JEO - Peristiwa

Foto yang Menguras Air Mata: Kecelakaan Bus di Tol Cikupa

Kamis, 6 April 2023 | 06:56 WIB

FOTOGRAFER Kompas.com Kristianto Purnomo menuturkan pengalamannya ketika mengabadikan kecelakaan bus Asli Prima di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten.

Peristiwa tersebut tidak terduga dan terjadi begitu cepat. Naluri jurnalistik mendorong pewarta yang akrab disapa KP itu membidikkan kamera kemudian menekan tombol rana.

Dia merekam peristiwa itu secara utuh, mulai dari kondisi korban beberapa saat setelah kecelakaan, anak kecil yang meminta bantuan, hingga proses evakuasi.

Di balik gambar yang ia hasilkan terdapat cerita yang menguras air mata. KP sempat menolong seorang bapak yang mengalami luka berat pada bagian kaki.

Kedua kakinya terjepit bodi kendaraan dan tampaknya patah. Sambil menahan sakit dan terduduk, bapak itu meminjam ponsel milik KP untuk mengabari keluarganya.

Foto karya Kristianto Purnomo berjudul ''Kecelakaan Bus Asli Prima'' meraih juara II kategori spot news di ajang Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2019. Foto di ambil pada Minggu (13/01/2019) menampilkan korban kecelakaan antara Bus Asli Prima dan sebuah truk.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Kecelakaan antara bus Asli Prima dan truk tronton terjadi di Gerbang Tol Cikupa pada Minggu, 13 Januari 2019. Ketika itu, KP dan keluarganya dalam perjalanan pulang dari berlibur di Baduy.

Seperti biasa, ia selalu membawa kamera, apalagi saat berwisata. “Kamera belum aku bereskan setelah memotret di Baduy, aku taruh di bagasi belakang, lensa masih menempel di bodi kamera,” ujarnya, Rabu (22/3/2023).

Jarum jam menunjukkan pukul 16.00 WIB ketika Opel Blazer yang dikemudikan KP tiba di Pintu Tol Cikupa. Ia mengarahkan mobilnya ke gerbang di bagian kiri. Sebelah kanannya melaju truk tronton yang baru melakukan transaksi di gerbang tol.

Setelah truk melaju lebih kurang 100 meter, dari arah berlawanan, jalur Jakarta menuju Merak, bus Asli Prima melesat dengan kecepatan tinggi. Situasi jalan ramai dengan kendaraan, tetapi bus tersebut tidak mengurangi kecepatan. 

Tiba-tiba bus itu kehilangan kendali.

Sepertinya sopir bus tak sempat menginjak rem karena tidak terdengar bunyi gesekan ban dengan aspal.

KP dan istrinya yang duduk di kursi penumpang depan menyaksikan bus itu menabrak beton pembatas jalan, kemudian melayang keluar jalur ke arah truk tronton. Tabrakan pun tak terhindarkan.

Bus tersebut menabrak bagian depan kiri truk. “Aku benar-benar melihat posisinya, kencang banget, nabrak bagian depan truk tronton sebelah kiri. Adu banteng,” ucap KP.


Petugas mengevakusai seorang penumpang bus Asli Prima saat terjadi kecelakaan di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

 

Sontak ia meminggirkan mobilnya ke bahu jalan. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa ingin memotret peristiwa itu lebih dahulu lalu bergegas mengambil kamera di bagasi mobil.

Bagian depan bus berwarna hijau tosca itu hancur. Pintu depan sebelah kiri lepas. Kaca depan pecah tak tersisa. Pada bagian kaca belakang tertera trayek bus, yakni Labuan-Pandeglang-Serang-Kalideres.

Begitu mendekati lokasi kecelakaan, ia melihat seorang bapak yang tergeletak di jalan. Saat kejadian, bapak itu terlempar ke luar bus. Kemungkinan ia duduk di kursi samping sopir.

Kedua kakinya terjepit di antara bodi depan bus dan truk. Ia sempat meminta tolong kepada KP untuk menarik tubuhnya yang terjepit. Namun, KP tak berani memenuhi permintaan bapak itu.

Ia takut luka si bapak makin parah. “Kakinya nyangkut, takut kalau aku tarik malah putus. Aku lihat memang sudah parah. Jadi aku tidak berani,” tutur KP.

Tidak jauh dari tempat bapak itu terbaring ada sebuah tas. Kemungkinan tas itu milik penumpang yang terlempar ke jalan.

KP mengambil tas itu, kemudian meletakkannya sebagai sandaran kepala si bapak. Pasalnya, tempat si bapak berbaring penuh dengan pecahan kaca.

“Pak, ini pakai dulu, sambil menunggu petugas yang datang,” kata KP, mengulang ucapannya ketika itu.

Setelah itu KP mengambil beberapa gambar di lokasi, termasuk momen ketika si bapak sedang berupaya menarik kakinya yang terjepit dan seorang anak perempuan yang melambaikan tangan.

Korban kecelakaan bus Asli Prima di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Rupanya, bocah itu bersama kakak dan ibunya. Sang ibu terjepit di pintu depan bus. Sepertinya ia sekarat karena sama sekali tidak merespons ketika dipanggil.

Sementara itu, sang kakak terlihat syok dan adiknya yang kira-kira masih sekolah dasar (SD) berteriak minta tolong dan melambai ke pengguna jalan yang lewat. Ketika itu belum ada petugas tol, medis, ataupun polisi di lokasi kecelakaan.

Kemudian, anak itu meminta kepada KP untuk menolong ibunya. “Aku bilang, 'Aku enggak berani. Ibumu terjepit, harus pakai alat untuk menariknya'. Anak ini akhirnya diselamatkan sama petugas tol, digendong, dibawa ke luar,” kata KP.

Petugas mengevakuasi seorang bocah saat terjadi kecelakaan bus Asli Prima di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

 

Korban kecelakaan bus Asli Prima di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

KP kembali menghampiri sang bapak yang masih tergeletak di jalan. Bapak itu terlihat meraih ponsel di saku celana dan bermaksud menghubungi keluarganya.

Karena tidak memiliki pulsa, lantas si bapak meminjam ponsel milik KP untuk menelepon istrinya.

KP merasa takjub sekaligus terenyuh karena bapak itu masih bisa berpikir jernih. Ia berupaya memberikan kabar kepada sang istri meski merasakan rasa sakit yang begitu hebat.

Setelah mendapat ponsel pinjaman, bapak yang tak sempat diketahui namanya itu menekan nomor telepon istrinya.

“Bapak enggak jadi pulang, Bapak kecelakaan, kaki Bapak putus, nanti cari saja di rumah sakit,” ucap KP, menirukan perkataan si bapak saat memberikan kabar.

“Dia bicara pakai bahasa Sunda, seperti itu kurang lebih. Setelah itu dia tiduran, menunggu dievakuasi sama petugas tol,” kata KP.

Petugas tol tiba di lokasi sekitar lima menit setelah kejadian. Bapak itu yang pertama kali dievakuasi, kemudian sopir bus, dan sang ibu yang posisinya terjepit di dekat pintu depan bus.

Petugas mengevakusai seorang penumpang bus Asli Prima saat terjadi kecelakaan di Gerbang Tol Cikupa, Tangerang, Banten, Minggu (13/01/2019). Bus Asli Prima yang melaju dari arah Jakarta keluar jalur menabrak truk yang melaju menuju Jakarta. Akibat kecelakaan ini dua orang luka berat dan belasan lainnya luka ringan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Foto yang menampilkan korban kecelakaan berupaya menarik kakinya yang terjepit dan seorang anak melambaikan tangan mendapat penghargaan dari Pewarta Foto Indonesia (PFI).

Potret berkategori spot news itu meraih peringkat II. Penghargaan diberikan di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta, Jumat (6/12/2019).

Namun, masih ada hal yang mengganjal perasaan KP. Sampai saat ini, ia tidak mengetahui nama korban dan tempat tinggalnya.

Situasi hiruk pikuk dan panik membuat KP lupa menanyakan identitas para korban. Ia pernah berusaha mencari nomor ponsel yang sempat dihubungi si bapak, tetapi tidak ditemukan.

Setelah memotret dan menolong korban, KP langsung kembali ke mobilnya.  Seorang petugas tol minta kendaraannya dipindahkan karena khawatir memperparah kemacetan.

Berita di beberapa media daring menyebutkan, ada dua korban tewas dalam kecelakaan itu. Kendati demikian, KP tidak bisa memastikan identitasnya.

Kalau saja sang bapak masih hidup, KP ingin sekali bertemu untuk bersilaturahmi dan menanyakan kondisinya pasca-kecelakaan.

“Kalau ternyata dia masih hidup, aku ingin datang ke rumahnya, cuma ingin silaturahmi,” tuturnya.

Bagi KP, penghargaan yang diberikan oleh PFI merupakan pengingat bagi dirinya dalam mengemban tugas jurnalistik.

Sebagai pewarta, ia memiliki kewajiban untuk merekam sebuah peristiwa dan mengabarkannya. Meski begitu, ia juga memahami bahwa memberikan pertolongan juga menjadi tanggung jawabnya sebagai manusia.

"Kalau aku dalam kondisi seperti itu, aku menolong sebisa aku...," tuturnya. "Yang bisa aku lakukan, dia butuh telepon, ya itu masih bisa aku lakukan. Kalau masih bisa menolong, pasti aku lakukan," kata KP.

Menurut dia, sebuah foto juga memiliki fungsi sejarah di masa depan, sebagai sebuah dokumentasi.

Dalam konteks peristiwa kecelakaan di Tol Cikupa, ia berharap fotonya dapat menjadi pengingat bahwa kejadian serupa jangan sampai terulang.