JEO - Insight



Lika-liku
Detektif Wanita
dan Bisnis Investigasi

Sabtu, 31 Oktober 2020 | 18:42 WIB

Posisi detektif swasta di Indonesia belumlah populer, meski belakangan mulai bisa ditemukan tawaran jasa di mesin pencari. Kehadiran perempuan di ranah penyelidikan privat pun tentu tak banyak terendus pula, padahal ada.

Ini kisah detektif yang mencuat ke publik, bisnis penyelidikan privat, dan lika-liku para perempuan yang melakoni usaha investigasi swasta. 

BUKAN perkara mudah menemukan jejak pertama kemunculan detektif swasta di Indonesia. Sulit dipastikan pula siapa “pemain” pertama dalam pasar yang belum banyak diincar orang ini.

Bisnis investigasi swasta memang belum jelas rekam jejaknya di Indonesia, termasuk kedudukan legalnya.

Singkatnya, bisnis detektif swasta di Indonesia belum diakui oleh negara. Karena itu, keberadaannya ada di wilayah abu-abu.

Penyebutan istilah detektif di Indonesia masih lekat dengan aparat penegak hukum, dalam hal ini terutama dari kepolisian.

Padahal, praktiknya, ada orang-orang yang menjalani usaha jasa penyelidikan swasta.

Bahkan, ada sejumlah perempuan yang memilih profesi detektif swasta sebagai jalan penghidupan.

Ini kisah mereka.


 MENU ARTIKEL: 


PERAN DETEKTIF
YANG MUNCUL KE PUBLIK

SEJAUH penelusuran arsip pemberitaan harian Kompas, keterlibatan detektif dalam kasus yang berkaitan dengan Indonesia tercatat pada 1967.

Ketika itu, seorang WNI yang tinggal di Hong Kong, Bob Liem, menghabisi nyawa istrinya, Lily Kartika Dewi (28), dan anaknya sendiri, Iwan Kartika (5), di apartemennya. 

Jasad kedua korban dicincang oleh Bob sebelum ditanam di dinding.

Harian Kompas mencatat, detektif Senior Inspector Chu Chun Man dan Inspector HA Razack turut menyelidiki kasus itu dan datang langsung menemui Panglima Angkatan Kepolisian (Pangak) Komjen Hoegeng.

Namun, baik Chu maupun Razack merupakan detektif di bawah naungan kepolisian Hong Kong, bukan detektif swasta.

Di dalam negeri, keterlibatan “detektif” juga dicatat harian Kompas ketika marak pembajakan dan penodongan terhadap penumpang dan sopir taksi PT Gamya pada 1975.

Mereka sejatinya bukan detektif dalam arti sebenarnya, melainkan personel yang diberi tugas mengerjakan tugas-tugas detektif. Namanya, Satgas C2.

Artikel Harian Kompas edisi 24 Maret 1975 tentang Satgas C2 - (DOK HARIAN KOMPAS)

Satgas tersebut terdiri dari 15 personel kepolisian. Mereka diambil dari Skomwil 73 Jakarta Barat. Lagi-lagi, mereka tetap bukan detektif swasta.

Para detektif di Satgas C2 memiliki keterampilan di bidang teknis kepolisian dan mengemudikan mobil. Mereka bertugas mengamankan perusahaan taksi tersebut.

“Anggota personel itu telah dilatih selama dua bulan menembak dan beladiri dengan tangan kosong, bekerja sebagai sopir biasa dengan berpakaian seragam pengemudi,” tulis harian Kompas.

"Mereka inilah yang menjadi detektif-detektif yang mengawasi tindak kejahatan," ujar Danwil 73 Jakarta Barat Letkol Pol RGB Sutrisno.

Detektif swasta

Jika bicara detektif partikelir, salah satu nama lawas yang muncul ke permukaan ialah “Panca Indera”. Biro penyelidik swasta ini didirikan oleh Wiryono Sudianto alias CJ Ryon, circa 1997.

Pria yang mendalami dunia teknologi informasi (TI) ini turut mempekerjakan beberapa agen untuk penyelidikan, termasuk mata-mata di lapangan.

Dikutip dari tabloid Nova, CJ Ryon mengklaim bahwa ia sudah pernah disewa oleh perusahaan domestik dan mancanegara.

Ia mengusut banyak perkara, mulai dari kompetensi pegawai hingga pencurian aset. Akan tetapi, klien paling banyak justru datang dari rumah tangga.

“Kebanyakan para istri yang mencurigai suaminya berselingkuh,” ujar Ryon dalam artikel berjudul Kisah Unik Detektif Swasta (1) yang dimuat di laman Nova edisi 13 Januari 2011.

Ilustrasi detektif tengah memantau target penyelidikan.
SHUTTERSTOCK/ANDREY POPOV
Ilustrasi detektif tengah memantau target penyelidikan.

Ada pula permintaan untuk menginvestigasi calon menantu. Ia diutus untuk menguak latar belakang keluarga, masa lalu mereka, sampai pekerjaan dan motivasi menikah.

Lain lagi, ada orangtua yang penasaran pada tingkah laku anaknya yang sekolah di luar kota.

"Meski prestasi belajarnya baik, guru di sekolah melaporkan si anak selalu mengantuk di kelas," tutur Ryon.

Dari hasil penyelidikan, lanjut Ryon, ternyata si anak bekerja sebagai stripper di klub malam.

Dalam kasus berbeda, Ryon bercerita pernah pula menerima permintaan orangtua menyelidiki anak-anak mereka yang terjerat narkoba atau mengalami kelainan seksual.

Berapa tarif yang dipasang Ryon untuk pekerjaan-pekerjaan ini?

"Semakin lama waktu kerja, biayanya semakin tinggi," ujar Ryon soal tarif.

Meski begitu, tarif yang dipatok tetap tak akan semahal biro investigasi di luar negeri.

"(Kalau detektif di luar negeri) bisa mematok harga sampai 50-100 dollar AS per jam,” kata Ryon kepada Nova.

Belakangan, begitu memasuki era milenium, biro jasa penyelidik mulai menjamur di Indonesia.

Sila ketik kata kunci “detektif swasta” atawa “private investigator Indonesia”, niscaya akan muncul beberapa nama yang telah memasang iklan di halaman mesin pencari.

Ada beberapa jasa intai yang berbasis di Jakarta, seperti Jakarta Detective International atau Eye Detective Indonesia.

Nama terakhir bahkan menaungi beberapa anak perusahaan guna menangani jenis kasus yang berbeda-beda. Salah satunya, yakni Jasa Detektif Perselingkuhan yang—persis namanya—memfokuskan penyelidikan terhadap intrik rumah tangga.

 

 MENU ARTIKEL: 

TENTANG
DETEKTIF WANITA

EYE Detective Indonesia mengklaim beroperasi di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sulawesi dan Papua.

Selain punya layanan jasa menyelidiki perselingkuhan, perusahaan ini juga punya sister company bernama Detektif Wanita.

Sesuai nama, semua bisnis investigasi di Detektif Wanita dikelola oleh agen yang semuanya perempuan.

Kami percaya bahwa wanita memiliki keuntungan yang jauh berbeda dalam penyelidikan, terutama dalam situasi tertentu yang membutuhkan sentuhan wanita kami yang lembut dan profesional,” tulis Eye Detective dalam profil perusahaan tentang Detektif Wanita.

Lika-liku Detektif Mengungkap Penyelidikan Pakai Agen Perempuan - (KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO)

Detektif Wanita dipimpin seorang perempuan yang tenar dengan nama Jessica Putri.

Dia membentuk dan memilih perempuan sebagai agen dalam tim mereka lantaran dinilai lebih berkompeten menangani klien yang mayoritas juga perempuan.

Untuk sejumlah kasus yang memang sering datang, mereka menyediakan jasa agen penggoda untuk menguji kesetiaan kekasih ataupun suami klien.

Ternyata, layanan jasa ini disebut laris manis. Ada banyak istri atau kekasih yang mulai curiga dan ingin menguji kesetiaan pasangan.

Nantinya, klien dipersilakan memilih agen penggoda untuk dipertemukan dengan target yang hendak diuji.

Setelah itu, Detektif Wanita akan merancang skenario untuk menyelidiki dan menguji kesetiaan pasangan klien.

Namun, skenario yang sudah dirancang tak selamanya mulus saat eksekusi di lapangan.

Ada saja momen menegangkan manakala seorang agen hampir tertangkap basah oleh target. 

Ada pula momen mengharukan saat agen perempuan diminta menjadi teman seorang anak berkebutuhan khusus untuk menghiasi hari-harinya menjelang ajal menjemput.

Meski bagaikan cerita fiksi, hal itu nyata terjadi. Setidaknya, itu yang dikisahkan Jessica dan Clara, dua perempuan yang juga agen di Detektif Wanita. 

 

 MENU ARTIKEL: 

KISAH DETEKTIF WANITA

MATA Jessica dan teman satu mobilnya sedang fokus memandang mobil lain di depannya.

Pelahan mobil yang ditumpangi Jessica mengikuti kendaraan target. Dia adalah seorang pemimpin perusahaan BUMN yang diduga berselingkuh.

Jessica selaku detektif partikelir menerima perintah untuk memata-matai sang pejabat. Kliennya, tak lain adalah istri target itu sendiri.

Mobil target menuju Wisma Mulia, Jakarta Pusat. Ketika target turun dari mobil, Jessica lebih memilih menunggu di lobi utama.

Tak sedetik pun mata Jessica berkedip ketika mengamati pejabat BUMN yang dia awasi turun dari mobil.

Ilustrasi detektif mengintai sasaran
SHUTTERSTOCK/NEW AFRICA
Ilustrasi detektif mengintai sasaran

Kamera digital digenggamnya erat-erat, berjaga untuk mengabadikan momen perselingkuhan target. Namun, Jessica mendadak terhenyak kala mendengar suara berat seorang pria dari samping kaca mobilnya. 

Jessica sadar bahwa pria ini adalah pengawal pribadi target. Kaget? Tentu saja.

Pasalnya, sebelum dimulai pengintaian, istri target tidak pernah bercerita soal pengawal pribadi yang menjaga “ring satu”.

Jessica ingat betul, sang istri hanya bilang, “Suami saya biasanya nyetir sendiri." Tidak ada informasi lain lagi.

Di sini kelihaian seorang detektif diuji. Jessica dengan santai berbicara kepada pria tersebut.

"Mbak, ngikutin siapa?” kata Jessica menirukan suara pria tersebut. Terimpit dengan pertanyaan pengawal pribadi, otak Jessica berjibaku mencari jawaban logis.

Akhirnya, dengan spontan Jessica menjawab, “Kami open BO, Pak.” Dia mengaku sebagai wanita pekerja seks panggilan.

Tak disangka Jessica pun lolos dari belenggu kecurigaan sang pengawal pribadi target. Misi pun berlanjut dan Jessica berhasil memastikan bahwa targetnya memang kedapatan selingkuh.

Harus berbakat menggoda

Cerita di atas adalah sepenggal kisah yang Jessica ceritakan kepada Kompas.com dalam podcast “Detektif Wanita (Part I): Cantik, Menggoda, Menguji Pria Beristri” di kanal YouTube Kompascom Reporter on Location.

Sepenggal kisah itu juga diceritakan Jessica kepada Clara, seorang agen Detektif Wanita, sekaligus anak buah Jessica saat ini. 

Kisah itu pula yang mengantarkan Clara bergabung sebagai agen Detektif Wanita pada 2018.

Bukan tanpa alasan Jessica menceritakan kisah-kisahnya kepada Clara. Jessica melihat Clara berbakat sebagai wanita penggoda.

Pada suatu malam, Jessica sedang berada di sebuah kafe di bilangan Jakarta. Sembari asyik menikmati hidangan pesanannya, Jessica diam-diam memasang mata pada Clara, yang berada di meja seberang.

Clara adalah mantan sekretaris perusahaan swasta berpenampilan menarik, pintar bergaul, dan cerdik mendekati pria. Pada kesimpulannya, Jessica menyebut Clara berbakat jadi agen penggoda.

Dia lantas buru-buru menghabiskan minumannya dan lekas menghampiri Clara. Tawaran rekrutmen dilontarkan.

“Saya tertarik. Menurut saya, saya memang ada passion juga ya, pengin tahu, suka menyelidiki. Jadi tersalurkan di pekerjaan ini,” kata Clara.

Clara pun masih ingat kala menjalani pelatihan bersama detektif senior di Detektif Wanita. Saat itu, Clara ditugaskan untuk berbaur di dalam kafe yang mayoritas pengunjungnya laki-laki.

Tugas dia hanya berbaur. Mencoba kenalan sana–sini, coba akrab dengan pria kanan-kiri, dan minta nomor telepon.

Clara mengaku itu bukan hal sulit, mengingat parasnya yang jelita membuat pria begitu terbuka kala diajak bicara. Malam berlalu, Clara berhasil melewati pelatihan dengan baik.

Misi sesungguhnya pun menanti. Waktu demi waktu dilalui Clara sebagai agen Detektif Wanita. Dia termasuk cepat beradaptasi dengan pekerjaan wanita penggoda.

“Kendala sih enggak ada. So far enjoy karena kan aku penggoda ya, jadi kerjanya kayak aku datang ke mall, aku lihat-lihat, terus dia (target) kira-kira tergoda enggak nih? Gitu loh,” kata dia.

Biasanya, Clara sudah disiapkan skenario oleh Jessica untuk beraksi pada hari pertama. Tugas Clara hanya menjalankan skenario itu dan menjadi seorang penggoda yang baik.

Tak selalu mulus, ada juga yang berkesan

Sekali lagi, Clara mengaku menikmati pekerjaan karena dia bisa membantu sejumlah klien mengungkap perselingkuhan pasangannya.

Namun, dia sadar bahwa pekerjaannya tak selalu berjalan mulus. Pada 2019, misalnya, dia dihadapkan pada klien yang memiliki permasalahan berbeda dibanding klien-klien lain.

Kala itu, kliennya adalah  wanita paruh baya yang memiliki seorang anak laki-laki berkebutuhan khusus.

Tugas Clara kali ini bukan menggoda suami sang wanita itu, melainkan menggoda sang anak.

"Ini lebih menyentuh hati. Ada satu klien, yaitu orangtua yang targetnya anaknya sendiri yang berkebutuhan khusus. Umurnya 28 tahun," kata Clara.

Penugasan ini menurut Clara hanya ada sedikit unsur menggoda. 

"Jadi sebagai orangtua, (mereka) ingin anaknya punya teman atau punya pacar," lanjutnya.

Clara bertugas menemani anak kliennya dengan status seolah-olah sedang menjalin kasih.

Dia menemani jalan sang anak dan berbincang layaknya sepasang kekasih. Hubungan itu terjalin selama satu bulan.

"Karena anak ini berkebutuhan khusus, kami lebih banyak (menghabiskan waktu) di rumah gitu, cerita-cerita," ucap Clara.

Meski sedang menjalani pekerjaan, Clara mengaku tugas yang satu ini cukup membekas di ingatan dan hatinya.

"Kalau dia cerita, ‘Aku enggak ditemenin sama teman, enggak ada yang mau sama aku’, saya kan yang dengar sedih juga, mencoba memahami juga," kata dia.

Pekerjaan tersebut berjalan hanya satu bulan karena anak sang klien itu meninggal.

“Dia meninggal karena dia (mempunyai) penyakit berkebutuhan khusus dan saya tidak tahu detailnya seperti apa," kata Clara.

Bukan tanpa sebab sang klien menyewa jasa Clara untuk menemani anaknya. Tujuannya, membahagiakan sang anak di sisa terakhir umurnya.

Sang orangtua ingin anaknya memiliki memori indah yang bisa dikenang selama dia hidup.

Tentu saja, tujuan sang klien itulah yang membuat Clara menerima tawaran menjadi "pacar" anaknya.

"Klien saya bilang, ‘Di hari-hari terakhir anak saya, tolong dong dibuat happy. Jadi close friend dia, buat dia bahagia. Terima dia apa adanya karena selama ini dia enggak punya teman karena sudah berkebutuhan khusus. Enggak punya pacar’," kata Clara menirukan ucapan kliennya.

Dari situ Clara dapat melihat seorang ibu yang ingin melihat anaknya bahagia di masa-masa terakhirnya.

"Itu sih yang paling mengesankan menurut saya," ucap Clara. 

 

 MENU ARTIKEL: 

 

KALA JASA DETEKTIF PARTIKELIR JADI PILIHAN

PRIVATE investigator atau detektif partikelir rupanya bukan ada dalam sebuah film fiksi saja, melainkan juga ada di kehidupan nyata.

Hanya saja, karena para agennya lihai melakukan penyamaran, acap kali masyarakat tidak menyadari keberadaan detektif.

Hal inilah yang membuat jasa detektif swasta masih terdengar asing atau aneh di telinga pada sebagian orang.

Namun, nyatanya, ada saja masyarakat yang menggunakan jasa profesi itu meski belum ada legalitas.

Ilustrasi kerja detektif swasta
SHUTTERSTOCK/LIGHTFIELD STUDIOS
Ilustrasi kerja detektif swasta

Kriminolog Adrianus Eliasta Meliala menjelaskan, dalam beberapa urusan, keberadaan detektif swasta dapat membantu kerja polisi.

"SDM yang terbatas, anggaran yang kurang, dan sebagainya. Jika kepolisian memberi perhatian terlalu besar pada kasus tertentu, nanti disangka menganakemaskan. Jasa detektif swasta guna membantu kepolisian," ujar Adrianus.

Namun, untuk kasus yang lebih serius, detektif partikelir tidak dapat bekerja sejauh yang dilakukan petugas kepolisian. Ini karena kewenangannya yang tidak dapat menangkap target.

Maka dari itu, detektif swasta berperan sebatas menyediakan jasa mengintai target yang ditentukan oleh klien, mulai dari masalah perselingkuhan hingga soal persaingan bisnis.

Biasanya, jasa seperti ini menjadi pilihan bagi mereka yang tidak ingin masalahnya diketahui banyak orang.

"Detektif swasta kan bekerja untuk privat. Ini jauh lebih baik daripada polisi yang adalah pejabat publik bekerja untuk kepentingan privat. Sebagai pemberi layanan publik, polisi bekerja sesuai standar layanan publik," kata Adrianus.

Biasanya pengguna jasa detektif swasta merupakan orang-orang yang bergelimang harta.
Mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk jasa detektif dengan berbagai ketentuan dan persyaratannya.

"Jadi, individu berduit dapat memanfaatkan jasa mereka. Jasa detektif swasta itu banyak main di dua hal. Pertama, soal perselingkuhan; kedua, bisnis. Itu laris banget," papar Adrinaus.

Keterlibatan mantan polisi dan TNI

Adrianus mengatakan, jasa detektif swasta diduga tidak terlepas dari keterlibatan pensiunan polisi dan TNI.

Meski tidak semuanya, ada petugas yang memiliki kemampuan dalam menyelidiki satu kasus terjun dalam bisnis itu.

"Pasti ada. Mereka kan tahu surveillance, bagaimana mengumpulkan data dengan mengendap tanpa terlihat, tanpa ketahuan orang yang dicari datanya," kata Adrianus.

Adanya keterlibatan mantan polisi dan TNI itu karena jasa detektif swasta tersebut itu dinilai menjadi peluang besar bagi mereka dibanding masyarakat sipil.

Bekal mereka selama aktif menjadi petugas keamanan untuk mengayomi masyarakat dan negara menjadi modal utama untuk terjun dalam kegiatan tersebut.

"Karena mereka seperti biasa, lika-likunya banyak. Ketika mereka pensiun, tinggal ditransformasikan saja di dalam sipil maka kemudian mereka bisa jualan itu, pengalaman masa lalu," urai Adrianus.

Bagi pensiunan polisi dan TNI, mengelola usaha di bidang jasa detektif sama halnya dengan petugas keamanan untuk menjaga suatu tempat sesuai permintaan klien.

Namun, Adrianus berpendapat, mereka harus memiliki masa pensiun lebih dari lima tahun sebelum terjun ke bisnis detektif swasta.

Adrianus mengatakan, lamanya waktu tidak menjabat itu dinilai perlu agar tidak lagi memiliki hubungan erat dengan profesi sebelumnya.

"Karena kalau (dia) pensiun kemudian besok bergerak pada bidang seperti itu, tentu dia akan memakai jaringan teman-teman, anak buah. Ketika dia telepon pasti kan (dijawab) 'siap' saja. itu kan enggak etis," kata dia.

Ini akan berbeda dengan pensiunan yang memiliki rentan waktu yang cukup lama melepas jabatan sebelum menjalani profesi baru sebagai detektif partikelir. Keterlibatan orang ketiga dari profesi lamanya akan relatif kecil.

"Jadi diasumsikan yang main di pasar bebas ini orang yang pensiun sudah lama," kata Adrianus.

Selain itu, pergerakan detektif swasta ini juga harus dibekali pengetahuan dan alat pelindung diri. Namun, Adrianus mengingatkan, alat pelindung diri itu di luar senjata tajam dan senjata api, meski gunanya juga untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

"Untuk terbatas juga diberikan alat pelindung diri seperti alat pendeteksi. Jangan senjata. Kalau senjata, nanti salah lagi," ujar Adrianus.

Riskan dilaporkan

Meski bersifat “membantu” polisi, cara kerja detektif swasta ini hanya bersifat sebagai pekerjaan awal. 

"Jadi detektif swasta ini bisa menjadi peran membantu polisi, ketika polisi tidak perform dengan adanya lain hal," ucapnya.

Untuk penanganan lebih jauh, klien tetap harus melaporkan permasalahan kepada pihak berwenang, dalam hal ini petugas kepolisian.

Hanya saja, legalitas jasa detektif swasta saat ini masih menuai tanda tanya. Ini yang menjadi risiko pekerjaan.

Bahkan, ketika seseorang yang tahu dirinya diintai oleh detektif bisa melapor ke petugas kepolisian.

"Saat suami atau istri tahu ketika ada yang menguntit dan saya tidak senang, itu enggak lepas dari pidana itu," ujar Adrianus.

Oleh karena itu, setidaknya petugas kepolisian dan detektif swasta yang sudah cukup lama beredar di Indonesia dapat duduk bersama.

Menurut Adrianus, jasa detektif swasta merupakan solusi yang baik untuk manjadi bantuan awal.

"Jika sudah ada legalitas, apalagi jika ada asosiasi, detektif swasta merupakan solusi yang baik," ujar dia. 


 MENU ARTIKEL: