JEO - Peristiwa

Kisah "the Power of Uang Kucel Rp 2.000" yang Mampu Entaskan Stunting

Kamis, 25 Januari 2024 | 11:27 WIB

SIAPA nyana uang pecahan Rp 2.000 bisa membantu puluhan anak stunting alias tengkes. Hal itu terbukti di Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. 

Berawal dari keinginan untuk mengentaskan stunting di wilayahnya, elemen ASN bersama warga di daerah itu berhasil mendorong tumbuh kembang 41 anak stunting hingga 80 persen. 

Semua itu melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) yang diberi nama "Power of Rp 2.000-stunting" atau disingkat sebagai PODs. 

Berlangsung selama 60 hari, program PODs menunjukkan bahwa upaya menuntaskan stunting tak perlu berbiaya mahal. Sebab, hanya perlu bermodalkan niat dan semangat gotong royong.

Semangat PKK, antusiasme warga

Matahari belum muncul benar, meski pendaran cahayanya sudah menerangi langit ujung. Seorang anggota Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Debby Yusnia sudah sibuk berbelanja ke Pasar Nangka. 

Sebab, dia bertugas untuk membeli segala kebutuhan bahan masakan untuk program PODs.

Menu hari itu, Rabu (22/11/23) adalah sop yang terbuat dari kaldu, daging, telur puyuh, dan sayur-mayur, yaitu wortel dan kentang dengan tambahan daun bawang sebagai pelengkap.

Setelah memastikan seluruh bahan telah siap, ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) memulai proses pengolahan bahan dan memasak pada pukul 07.00 WIB. 

Menu makanan anak stunting di Kelurahan Bungur, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)
Xena Olivia
Menu makanan anak stunting di Kelurahan Bungur, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

Kompas.com berkesempatan melihat langsung proses pembuatan makanan PODs di dapur kantor Kelurahan Bungur.

Di sana, para anggota PKK memiliki peran masing-masing dalam mempersiapkan paket makanan PODs. Mulai dari memotong bahan, memasak, hingga membungkus makanan itu hingga siap antar.

Setelah dibungkus, sop dikemas bersama susu UHT mini rasa coklat di dalam kontainer plastik bening dan siap didistribusikan.

Untuk satu paket menu ini, nilai kandungan gizinya cukup tinggi, yakni 250-300 kalori, 10-15 gram protein, 6-10 gram lemak, dan 15-20 gram karbohidrat.

Selain itu, ibu PKK juga menyiapkan makanan tambahan untuk anak stunting yang berusia di bawah satu tahun. Namun, menunya berbeda, yakni bubur yang dibuat dengan bahan campuran sayuran dan daging sapi.

“Kami buat ada yang halus untuk usia di bawah delapan bulan, ada yang agak kasar untuk usia di atas sembilan bulan,” kata seorang anggota PKK.

"Anak saya yang empat tahun dari 9 kilogram jadi 11,5 kilogram dalam waktu sebulan lebih."

-Mariana-

Ketika jarum jam mendekati angka 09.45 WIB, puluhan kontainer bertempel stiker bertuliskan “Power of 2000 (PODs) Kelurahan Bungur” itu dibawa masuk ke dalam bagasi belakang mobil.

Tepat pukul 10.00 WIB, tim PKK RW memulai proses pembagian PODs dari RW 03.

Ternyata, para ibu sudah menunggu di Pos RW. Ada yang seorang diri, ada yang menggendong buah hatinya menggunakan bedong, ada juga yang mengajak anaknya dalam gandengan.

Senyum mereka merekah ketika mobil kelurahan melaju mendekat. Setelah mendapat bagiannya masing-masing, pihak kelurahan meminta mereka untuk menandatangani lembar absen sebagai tanda terima.

Atas bantuan makanan itu, para ibu mengaku senang dan bersyukur.

“Anak saya yang empat tahun dari 9 kilogram jadi 11,5 kilogram dalam waktu sebulan lebih,” kata Mariana (40) kepada Kompas.com di Pos RW 01 Kelurahan Bungur.

Hal serupa disampaikan orangtua lain bernama Kawen (38). Dia senang karena anaknya suka dan lahap makan hidangan PODs.

“Saya dapat arahan dan makanan tambahan anak-anak. Lalu, katanya anak-anak harus konsumsi telur, putih telur terutama. Kami juga jadi bisa belajar, ‘oh, menunya seperti ini’,” ujar Kawen.

Distribusi Pod

 

 Tumbuhkan kebersamaan warga 

Lurah Bungur A Z Rachman mengapresiasi antusiasme orangtua anak stunting di sejumlah RW yang senantiasa berkumpul saat menunggu makanan tiba.

Bahkan, terkadang anak-anak makan bersama-sama setelah mendapatkan jatahnya.

“Di RW 05 malah dikumpulkan. Jadi (makan) bareng-bareng,” kata Rachman saat diwawancarai di kantornya, Rabu (22/11/2023).

Menurut Rachman, warga selalu mengupayakan untuk hadir saat pembagian. Bahkan, orangtua rela menjemput anaknya di sekolah saat waktu pembagian makanan.

“Saat distribusi itu anaknya terkadang masih sekolah. Ada yang masih di PAUD. Terkadang juga enggak ada anaknya, misal lagi main. Tapi, orangtuanya bersusah payah untuk mengambil anaknya saat makanannya sampai,” ujar dia.

“Saking antusiasnya jadi begitu,” lanjut dia.

Selain itu, tim PKK RW Kelurahan Bungur meminta orangtua mendokumentasikan anak mereka saat makan sebagai upaya memastikan program PODs tepat sasaran,

“Jangan nanti bapaknya pulang kerja, lihat ada makanan di meja malah dimakan sama bapaknya,” celetuk Rachman sambil tertawa. 

Orangtua dan anak stunting menerima bantuan pemberian makanan tambahan (PMT) PODs (Power of 2.000-stunting) di Pos RW 01 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)
Xena Olivia
Orangtua dan anak stunting menerima bantuan pemberian makanan tambahan (PMT) PODs (Power of 2.000-stunting) di Pos RW 01 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

Ide yang didukung dan diperjuangkan

Menurut Rachman, persoalan stunting seharusnya menjadi tanggung jawab masyarakat luas secara bersama-sama. Sebab, kesehatan orang merupakan bagian dari tanggungjawab komunal.

“Masalah stunting bukan hanya tanggung jawab kami, kelurahan dan puskesmas. Tapi (juga) seluruh masyarakat yang ada di wilayahnya,” ujar dia.

Pemikiran itu mendasari idenya bersama Kasie Pemerintahan Bayu Bawana dalam mencetus program PODs.

“Kami berpikirnya sederhana. Kalau kumpulkan uang Rp 2.000 setiap hari dengan melibatkan elemen yang ada di kelurahan, saya pikir ini bisa (diterapkan),” kata Rachman.

“Karena uang Rp 2.000 gampang (dicari). Mungkin ada di kantongnya (misal) kucel dari kembalian,” sambung dia.

Rachman menjelaskan, apabila setiap hari jajarannya mengumpulkan Rp 2.000 dan diakumulasikan, dalam sehari mereka bisa memperoleh sekitar Rp 300.000.

“Kami berpikirnya sederhana. Kalau kumpulkan uang Rp 2.000 setiap hari dengan melibatkan elemen yang ada di kelurahan, saya pikir ini bisa (diterapkan),”

-A.Z. Rachman-

Sejumlah percakapan non-formal melalui secangkir kopi itu menjadi diskusi yang lebih serius. Setelah mendapatkan kesepakatan dari seluruh elemen di kelurahan Bungur, barulah Rachman menggelar pertemuan formal.

“Dalam pertemuan itu, semua lembaga dan elemen yang ada sepakat bahwa Kelurahan Bungur mengadakan PODs. Dengan kekuatan uang Rp 2.000 bisa memperbaiki gizi anak untuk satu orang,” jelas dia.

Setelah berbagai diskusi panjang, para elemen sepakat untuk menjalankan program PODs selama 60 hari. Para peserta patungannya mulai dari Karang Taruna, RT/RW, PKK, Aparatur Sipil Negara (ASN), dan tiga pilar.

Untuk memastikan segala pemasukan digunakan sebagaimana mestinya, Rachman memastikan pihaknya selalu membuat laporan keuangan yang disampaikan secara transparan.

“Tujuannya agar (para peserta patungan) yakin bahwa penggunaan dana tersebut transparan dan dipastikan hasil olahannya tepat sasaran. Artinya, dari, oleh, dan untuk kepentingan kami bersama dalam mengatasi permasalahan stunting,” tegas dia.

Setiap hari sejak 29 November 2023, pemasukan akan dihitung dan dilaporkan ke grup WhatsApp kelembagaan di Kelurahan Bungur.

Begitu pun dengan rincian pengeluaran. Dalam laporan itu, ada penjabaran rinci terkait barang-barang yang dibeli untuk keperluan paket makanan anak stunting di Bungur.

“Ya (dibagikan laporannya) di grup WhatsApp kelembagaan yang ada di Kelurahan Bungur, RT/RW, FKDM, PKK, semuanya di-share,” ucap dia. 

Kasie Kesehatan Masyarakat (Kesra) Kelurahan Bungur Asep Supriatna menyuapi anak stunting di wilayah Pos RW 05 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)
Xena Olivia
Kasie Kesehatan Masyarakat (Kesra) Kelurahan Bungur Asep Supriatna menyuapi anak stunting di wilayah Pos RW 05 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

 Mendapat dukungan puskesmas 

Untuk menunjang program PODs, elemen kelurahan meminta bantuan dari puskesmas setempat. Selain memberikan edukasi kepada orangtua, ahli gizi Puskesmas Kelurahan Bungur juga mengambil peran menentukan menu dengan perhitungan gizi yang spesifik

“Kami hitung sesuai kebutuhan anak-anak dari bayi usia enam bulan sampai balita lima tahun. Proteinnya berapa, karbohidratnya berapa, lemaknya–sudah kami hitung. Secara makro dan mikro mineralnya, terutama makro mineralnya. Jadi sesuai kebutuhan anak yang stunting itu,” kata ahli gizi Puskesmas Kelurahan Bungur Ririn Syafrini.

Menunya juga beragam. Ada 15 menu pilihan yang disiapkan bergantian bagi anak-anak stunting di Kelurahan bungur.

Menu PMT

“Dimasaknya jadi berbagai hidangan. Enggak cuma semur atau sop, tapi juga (misal) dibikin omelette,” jelas dia.

Selain makanan tersebut, Puskesmas Kelurahan Bungur juga memberikan kudapan pada akhir pekan. Pilihan menunya adalah bakpao ayam/kacang hijau, semangka dan susu UHT, dimsum, buah-buahan, puding, dan kue pukis. 

Menurut Ririn, bujet makanan tersebut tidak besar. Dana yang dibutuhkan untuk setiap anak per dua kali makan cuma Rp 5.000-10.000 

“Bujetnya Rp 5.000-10.000 per dua kali makan untuk satu anak. Karena kami belinya kan banyak, ya. Jadi misal telur 10 kilogram (sekaligus) sehingga harganya lebih murah,” papar Ririn.

Seorang anak stunting melahap hidangan pemberian makanan tambahan (PMT) PODs di Pos RW 01 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)
Xena Olivia
Seorang anak stunting melahap hidangan pemberian makanan tambahan (PMT) PODs di Pos RW 01 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

Jadi inspirasi orangtua 

Ririn mengaku senang karena bisa memberikan edukasi varian menu kepada orangtua yang memiliki anak stunting. Sebab, ada orangtua yang belum paham jenis makanan bergizi yang bisa diberikan kepada anaknya.

Varian menu ini membuat orangtua belajar untuk menduplikasi makanan yang diberikan.

“Mereka (orangtua) curhat, senang banget dapat menu PODs (Power of Rp 2.000-stunting) ini karena dia bisa mencontoh. Orangtua bilang, ‘Oh ternyata anak saya suka lho sama sayur sup telur puyuh. Oh, ternyata omelet enggak cuma telur dadar, bisa dicampur bayam atau tahu',” tutur dia.

Selain melalui program PODs, Ririn juga getol memberikan edukasi kepada para ibu saat kunjungan rutin posyandu.

Seorang ibu bernama Tri (37) adalah salah satu orangtua yang terbantu dari edukasi itu.

“Misal anak enggak doyan makan nasi, bisa diolah jadi kayak pizza,” kata Tri saat ditemui di 

“Terbantu banget, sih, alhamdulillah,” lanjut dia.

Pencapaian 80 persen

Siapa nyana uang pecahan Rp 2.000 bisa membantu puluhan anak stunting.

Setelah program PODs berjalan selama 60 hari, sebanyak lima anak dinyatakan lulus stunting oleh Puskesmas Kelurahan Bungur.

Dari keseluruhan 41 anak stunting, sisa anak yang lain mengalami perkembangan hingga 80 persen pada bulan pertama dan 54 persen pada bulan kedua.

“Sementara dari Puskesmas (dinyatakan) lima anak lulus stunting,” kata Kasie Pemerintahan Kelurahan Bungur Bayu Bawana saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/12/2023). 

Pengukuran tinggi bayi di posyandu Pos RW 02, Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (28/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)
Xena Olivia
Pengukuran tinggi bayi di posyandu Pos RW 02, Bungur, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (28/11/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

Bayu menjelaskan, Dinas Kesehatan mengatur bahwa seorang anak dikatakan lulus stunting dengan intervensi (pemberian makanan tambahan/PMT) minimal enam bulan banyak sehari tiga kali.

Sementara itu, program PODs bisa membuat perubahan hanya dengan PMT sebanyak sekali dalam sehari.

“Lumayan lah ya, sehari sekali dari Rp 2.000 kucel,” pungkas dia. 

Kabar baik dari Kelurahan Bungur ini menjadi kontras apabila dibandingkan dengan peristiwa yang terjadi di salah satu posyandu di Kecamatan Tapos, Kota Depok, beberapa waktu lalu. 

Program pemberian makanan tambahan di sana dianggarkan Rp 4,4 miliar. Tetapi, harga satu menu, yakni Rp 18.000 dan hanya terdiri dari nasi, kuah sup dan tahu kukus. 

Peristiwa itu semakin menuai polemik karena ternyata dana justru tersedot untuk pembelian wadah di mana tertempel stiker wajah Wali Kota M. Idris. 

Kolaborasi ASN Kelurahan Bungur beserta warga memberikan pelajaran bahwa memerangi stunting tidak mesti mengandalkan pemerintah saja, melainkan pekerjaan bersama.