JEO - Bola




Ke Olimpiade 2020,
Lalu Muhammad Zohri
Terus Melaju

Senin, 20 Mei 2019 | 05:26 WIB

Zohri menjadi pelari ketiga Indonesia sepanjang masa yang akan berlari di lintasan olimpiade.

LALU Muhammad Zohri terus melaju. Setelah tahun lalu menjadi Juara Dunia U-20 dan berlanjut mematahkan sederet rekor nasional bahkan regional, Zohri disebut bakal lolos ke Olimpiade 2020.

Baca juga: JEO-Lalu Muhammad Zohri, Debutan Pelari Pengganti yang Jadi Juara Dunia U-20

Peluang tiket bagi Zohri ke gelanggang Olimpiade Tokyo 2020 didapat di negara yang sama yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan hajatan olahraga multidisiplin empat tahunan itu. 

Zohri mencatatkan waktu yang melewati batas waktu minimal pelari yang mendapat kesempatan berlaga di Olimpiade 2020.

Pada Minggu (19/5/2019), Zohri menempatkan diri sebagai pelari ketiga yang menyentuh garis finish nomor sprint 100 meter Seiko Golden Grand Prix 2019 di Yanmar Stadium Nagai Osaka, Jepang.

Meski tak menjadi juara, Zohri mencatatkan waktu yang melewati batas waktu minimal pelari yang mendapat kesempatan berlaga di Olimpiade 2020.

Catatan waktu Zohri adalah 10,03 detik, menembus limit kualifikasi 10,05 detik bagi 56 pelari yang akan berlaga di Olimpiade 2020.

"(Dengan capaian waktu ini) Zohri sudah lolos lewat (kualifikasi) entry standard," kata Sekjen PB PASI, Tigor Tanjung, Minggu (19/5/2019).

Berlari di lintasan kesembilan—jalur terluar dan jamak dianggap sebagai lintasan bukan unggulan—, Zohri hanya tertinggal dari juara dunia asal Amerika Serikat, Justin Gatlin, yang mencatatkan waktu 10,00 detik dan pelari tuan rumah sekaligus juara Asia, Kiryu Yoshihide, dengan catatan waktu 10,01 detik.

Ini video lengkap penampilan Zohri di final 100 meter Osaka Seiko Golden Grand Prix 2019:

Meski demikian, Humas PB PASI Hendri Firzani mengatakan, kepastian akhir bahwa Zohri dapat berlaga di Olimpiade 2020 tetap harus menunggu akhir masa kualifikasi pada Juli 2020. 

"Nanti dilihat ranking dunianya," kata Hendri saat ditanya soal kuota 56 pelari untuk nomor 100 meter di OlimpiadeTokyo 2020.

Sebagai informasi, Zohri saat ini menempati ranking 19 dunia. Hendri menambahkan, untuk "mengamankan" posisi Zohri di Olimpiade 2020, dia dijadwalkan mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar, pada 27 September 2019-6 Oktober 2019. 

Merujuk situs IAAF, asosiasi ini menggunakan dua cara kualifikasi untuk menentukan 56 pelari di nomor 100 meter putra yang akan berlaga di Olimpiade 2020.

Kualifikasi pertama, yang disebut sebagai entry standard, adalah menggunakan limit catatan waktu. Untuk pelari laki-laki di nomor 100 meter, limit waktunya adalah 10,05 detik. Adapun kualifikasi kedua didasarkan pada peringkat dunia pelari.

Menurut IAAF, pelari dapat lolos ke Olimpiade 2020 menggunakan salah satu basis kualifikasi itu. Baik catatan waktu maupun ranking dunia itu harus pula dicetak pada kurun waktu yang ditentukan, yaitu 1 Mei 2019 hingga 29 Juni 2020.

DARI REKOR KE REKOR

PERJALANAN Zohri sampai saat ini terus membubuhkan sejumlah kejutan. Bukan sekali atau dua kali, kejutan itu datang dari lintasan terluar, posisi yang lazim dianggap non-unggulan dalam jagat atletik.

Nama Zohri mendadak melambung dari hasil Kejuaraan Dunia U-20 pada medio Juli 2018. Dalam laga final nomor 100 meter, Rabu (11/7/2018), Zohri berlari di lintasan delapan, jalur terluar dalam ajang yang digelar Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF) tersebut.

Salah satu penampilan sprinter Lalu Muhammad Zohri dalam Asian Games 2018. Gambar diambil pada 25 Agustus 2018.
AFP/JEWEL SAMAD
Salah satu penampilan sprinter Lalu Muhammad Zohri dalam Asian Games 2018. Gambar diambil pada 25 Agustus 2018.

Penyebutan untuk Zohri pada saat itu pun minim atribusi, dengan awalan "satu lagi pelari" yang diikuti nama dan asal negaranya saja. Maklum, Zohri adalah pelari pertama Indonesia yang menembus kejuaraan dunia kelompok umur 20 tahun itu.

Capaian Zohri di Osaka pada Minggu (19/5/2019) juga lagi-lagi datang dari lintasan terluar.

Tentu, capaian Zohri sebagai juara di ajang tersebut mencuatkan daya kejut besar. Tak hanya bagi Indonesia tetapi juga dunia.

Baca lagi: JEO-Lalu Muhammad Zohri, Debutan Pelari Pengganti yang Jadi Juara Dunia U-20

Capaian Zohri di Osaka pada Minggu (19/5/2019) juga lagi-lagi datang dari lintasan terluar. Bahkan, Zohri disebut nyaris tak punya kesempatan berlaga di ajang ini, salah satu pertandingan yang masuk daftar laga kualifikasi untuk Olimpiade 2020.

Meski tak semua laga dilalui Zohri dengan mulus, sejumlah catatan prestasi terus ditorehkan pelari kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 1 Juli 2000 ini. Rekor demi rekor pun satu demi satu dia tumbangkan.

Belum sebulan sebelum penampilannya di Osaka, misalnya, Zohri dua kali memperbarui rekor nasional dari satu laga, yaitu di Kejuaraan Atletik Asia di Doha pada April 2019.

Baca juga: Pecahkan Rekornas, Zohri Lolos ke Olimpiade 2020

Dalam semifinal 100 meter di Doha, Qatar, Zohri membukukan catatan waktu 10,15 detik. Angka itu dia pertajam lagi menjadi 10,13 detik di laga final, sekaligus mengantarkannya meraih medali perak Kejuaraan Atletik Asia 2019. 

Pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri (no.400) beradu kecepatan dengan pelari lainnya saat babak semifinal lari 100 meter putra Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (26/8/2018).
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri (no.400) beradu kecepatan dengan pelari lainnya saat babak semifinal lari 100 meter putra Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (26/8/2018).

Capaian Zohri di Seiko Golden Grand Prix 2019 pun tak pelak menjadi rekor baru lagi bagi Zohri. Tak hanya rekor nasional yang diperbarui, catatan waktu 10,03 detik ini pun menempatkannya sebagai manusia tercepat nomor dua di Asia, hanya berselisih 0,02 detik dari rekor Asia yang dibukukan Kiryu Yoshihide di ajang yang sama.

Sebagai catatan, sebelum terus diperbarui Zohri, rekor nasional nomor 100 meter bertahan hampir 10  tahun atas nama Suryo Agung Wibowo. Dicatatkan pada ajang Sea Games 2009 di Laos, Suryo menorehkan waktu 10,17 detik.

JEJAK SPRINTER INDONESIA DI OLIMPIADE

ZOHRI memang bukan pelari pertama Indonesia yang berkesempatan berlaga di olimpiade. Sebelum Zohri ada dua nama pelari yang pernah membawa nama bangsa ke ajang serupa.

Pelari Indonesia sebelum Zohri yang menembus Olimpiade adalah Afdiharto Mardi Lestari

Pelari Indonesia sebelum Zohri yang menembus Olimpiade adalah Afdiharto Mardi Lestari. Dikenal sebagai manusia tercepat se-Asia pada masanya, atlet kelahiran Binjai, Indonesia, 1 Juli 1968, ini pernah berlaga di Olimpiade Seoul 1988.

Salah satu pelari dunia yang pernah dihadapi Mardi adalah Ben Johnson. Catatan waktu terbaik Mardi yang ditorehkan di Olimpiade 1988 adalah 10,32 detik, rekor nasional 100 meter yang kemudian dia perbarui lagi.

Berita Harian Kompas saat Mardi Lestari Cetak Rekor Baru Nasional - (DOK KOMPAS)

Untuk nomor 100 meter, rekor terakhir Mardi adalah 10,20 detik. Dia pertama kali membukukan catatan waktu ini pada 15 Desember 1988, yaitu dalam Perlombaan Atletik Mini Internasional di Medan, Sumatera utara. 

Purnomo Muhammad Yudhi, pelari pertama Indonesia yang berlaga di olimpiade, tepatnya Olimpiade Los Angeles 1984

Namun, rekor Mardi dengan catatan waktu yang sama yang diakui adalah hasil laga final PON XII pada 20 Oktober 1989. Rekor Mardi bertahan selama 20 tahun sebelum dipecahkan Suryo Agung Wibowo pada 2009, yang belakangan terus diperbaru Zohri. 

Rekor Mardi di nomor 100 meter merupakan perbaikan atas rekor sebelumnya yang ditorehkan Purnomo Muhammad Yudhi, pelari pertama Indonesia yang berlaga di olimpiade, tepatnya Olimpiade Los Angeles 1984. Purnomo membukukan rekor nasional 10,40 detik pada 1985. 

Purnomo (433) meraih medali perak nomor 100 m dan memecahkan rekor Asia 0,01 detik lebih cepat. Medali emas disabet sprinter Cina Zheng Chen (684) yang juga memecahkan rekor Asia dengan waktu 10,28 detik lebih cepat 0,06 detik. Medali perunggu diraih Korea Jang Jae Kun (559).
KOMPAS/KARTONO RIYADI
Purnomo (433) meraih medali perak nomor 100 m dan memecahkan rekor Asia 0,01 detik lebih cepat. Medali emas disabet sprinter Cina Zheng Chen (684) yang juga memecahkan rekor Asia dengan waktu 10,28 detik lebih cepat 0,06 detik. Medali perunggu diraih Korea Jang Jae Kun (559).

Rekam jejak Purnomo juga mengilap pada masanya. Dia merupakan satu-satunya pelari Asia yang menembus semifinal Olimpiade Los Angeles 1984. Lawan yang dihadapinya antara lain adalah Carl Lewis. Waktu itu, catatan waktu Purnomo adalah 10,41 detik, catatan waktu yang sempat pula menjadi rekor baru nasional.

Baca juga: Mengenang Purnomo, Bintang Indonesia di Olimpiade Los Angeles 1984

Legenda atletik Indonesia kelahiran 12 Juli 1962 ini baru saja berpulang ke haribaan Ilahi pada 15 Februari 2019. Dunia atletik Indonesia mengenangnya sebagai peletak fondasi prestasi dan kerja keras di lintasan lari.

Sebelum Purnomo, Indonesia sebenarnya juga punya legenda atletik yang tak kalah gigih membawa nama bangsa di kancah internasional, yaitu Moh Sarengat. Namun, Sarengat tak pernah mencicipi lintasan olimpiade.

Meski begitu, Sarengat pernah membukukan catatan waktu 10,5 detik di ajang Asian Games 1962, rekor nasional yang dipatahkan Purnomo di Olimpiade 1984. Sayangnya, catatan waktu Sarengat ini tak diakui IAAF.

Selamat berlari, Zohri!! Ini bak kado peringatan Hari Kebangkitan Nasional untuk tahun ini, yang dirayakan setiap 20 Mei. Melajulah....