JEO - News

Doa dan Solidaritas
untuk Korban
Gempa Lombok

Selasa, 21 Agustus 2018 | 06:59 WIB

Berdasarkan data BNPB, 506 orang meninggal akibat rentetan gempa yang mengguncang Lombok. Ratusan ribu warga mengungsi, puluhan ribu rumah rusak, dan nilai perkiraan kerugian melebihi APBD NTB.

 

RENTETAN gempa masih terus mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan terasa sampai ke pulau-pulau di sekitarnya. Korban jiwa juga masih bertambah, sementara ratusan ribu warga bertahan hidup di tenda-tenda pengungsian.

Sepanjang Senin (20/8/2018) saja—dari dini hari hingga malam—, sedikitnya delapan gempa berkekuatan di atas magnitudo 4 skala Richter (SR) telah mengguncang pulau ini dan kawasan sekitarnya. Pada Minggu (19/8/2018), gempa berkekuatan magnitudo 6,9 juga terjadi.

Reporter Kompas.com, Jessi Carina, sedang bertugas di Pulau Lombok, ketika gempa tersebut berlangsung. Ini laporannya lewat telepon saat dihubungi dari Jakarta dengan latar gambar dari beragam lokasi yang terdampak gempa tersebut:

Bila gempa berkekuatan magnitudo 7,0 pada Minggu (5/8/2018)—pada waktu itu disebut sebagai gempa utama dari sejumlah guncangan—berpusat di kawasan Lombok Utara, pusat gempa kali ini bergeser ke kawasan Lombok Timur.

Simak pula: JEO - Esai Foto Dampak Gempa Lombok per 13 Agustus 2018

Posisi pulau di atas lempeng bumi yang masih aktif bergerak ditambah struktur geologi yang lapuk disebut sebagai penyebab rangkaian guncangan tersebut.

Ini navigasi fakta-fakta terbaru soal gempa Lombok hingga Senin (20/8/2018) malam, berdasarkan urutan navigasi JEO sebagai berikut:

  RENTETAN  
 GEMPA BESAR 

 

MERUJUK data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sejak 28 Juli 2018 hingga 20 Agustus 2018 telah terjadi tak kurang dari 30 gempa yang mengguncang Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan kekuatan melebihi magnitudo 4 dalam skala Richter (SR).

Infografis dari kantor berita AFP ini memberikan gambaran kekuatan dan sebaran lokasi gempa per 28 Juli 2018 sampai 20 Agustus 2018.

Catatan Gempa Lombok Berkekuatan di Atas Magnitudo 4 SR - (AFP/SIMON MALFATTO, VALENTINA BRESCHI)

Dari sekian banyak gempa yang mengguncang, tak semuanya dapat dirasakan manusia, termasuk di Pulau Lombok. BMKG membuat pengelompokan sendiri untuk gempa yang dapat dirasakan manusia dan datanya dapat ditengok di link ini.

BMKG lewat keterangan pers di website-nya, gempa yang mengguncang Pulau Lombok sejak akhir Juli 2018 ini memiliki kaitan dengan struktur geologi sesar naik Flores. Namun, BMKG menyebut pula bahwa gempa besar pada Minggu (5/8/2018) dan Minggu (19/8/2018) memiliki deformasi yang berbeda.

Baca juga: Mengenal Sesar Naik Flores

Lalu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut sejak gempa pada Minggu (19/8/2018) pukul 22.56 WITa hingga Senin (20/8/2018) pukul 12.00 WITa sudah terjadi 106 gempa susulan dengan besaran kekuatan gempa bervariasi.

Posisi dan Efek Gempa di Pulau Lombok pada Minggu (19/8/2018) malam - (www.bmkg.go.id)

Pada Senin (20/8/2018) pukul 17.31 WITa, misalnya, terjadi lagi gempa susulan berkekuatan magnitudo 5 SR, dengan pusat gempa berkedalaman 10 kilometer di posisi 8,22 LS dan 116,49 BT.

Tingkat kerusakan akibat gempa pada Senin petang itu, menurut Skala Intensitas Gempa Bumi (SIG) BMKG merujuk pada  skala Modified Mercalli Intensity (MMI) ada di kisaran II-IV. Gempa ini dirasakan terutama di Lombok Utara, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Kuta, dan Karangasem.

Skala Intensitas Gempa Bumi (SIG) BMKG

 

  KORBAN, PENGUNGSI, 
 DAN PERKIRAAN KERUGIAN 

 

BERDASARKAN data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (20/8/2018) pukul 19.00 WIB, gempa pada Minggu (19/8/2018) mengakibatkan 14 orang meninggal. Ini unggahan Kepala Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, lewat akun Twitter:

Adapun dalam keterangan pers yang dilansir BNPB pada Senin (20/8/2018) pukul 23.18 WIB lewat website-nya, 506 orang meninggal akibat rangkaian gempa di Lombok sejak Minggu (29/7/2018). Ratusan orang terluka pula karena gempa ini.

Lalu, 74.361 rumah dilaporkan rusak, sementara 431.416 warga mengungsi. Nilai kerusakan dan kerugian akibat rentetan gempa ini diperkirakan mencapai Rp 7,7 triliun.

Nilai kerugian akibat gempa tersebut bahkan telah melebihi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2018.

Berdasarkan data yang diunduh dari website Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Pemprov NTB, APBD NTB bernilai tak sampai Rp 5,4 triliun.

APBD Perubahan Pemprov NTB ditetapkan pada 21 Februari 2018, dan diundangkan dalam lembaran berita daerah Provinsi NTB sebagai Peraturan Gubernur NTB Nomor 4 Tahun 2018.

Salah satu dampak gempa pada Minggu (19/8/2018) malam. - (Handout /BNPB via AFP)

   REAKSI DUNIA   

 

UNGKAPAN duka dan simpati beserta uluran bantuan terus mengalir ke Lombok. Tak hanya dari dalam negeri, ungkapan dan bantuan itu datang pula dari mancanegara, baik dari perorangan maupun lembaga. 

Pemerintah Swiss, misalnya, mengalokasikan bantuan dana 300.000 Swiss Franc—setara sekitar Rp 4,5 miliar—lewat Palang Merah Internasional (IFRC) untuk membantu penanganan korban gempa Lombok. Kabar itu antara lain disebarkan melalui akun Twitter milik Swiss Humanitarian Aid Unit. 

Dari dalam negeri, aksi solidaritas dalam beragam bentuk juga digalang untuk para korban gempa Lombok. Relawan dari berbagai latar belakang juga berdatangan, termasuk untuk penyembuhan trauma akibat gempa.

Sejak gempa berkekuatan magnitudo 7 SR mengguncang Lombok pada Minggu (5/8/2018), ungkapan simpati dari para pemimpin negara di dunia mengalir. Liputan atas rangkaian gempa ini pun muncul di banyak media massa di berbagai negara.

Liputan hari per hari lintas kanal terkait musibah gempa di Pulau Lombok dapat disimak pula melalui liputan khusus Gempa Lombok di Kompas.com.

Sejumlah warga beristirahat dekat rumahnya yang roboh pascagempa di Dusun Labuan Pandan, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB, Senin (20/8). Pascagempa bumi yang berkekuatan 7 Skala Richter mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita mengakibatkan sejumlah rumah di daerah tersebut roboh dan puluhan warga mengungsi.
ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI
Sejumlah warga beristirahat dekat rumahnya yang roboh pascagempa di Dusun Labuan Pandan, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB, Senin (20/8). Pascagempa bumi yang berkekuatan 7 Skala Richter mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita mengakibatkan sejumlah rumah di daerah tersebut roboh dan puluhan warga mengungsi.

Tak kurang dari pebalap Marc Marquez mengunggah ungkapan duka—bahkan dalam bahasa Indonesia—untuk korban gempa Lombok.

Baca juga: Ucapan Duka buat Lombok dari Marquez dalam Bahasa Indonesia

Pulau Lombok saat ini merupakan salah satu tujuan utama wisata Indonesia. Selain memang potensi wisatanya menjanjikan, lokasi pulau ini dan pulau-pulau lain yang mengitarinya berdekatan dengan Bali yang adalah destinasi utama wisata internasional Indonesia.

Ketika gempa berkekuatan magnitudo 7 SR terjadi pada Minggu (5/8/2018), misalnya, ada banyak wisatawan mancanegara yang tengah menikmati liburan di Pulau Lombok dan sekitarnya.

Sebelumnya, saat gempa berkekuatan magnitudo 6,4 SR terjadi pada Minggu (29/7/2018), ratusan orang—termasuk wisatawan mancanegara—sempat pula terjebak di puncak Gunung Rinjani.

  BERSAMA DOA...  

 

DARI sekian banyak jenis bencana alam, gempa termasuk yang paling sulit ditebak kapan terjadi dan di mana lokasinya.

Dengan posisi Indonesia yang ada di atas patahan lempeng bumi serta memiliki pula banyak gunung api aktif, mitigasi dan literasi kebencanaan barangkali harus pula lebih mendapat porsi dalam keseharian kita.

Bersama duka dan doa untuk saudara-saudara kita di Pulau Lombok, rasanya upaya-upaya literasi untuk meminimalkan jumlah korban sekaligus mengoptimalkan respons dan penanganan ketika gempa terjadi juga patut kita mulai, termasuk bagi anak-anak sejak usia dini.

Penyadaran mengenai potensi bencana di suatu wilayah harus terus digaungkan, sebagai langkah antisipasi berkelanjutan. Lalu, konstruksi bangunan yang selaras dengan tantangan alam juga harus dikaji dan disebarluaskan, termasuk peluang struktur bangunan tradisional.

Saat ini, selain bantuan untuk kehidupan dasar, pendampingan trauma juga menjadi kebutuhan para korban terdampak gempa. Dari banyak status warga Lombok—bahkan Bali dan pulau-pulau lain di sekitarnya—banyak yang menggambarkan trauma akibat guncangan lempeng bumi ini.

Setidaknya, bila kita belum mampu turun tangan membantu, jangan menjadikan musibah sebagai bahan becanda pun sebaliknya kepentingan pendek publisitas....