JEO - Peristiwa

Melayani Tamu Allah, Potret Pengabdian Petugas Haji

Kamis, 6 Juni 2024 | 22:51 WIB

Pengantar Redaksi

Haji tidak hanya berisi rangkaian agenda dan prosesi ibadah, tetapi juga perjalanan spiritual bagi muslim yang melakoninya. Meski begitu, ada juga sejumlah calon haji (calhaj) yang tetap menjalankan tugas selama mengikuti rangkaian ibadah yang berlangsung lebih dari 40 hari, yang puncaknya berlangsung pada 9 Dzulhijjah.  

Wartawan Kompas.com Reni Susanti merupakan salah satu calhaj yang harus bekerja sebagai peliput haji, selagi menunaikan ibadahnya di Tanah Suci. Tidak hanya memberikan laporan dan reportasenya, para peliput ini juga bertugas menjadi petugas haji di bawah koordinasi Kementerian Agama.

Sebagai petugas, para peliput haji ikut berperan dalam membantu kelancaran ibadah jemaah. Sejak kedatangan para calhaj, puncak ibadah haji di Arafah, hingga proses kepulangan, para peliput ini bekerja keras untuk memastikan tidak adanya hambatan dan kesulitan jemaah asal Indonesia. 

Sejumlah pengalaman menarik pun didapatkan saat berada di Arab Saudi, terutama ketika berinteraksi dengan para jemaah dan petugas haji lain.

Reni Susanti menorehkan pengalamannya selama berada di Tanah Suci selama ibadah haji 1444 Hijriah atau 2023 dalam tulisan ini, terutama saat memotret para petugas haji melayani tamu Allah.

***

Bekerja dan beribadah

 Ilustrasi orang beribadah haji di Mekkah.

DOK. Stockphoto/Aviator70
Ilustrasi orang beribadah haji di Mekkah.

 

LANTUNAN ayat suci Al Quran terdengar sayup di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mina, Mekkah, Arab Saudi, akhir Juni 2023. Sesekali, lantunan tersebut terhenti berganti isak tangis.

Suara itu berasal dari salah seorang perempuan paruh baya. Ia mengaji tepat di samping jenazah suaminya.

Salah satu tangannya memegang kain kafan sang suami. Satu tangan lainnya memegang Al Quran kecil yang selalu dibawanya.

Berjarak 1 meter dari tempat ibu tersebut, terlihat sejumlah jenazah lain. Di hadapan para jenazah terdapat belasan pasien yang didominasi lansia tengah dirawat.

Mereka rata-rata mengalami kelelahan setelah ibadah melempar jumrah di tengah suhu Mina yang saat itu mencapai 48 derajat Celsius.

Selain faktor cuaca, operasional haji 2023 tidaklah mudah. Bahkan, jumlah jemaah yang meninggal tahun tersebut menjadi yang terbesar sejak 2015.

Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DJPHU) Kementerian Agama, terdapat 773 orang jemaah haji asal Indonesia yang meninggal di Arab Saudi pada 2023.

"Jemaah wafat terdiri dari 752 jemaah haji reguler, 18 haji khusus, dan tiga jemaah haji furoda,” ungkap Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, saat itu.

Tantangan berat operasional haji 2023 sudah diprediksi sejak awal. Sebab, dari 229.000 jemaah haji Indonesia, 67.000 di antaranya berusia lanjut atau lansia.

Para lansia ini beribadah tanpa pendamping, berbeda dengan kebijakan tahun-tahun sebelumnya. Karena itulah, peran pendamping bertumpu pada petugas haji yang jumlahnya hanya 4.000-an orang dan sesama calon haji (calhaj).

Tulisan ini mengangkat sejumlah kisah petugas haji Indonesia pada 2023. Pengalaman para petugas haji dalam menjalankan ibadahnya sebagai jemaah, sekaligus petugas yang melayani sekaligus beribadah ditorehkan dalam catatan ini. Sebuah peran yang tidak mudah, namun selalu terkenang indah.

Minim tidur

Petugas haji daerah 2023 dari Jawa Barat, Syarif Abdussalam.
Dok SYARIF ABDUSSALAM
Petugas haji daerah 2023 dari Jawa Barat, Syarif Abdussalam.

Muhamad Syarif Abdussalam masih mengingat bagaimana kesibukan dirinya sebagai petugas haji daerah asal Jawa Barat begitu menginjakkan kaki di Madinah.

"Selama sepekan saya tidur satu-dua jam,” ujar Syarif memulai perbincangan dengan Kompas.com, pada awal Desember 2023.

Syarif merupakan petugas kloter JKS 38 yang mendampingi 395 calhaj dari Sukabumi, Bandung, dan Bekasi.

Saat tiba di Madinah, pekerjaan yang dihadapinya sangat banyak. Dia mengurus logistik, makanan, dan kesehatan.

Bila dirinci, Syarif harus mengurus koper, konsumsi, membantu perawat menangani calhaj yang sakit, hingga menangani yang tersesat, dan demensia.

"Hotel kami di ujung, selalu saja ada empat-lima jemaah nyasar. Apalagi bila bertugas menangani pasien demensia, menguras tenaga, pikiran, dan waktu," kata Syarif.

Padatnya tugas tersebut membuatnya hanya bisa tidur satu atau dua jam di pekan-pekan awal. Meski demikian, ia merasa bahagia. Alasannya sederhana, ia menjalani itu sebagai ladang ibadah.

Kepercayaan itu pula yang membuatnya tidak memaksakan diri menjalankan ibadah sunnah. Sebab, ia merasa tugas utamanya adalah melayani jemaah haji.

***

Pengabdian untuk para lansia

 

Petugas haji tahun 2023, Yuminah, saat memberikan penjelasan kepada jemaah lansia.
Dok YUMINAH
Petugas haji tahun 2023, Yuminah, saat memberikan penjelasan kepada jemaah lansia.

 

PADATNYA pekerjaan dirasakan Yuminah, Koordinator Layanan Lansia Sektor 2 Daerah Kerja Madinah. Bahkan, ia sempat ingin pulang ke Indonesia saking lelahnya.

Yuminah bercerita, ia menangani lansia di 16 hotel pada gelombang pertama di Madinah. Sedangkan jumlah anggota timnya hanya enam orang.

Setiap kedatangan kloter jemaah, ia dan timnya harus membantu menggendong, memapah, dan menaikkan calon haji yang lansia, bersama para petugas lain. Adapun jarak kedatangan jemaah antar-kloter sangat pendek.

Belum lagi, ia harus menangani pasien demensia, buang air besar, hingga lansia yang meninggal. Kondisi ini membuatnya hanya tidur satu jam setiap hari.

"Perut saya sampai sakit. Saya pendarahan 25 hari. Namun (sebagai pemimpin) saya harus memberikan contoh, sehingga saya sembunyikan, agar mereka (anggota tim) terus semangat,” kata Yuminah.

Namun, tetap saja, sesekali rasa lelah menyergap, sehingga ia ingin pulang. Secara perlahan, ia memberlakukan sistem piket untuk mengatur energi.

"Dua minggu itu saya sempat ingin pulang. Lalu saya luruskan niat, bahwa di sini (Arab Saudi) ibadahnya adalah bertugas. Insya Allah saya kuat dan Alhamdulillah, Allah kuatkan saya," tuturnya.

Lansiaku, ibadahku...

Selama bertugas 76 hari, Yuminah menangis hampir setiap hari. Bagaimana tidak, ia melihat berbagai kondisi lansia yang membutuhkan pendampingan.

"Ada lansia yang stroke, demensia, sakit komplikasi, saya temukan di setiap kloter. Bagaimana mereka sulit berjalan, harus dipapah, dituntun pakai kursi roda," tutur Yuminah.

Ilustrasi jemaah haji lansia.
Dok MCH 2023
Ilustrasi jemaah haji lansia.

Ada juga lansia yang kebingungan karena ketinggalan bus atau teman-temannya. Ia bahkan pernah melihat calhaj yang pindah kamar.

Seharusnya, calhaj lansia dicampur dengan calhaj muda. Namun, saat ia kunjungan, posisinya berubah. Satu kamar menjadi lansia semua, sebanyak tiga orang.

"Kadang (merasa) di mana rasa solidaritasnya? Untuk menjadi haji mabrur memang tidak mudah, karena butuh keikhlasan, hablumminallah, hablumminannas," tuturnya.

Pernah suatu hari, ada seorang kakek kehilangan teman-temannya saat mau ke Mekkah. Badannya sudah agak gosong karena kepanasan, matanya mengeluarkan darah, kakinya melepuh, dan dia tidak mengerti arah.

"Saya semprot badannya, kasih salep di matanya, kakinya langsung diobati. Betapa setiap hari pemandangan seperti ini kami lihat dan tangani. Bagaimana lansia enggak mau makan hingga meninggal. Saya menangis hampir setiap hari, ingat ibu bapak sendiri," ucapnya.

Yuminah mengaku, psikologi dasar dan ilmu tasawuf yang dimilikinya sangat bermanfaat. Ia bisa memberikan beragam terapi kepada calhaj lansia.

Bus shalawat khusus jemaah lansia
MCH 2024
Bus shalawat khusus jemaah lansia

 

Namun sayangnya, karena jumlah petugas tidak sebanding dengan lansia, ia dan timnya tidak bisa selalu membantu. Untuk itu, ia berharap banyak petugas yang memiliki keilmuan tersebut pada 2024.

Ia mengaku mendapat banyak pengalaman berharga, termasuk saat ponselnya tertinggal bersama calhaj yang meninggal.

"Alhamdulillah pengurusan (pengambilan ponsel) dipermudah, bahkan saya bisa melihat seluruh proses pemakaman di Baqi, yang tidak boleh dikunjungi perempuan," ungkapnya.

***

 

Titik krusial di Mina

 

Petugas haji tahun 2023, Galih Lintartika saat membopong jemaah.
Dok MCH 2023
Petugas haji tahun 2023, Galih Lintartika saat membopong jemaah.

 

Selembar kertas penyelamat

MENGORBANKAN waktu istirahat juga dilakukan Galih Lintartika, terutama setelah puncak haji, saat berada di Mina, Arab Saudi.

Ia kerap keluar dari tenda petugas untuk membantu calon haji yang tersesat atau membutuhkan pertolongan. Galih siap sedia, kapan pun, baik pagi, siang, malam, dini hari, atau pagi lagi.

Modalnya adalah selembar kertas peta maktab jemaah haji Indonesia. Dengan kertas itu Galih membantu ratusan calhaj. Ada yang dia antar sampai maktab, ada pula yang ia tunjukkan arahnya.

Salah satu yang ia bantu adalah calhaj yang kebingungan mencari maktabnya. Sudah enam jam calhaj tersebut mencari sampai bertemu dengan Galih pukul 03.00 pagi.

Calhaj tersebut berasal dari Maktab 16, yang berada di ujung mendekati Mina Jadid. Butuh waktu tiga jam untuk mengantarkan calhaj tersebut karena kondisinya yang sudah lelah.

"Melihat gerbang Maktab 16, dia semringah. Senyuman itu melegakan bagi saya," tutur dia.

Hal yang membuatnya tidak habis pikir adalah kejadiaan saat dia membantu rombongan bus jemaah dari Muzdalifah.

Saat itu, ia mendapati anggota jemaah yang sangat kelelahan karena sopir bus tidak mau menyalakan AC di dekat Maktab 62. Alhasil, setibanya di Mina, banyak anggota jemaah yang mengalami sesak napas, terutama lansia.

"Sedihnya, banyak jemaah yang kuat langsung bergegas meninggalkan bus dan menuju maktab. Padahal banyak jemaah lansia yang membutuhkan pertolongan," ungkapnya.

Puluhan bus shalawat berjejer di terminal seputaran Masjidil Haram. Bus shalawat ini akan berhenti beroperasi menjelang puncak haji dan akan kembali beroperasi setelah puncak haji.
Dok MCH 2023
Puluhan bus shalawat berjejer di terminal seputaran Masjidil Haram. Bus shalawat ini akan berhenti beroperasi menjelang puncak haji dan akan kembali beroperasi setelah puncak haji.

Galih pun langsung mengevakuasi satu per satu dengan menuntun hingga menggendong dan membopongnya.

Di tengah proses evakuasi, ia mendengar cacian dan ungkapan kekesalan beberapa anggota jemaah kepada petugas. Namun tidak ada satu cacian yang ia perhatikan, yang terpenting jemaah bisa selamat sampai ke maktabnya.

Tindakan sopir bus yang tidak mau menyalakan AC pun langsung ia laporkan ke pimpinan, sebagai catatan agar pelayanan masyariq lebih baik. Masyariq adalah perusahaan Arab Saudi yang bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan ibadah haji di Mekkah dan Madinah.

"Saya belajar soal kemanusiaan selama operasional haji kemarin," tutur Galih.


Berbagi dengan jemaah

Mina memang menjadi titik krusial penyelenggaraan ibadah haji. Di sini, jemaah haji menghabiskan waktu tiga hingga empat hari untuk menjalankan lempar jumrah.

Dibutuhkan kekuatan fisik dan mental untuk menjalan ritual ibadah ini. Sebab, para jemaah haji harus berjalan kaki 7-15 kilometer setiap hari di panasnya suhu Arab Saudi yang mencapai 48 derajat Celsius.

Menyadari kondisi ini, petugas haji asal Semarang, Nur Istibsarah, kerap membawa perbekalan lebih banyak di dalam tas ataupun rompi petugasnya.

"Saya bawa enam botol minum di rompi saya. Dua topi, handuk, sandal jepit, obat-obatan, dan yang lainnya," kata dia.

 

Petugas haji 2023, Nur Istibsaroh saat menggendong jemaah lansia yang kelelahan di Mina, Arab Saudi.
Dok MCH 2023
Petugas haji 2023, Nur Istibsaroh saat menggendong jemaah lansia yang kelelahan di Mina, Arab Saudi.

Perbekalan tersebut dipersiapkan untuk dirinya dan jemaah yang membutuhkan. Setelah persiapan dirasa cukup, tepat siang hari, ia keluar tenda untuk membantu jemaah.

Satu per satu perbekalan yang dia bawa habis diberikan kepada jemaah. Hingga kemudian, ia melihat ada anggota jemaah yang tidak mengenakan alas kaki. Karena lokasinya jauh dari tenda misi haji, sulit bagi dirinya mencari kursi roda.

Nur langsung berjongkok dan menggendong nenek tersebut. Melihat postur tubuhnya, Nur rasanya tidak mungkin menggendong sang nenek.

Akan tetapi, ia bertekad dan memohon pertolongan Allah. Ia pun berhasil menggendong nenek tersebut ke tempat minum di jejeran tenda.

Rupanya lokasi tersebut sudah dekat dengan tujuan. Namun nenek ini ingin berjalan sendiri ke tendanya.

Karena Nur tidak memiliki sandal cadangan, ia akhirnya merakit kardus yang ada di lokasi menjadi alas kaki untuk nenek tersebut.

Saat berniat pulang ke tenda misi haji, para jemaah yang meminta bantuannya terus berdatangan. Ada yang minta diantar ke tendanya, minta kursi roda, makanan, dan lain-lain.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 23.00. Hari itu, jadwal makan dan shalatnya tidak tepat waktu. Bahkan, Nur shalat di pinggir jalan beralaskan sorban. Hal tersebut, sering ia lakukan di Arab Saudi karena sibuknya membantu para jemaah.

“Waktu itu terakhir mengantar jemaah lansia dan membawakan barangnya pukul 00.30. Kaki sudah terasa capek, perut lapar, akhirnya saya numpang tidur di Maktab 57. Baru keesokan harinya pulang ke tenda misi haji karena handphone mati perlu di-charge," tuturnya.

***

Senyum dan sabar

Fatimah dipeluk teman-temannya usai mendorong jemaah haji dari Mina ke Mekkah, 2023 lalu.
Dok MCH 2023
Fatimah dipeluk teman-temannya usai mendorong jemaah haji dari Mina ke Mekkah, 2023 lalu.

Selalu tersenyum

TUGAS yang padat, tentunya membuat petugas lelah. Namun selelah apa pun, mereka harus tersenyum, seperti yang dilakukan Fatimah, mahasiswa Ma’had Diroosat Quraniyah, Arab Saudi.

Tahun 2023 Fatimah menjadi petugas haji di Daker Madinah dan Maktab 41 Mina. Ia masih mengingat saat-saat dirinya pontang-panting mengurus pergeseran 2.900 jemaah dari Mina ke Mekkah seorang diri.

Saat itu, bus yang dijadwalkan berangkat pukul 07.20. Namun bus terlambat datang karena Mekkah sedang padat-padatnya hingga lalu lintas macet.

Memasuki pukul 09.00, ratusan jemaah berjubel dengan antrean panjang. Mereka tidak bisa keluar karena pagar ditutup untuk menghindari kericuhan. Sedangkan di luar pagar hanya ada satu bus.

Empat petugas kemudian datang. Mereka membantu memasukkan koper ke dalam bagasi, menggendong jemaah lansia, hingga memastikan jemaah haji lansia mendapatkan tempat duduk.

Makin siang, kesabaran sejumlah anggota jemaah berkurang. Mereka berlomba merangsek masuk ke dalam bus saat kendaraan Arab Saudi itu datang. Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, pagar yang tadinya sempat dibuka, kembali ditutup.

Di tengah kesalnya jemaah dan menyengatnya suhu Mina, Fatimah terlihat menghela napas. Ia tersenyum kepada para jemaah, mencoba menenangkan mereka.

Begitu semua jemaah berhasil diangkut, Fatimah duduk. Ia meneteskan air mata menceritakan betapa beratnya hari itu. Ia ingin mengeluh dan berteriak, namun tidak dia lakukan. Fatimah hanya bisa tersenyum.

Jangan asal berucap

Selain pengalaman yang menguras peluh dan air mata, pengalaman unik kerap dialami petugas haji. Hal ini dialami Eva Fahas.

Perempuan asal Bandung ini mengingatkan para petugas haji maupun jemaah tidak asal bicara saat berhaji. Karena, sembarang ucap kerap terjadi “dibayar kontan” atau terkabul saat itu juga.

"Pernah bilang kangen pecel, eh besoknya menu di kantin pecel. Terus ngebatin pengin sate, besoknya menu sate. Pengin semangka, lima menit ngomong, keluar semangka dari dapur,” tutur dia.

Petugas haji tahun 2023, Eva Fahas.
Dok MCH 2023
Petugas haji tahun 2023, Eva Fahas.

Begitupun soal tugas. Pernah saat ke Masjidil Haram, Eva merasa heran kenapa tidak ada satu pun anggota jemaah yang meminta bantuannya.

Tak berapa lama, dari belakang ada calhaj nyolek menanyakan Mahbas Jin. Eva pun mengantarkan calhaj itu ke terminal.

Di balik padatnya kegiatan di Arab Saudi, Eva selalu bersyukur bisa menjadi petugas haji. Apalagi ditempatkan di Mekkah, yang berdekatan dengan Masjidil Haram.

Dalam bayangan awalnya saat di Indonesia, ia akan sering ke Masjidil Haram. Namun, kenyataannya tidak bisa sesering yang ia bayangkan karena padatnya tugas.

Eva menyimpulkan tiga hal. Pertama, ia fokus pada tugas dari petugas haji melayani jemaah. Kedua, fokus kepada ibadah wajib.

“Jadi aku enggak ngoyo ke ibadah sunnah. Misal umrah, wajibnya apa, itu yang aku kejar, yang sunnah tidak dipaksakan. Ketiga, tenang. Karena terkadang, semua tugas datang berbarengan, yang diutamakan tetap, membantu jemaah," ucapnya.

***

Pentingnya persiapan

Kegiatan manasik haji yang dilakukan anak-anak tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seDKI Jakarta dan Kepulauan Seribu
Dok PPIJ
Kegiatan manasik haji yang dilakukan anak-anak tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seDKI Jakarta dan Kepulauan Seribu

Optimalkan manasik

Berbagai pengalaman dirasakan pula oleh Umar Firmansyah, petugas haji daerah asal Jawa Tengah. Empat puluh hari mendampingi jemaah haji semakin meyakinkan dirinya bahwa menjadi tamu Allah perlu persiapan matang.

Di sinilah pentingnya manasik, bukan hanya sekadar teori ataupun cara beribadah. Akan tetapi, manasik juga semestinya tentang lillah, yakni keikhlasan seseorang kepada Allah terhadap bermacam hal.

Umar mengingatkan, ibadah haji merupakan panggilan Allah. Bila sudah waktunya berhaji, maka tak ada seorang pun yang bisa mencegah. Begitupun bila Allah belum berkenan, maka ia tidak akan berhaji.

"Ketika ada orang yang tidak bisa menerima dengan kejadian apa pun di Arab Saudi, itu karena kurang lillah. Inilah yang juga harus ditanamkan saat manasik di Indonesia," ucap dia.

Umar juga menitikberatkan pada fungsi pendamping. Ini disebabkan ada anggota jemaah haji yang butuh pendamping, tidak hanya petugas yang hanya mendampingi sesekali.

"Termasuk yang berisiko tinggi, sebaiknya dipertimbangkan untuk diberangkatkan. Ada jemaah yang tidak bangun sama sekali, dari mulai Madinah hingga meninggal di Mekkah,” ungkapnya.

Walaupun memang diakuinya, ada banyak lansia yang bertekad untuk meninggal di Tanah Suci.

Petugas pun mengimbau kepada para muslim untuk menjalankan ibadah haji sejak usia muda, agar bisa lebih menikmati nikmatnya berhaji.

Hasil evaluasi

Dari hasil evaluasi operasional penyelenggaraan ibadah haji 2023, berbagai perbaikan dilakukan Kementerian Agaama.

Salah satunya kebijakan medical check up (MCU) calon haji. Bila sebelumnya, untuk menjadi jemaah ke Tanah Suci perlu melunasi biaya haji, kemudian melakukan MCU, maka kali ini jemaah baru bisa melunasi bila dinyatakan sehat.

Ilustrasi jemaah haji Indonesia.
Dok MCH 2023
Ilustrasi jemaah haji Indonesia.

Hal ini penting dilakukan untuk menekan angka jemaah yang sakit dan meninggal dunia di Arab Saudi. Apalagi kuota jemaah haji 2024 ditambah 20.000 menjadi 241.000 orang.

Tambahan kuota tersebut rencananya akan didahulukan bagi pendamping lansia. Itu artinya kebijakan pendamping kembali diberlakukan. Begitupun dengan jumlah petugas haji, yang kembali mendapatkan tambahan dari asalnya 2.100 menjadi 4.421 orang.

Dengan demikian, sejumlah tambahan dari hasil evaluasi ini diharapkan dapat memperlancar kemudahan para jemaah selama menjadi tamu Allah di Tanah Suci.

***