dipilih menggantikan Arsene Wenger. Sepanjang karir melatihnya, Emery memiliki prestasi yang mentereng, meski jam terbangnya relatif tak banyak.
Sebelum Arsenal, Emery pernah melatih enam tim. Dia mulai meniti karier sebagai pelatik pada 2004. Tim yang pernah merasakan sentuhannya antara lain:
Nama Emery mulai melejit saat menukangi Sevilla. Saat itu, dia sukses mencetak sejarah membawa nama Sevilla sebagai tim pertama yang menjuarai Liga Europa tiga kali berturut-turut (2006, 2007, 2008).
Atas keberhasilan inilah klub kaya asal Perancis, Paris Saint Germain (PSG), kepincut. Pada 2016, Emery menerima pinangan PSG dan memulai karir melatihnya di Perancis hingga 2018.
Di sana, karier Emery sesungguhnya cemerlang, yakni berhasil membawa PSG menjuarai sejumlah kompetisi domestik, seperti Ligue 1 (2018), dua kali juara Coupe de France (2017, 2018), dan juga dua kali juara Coupe de la Ligue (2017, 2018).
Namun, berhubung manajemen PSG saat itu memiliki ambisi tinggi, yakni menginginkan gelar juara Liga Champions, dia dan PSG memutuskan berpisah pada 2018.
Selain nama-nama beken tersebut, ketatnya tensi persaingan Premier League pun turut menggoda pelatih-pelatih top liga lain mengadu nasib di sana.
Misalnya, Nuno Espirito Santo. Pelatih berusia 45 tahun itu rela meninggalkan FC Porto (Portugal), klub yang selalu masuk kompetisi Liga Champions, demi bergabung ke klub medioker atau kelas menengah Wolverhampton Wanderers pada musim 2018-2019.
Menariknya, sejumlah klub Premier League juga berani mempercayakan mantan pemain bintangnya untuk menjadi pelatih meskipun minim pengalaman. Contoh, Ole Gunnar Solskjaer (Manchester United) dan terbaru Frank Lampard (Chelsea).
HAL menarik lain di Liga Inggris adalah fakta bahwa klub-klub Premier League punya sejarah panjang. Klub yang berkompetisi berusia lebih dari 100 tahun.
Sebut saja, Manchester City. Klub ini berdiri pada 1880. Artinya, pada 2019 telah berusia 139 tahun.
Klub lain, Aston Villa, misalnya, berumur 145 tahun. Atau, Liverpool yang sudah berumur 127 tahun pada 2019.
Alhasil tak jarang ditemukan fans Liga Premier Inggris berasal dari satu rumpun keluarga atau saudara. Turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dampaknya, Premier League tak pernah kekurangan penggemar, justru selalu bertambah.
Mengutip salah satu isi laman zeelo.com edisi Jumat (19/4/2019), Manchester United menjadi klub paling populer di dunia karena punya 650 juta penggemar di seluruh dunia.
Chelsea berada di posisi keempat jumlah fans, dengan 145 juta penggemar. Menyusul, Arsenal di posisi kelima dengan 125 juta penggemar.
Kepopuleran klub Premier League juga terlihat dari jumlah pengikut di sosial media.
Mengutip howtheyplay.com, lima klub Premier League berada di 10 besar klub sepak bola paling populer di media sosial.
Ini diukur dari jumlah pengikut di tiga platform media sosial—Facebook, Instagram, dan Twitter.
Manchester United jadi klub paling populer ketiga di media sosial, dengan pengikut Twitter sebanyak 18,5 juta, Facebook 73,2 juta, dan Instagram 25,1 juta.
Lalu menyusul Chelsea di posisi keempat dengan pengikut Twitter 12,3 juta, Facebook 47,1 juta, dan Instagram 14,2 juta.
Klub London lainnya, Arsenal, berada di posisi keenam dengan modal pengikut Twitter 13,9 juta, Facebook 37,7 juta, dan Instagram 12,9 juta.
Kampiun Liga Champions musim lalu, Liverpool, nangkring di posisi kedelapan dengan pengikut Twitter 10,8 juta, Facebook 32,2 juta, dan Instagram 11,2 juta.
Terakhir, Manchester City berada di posisi ke-10 dengan pengikut Twitter 6,5 juta, Facebook 52,7 juta, dan Instagram 9,7 juta.
KEAJAIBAN. Di Premier League, kata ini bukanlah hal aneh.
Di setiap pertandingan, tak sulit menemukan tim medioker yang permainannya menyulitkan tim-tim besar.
Dalam hal urusan perebutan gelar juara pun sama.
Masih terekam dalam ingatan bagaimana tim semenjana, yakni Leicester City, mencetak sejarah dengan menggondol trofi juara musim 2015-2016.
Tak sulit menemukan tim medioker yang permainannya menyulitkan tim-tim besar.
Pencapaian tersebut melanjutkan keajaiban di kasta tertinggi Liga Inggris. Sebelumnya, Blackburn Rovers melakukan hal yang sama pada musim 1994-1995.
Tak jarang, penentuan gelar juara Premier League benar-benar ditentukan di partai terakhir. Hasil musim lalu jadi contoh terhangat.
Pada pekan terakhir musim 2018-2019, Manchester City mengalahkan Brighton & Holve Albion dengan skor 4-1.
Hasil ini menempatkan The Citizen merengkuh gelar juara dengan selisih satu poin atas peringkat kedua, Liverpool.
Padahal, The Reds—julukan Liverpool—juga menang melawan Wolverhamton dengan skor 2-0.
Ketatnya persaingan Liga Premier Inggris terlihat pula dari distribusi gelar juara. Sepanjang 15 musim terakhir, lima klub berbeda jadi juara.
Rinciannya:
NILAI kontrak hak siar Premier League bisa jadi tak lepas dari tingginya biaya yang dikeluarkan federasi sepak bola Inggris (FA) setiap musim.
Pada musim 2018-2019 misalnya, FA menggelontorkan biaya hingga 2,4 miliar poundsterling, setara sekitar Rp 41 triliun, untuk dibagikan ke seluruh klub Premier League.
Skema pembagiannya terbagi dalam tiga kategori, yakni hadiah, pendapatan hak siar, dan nilai kontrak sponsorship.
Untuk hadiah, nominalnya disesuaikan dengan peringkat klasemen. Nilai hadiah untuk sang jawara dan peringkat-peringkat di bawahnya berselisih masing-masing sekitar 2 juta poundsterling.
Manchester City yang memenangi musim lalu, membawa pulang hadiah 38,4 juta poundsterling, setara Rp 662 miliar.
Contohnya, Manchester City yang memenangi musim lalu, membawa pulang hadiah 38,4 juta poundsterling, setara Rp 662 miliar.
Liverpool di posisi kedua, membawa pulang uang 36,5 juta poundsterling, setara Rp 629 miliar. Adapun Chelsea yang ada di peringkat ketiga 34,6 juta poundsterling, setara Rp 596 miliar.
Adapun soal keuntungan dari hak siar, FA membagi rata kepada seluruh klub melalui dua jalur, yakni equal share dan international TV.
Kub Premier League pun masih bisa mendapatkan pendapatan tambahan melalui jalur facility fees.
Di skema yang ini, klub bisa memperoleh uang tambahan dari jumlah siaran pertandingan klub yang bersangkutan selama satu musim.
Melihat skema tersebut, klub besar tentu paling diuntungkan karena memiliki porsi siaran pertandingan lebih banyak dibanding klub kecil.
Terakhir, FA membagi rata jatah dari nilai kontrak sponsorship Premier League setiap musim kepada semua klub peserta.
PREMIER League mencapai kesepakatan dengan sejumlah pemegang hak siar untuk tiga musim ke depan.
Negara-negara di Eropa, Amerika, Afrika dan Asia Pasifik menjalin kerja sama untuk menyiarkan kompetisi terbesar tersebut untuk musim 2019-2020 hingga 2021-2022.
Di Asia Pasifik, 12 negara mencapai kesepakatan dengan Premier League untuk menyiarkan pertandingan-pertandingan kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Negeri Ratu Elisabeth tersebut.
Di Afrika 4 negara, Eropa 18 negara, dan Amerika ada 4 negara. Jika dijumlahkan, ada 38 negara yang membeli hak siar Premier League untuk tiga musim ke depan.
Sebagai pemegang hak siar untuk Indonesia, Mola TV punya sejumlah alasan saat memutuskan memilih menggelontorkan duit.untuk menayangkan Premier League.
Terlebih lagi, sebenarnya ada liga besar lain yang juga tengah bersinar. Liga Italia, misalnya, punya daya tarik baru setelah Cristiano Ronaldo pindah ke sana dari Real Madrid pada musim panas 2018.
Selain Liga Eropa, ada pula Liga Spanyol, Liga Belanda, Liga Jerman dan Liga Perancis.
Head of Direct to Consumer Mola TV, Eriek Lukito, mengatakan prospek Liga Inggris adalah alasan paling mendasar saat menjatuhkan pilihan pembelian hak siar.
Fakta bahwa hak siar Liga Inggris adalah yang termahal, jadi tantangan sekaligus pemikat tersendiri. Berikutnya, pertimbangan publikasi dan kualitas kompetisi.
Kualitas kompetisi Premier League pun terbilang kompetitif karena sulit ditebak siapa yang bakal jadi juara.
"Dari sisi publikasi dan kualitas kompetisi, Liga Inggris yang terbaik. Bisa dibilang, semua pemain termahal ada di Liga Inggris," ujar Eriek dalam wawancara dengan Kompas.com, Senin (5/8/2019)
Lebih lanjut Eriek menambahkan dari sisi broadcast-nya Liga Inggris masih yang terbaik, bahkan mengalahkan pamor Bundesliga. Kualitas kompetisi Premier League pun terbilang kompetitif karena sulit ditebak siapa yang bakal jadi juara.
Lihat saja hasil musim 2015-2016 ketika Leicester City menjadi juara. Mereka membuat kejutan sangat besar karena menyingkirkan klub-klub tradisi juara seperti Manchester United, Liverpool, Chelsea, dan Manchester City.
Bandingkan dengan Liga Spanyol yang didominasi Real Madrid dan Barcelona. Bundesliga pun demikian, Bayern Muenchen, dan Borussia Dortmund selalu berada di barisan terdepan dalam persaingan menjadi juara.
Sebagai media baru, Mola TV mengakui bahwa Premier League mereka harapkan menjadi daya tarik utama bagi pemirsa.
"Kami butuh konten utama yang membuat orang melirik Mola TV sebagai media baru," kata Eriek.
Itu pun, Eriek menyebut layanan Mola TV berbeda dibandingkan siaran-siaran yang sudah ada sebelumnya di Indonesia. Misal, Mola TV tidak hanya menggunakan jalur free to air (FTA).
"Sekarang era internet di mana orang mengonsumsi konten juga lewat (peranti) mobile," ujar Eriek.
Mola TV masih menyediakan layanan FTA melalui TVRI, meski lebih banyak siaran melalui Mola Mobile App, Mola Parabola, dan Mola Polytron Streaming.
Harapannya, Mola TV hadir dengan "warna baru" bagi para penggila bola dalam menikmati Premier League, liga terbesar dan termahal di dunia ini.
Meski demikian, Mola TV tak hanya menyajikan tayangan sepak bola, khususnya Liga Inggris.
Menurut Eriek, siaran langsung Premier League adalah jangkar konten tetapi bukan satu-satunya yang dipunya Mola TV.
Mola TV tak hanya menyajikan tayangan sepak bola, khususnya Liga Inggris.
Selain tayangan sepak bola, ada beragam pilihan konten unggulan lain.
Pilihan dan pengemasan konten Mola TV menggunakan moto "Bring the best of the world to Indonesia and Bring the best of Indonesia to the world".
Nah, Liga Inggris merupakan perwujudkan moto pada bagian "Bring the best of the world to Indonesia".
Adapun "Bring the best of Indonesia to the world" akan disajikan lewat konten-konten original. Hal-hal yang menjadi keunggulan dan ada di Indonesia akan disajikan pula kepada dunia lewat Mola TV.