TENAGA kesehatan merupakan kelompok yang paling rentan terpapar severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Panggilan tugasnya sebagai perawat orang-orang sakit membuat mereka selalu berada dalam zona merah penularan virus.
Maka, tak heran bila pemerintah menempatkan tenaga kesehatan sebagai kelompok pertama yang disuntik vaksin Covid-19 dibandingkan kelompok masyarakat lainnya.
Berdasarkan catatan pemberitaan, vaksinasi bagi tenaga kesehatan di Indonesia dimulai tanggal 13 Januari 2021. Vaksin yang digunakan adalah CoronaVac alias Sinovac.
Vaksin Sinovac sendiri telah mendapatkan persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 11 Januari 2021.
Baca juga: Mengenal Seluk Beluk Vaksin Sinovac
Meski pemerintah mengakui, tenaga kesehatan dibayang-bayangi kekhawatiran terhadap vaksin yang ada, namun nyatanya proses vaksinasi bagi tenaga kesehatan berlangsung cukup lancar.
Hingga tanggal 31 Juli 2021, jumlah tenaga kesehatan Indonesia yang telah divaksin-dengan merk vaksin apapun termasuk Sinovac-mencapai 1.458.319 orang atau setara 99,3 persen.
Seiring dengan penyuntikkan vaksin itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan mengadakan studi.
Penelitian melibatkan 71.455 tenaga kesehatan yang meliputi perawat, bidan, dokter, teknisi, dan tenaga umum lainnya yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan di DKI Jakarta selama periode Januari hingga Juni 2021.
Baca Juga: Jakarta Kekurangan 2.156 Tenaga Kesehatan untuk Tangani Covid-19
Secara umum, penelitian menyasar pada efektivitas vaksin terhadap tenaga kesehatan yang sudah dan belum divaksin. Penelitian dilakukan dengan mengamati Covid-19 pada tenaga kesehatan, baik kasus konfirmasi positif, perawatan dan kematian.
Hasil penelitian tersebut keluar pada Juli 2021 dan baru dirilis pada awal Agustus 2021.
Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
Pada medio April-Juni, kasus konfirmasi positif Covid-19 pada tenaga kesehatan yang telah divaksin dosis lengkap, mengalami peningkatan dibandingkan Januari-Maret.
Pada Januari-Maret, kasusnya berjumlah 473 (0,98 persen dari responden). Sementara, pada April-Juni, angkanya melonjak menjadi 2.548 (5,03 persen dari responden).
Sekadar mengingatkan kembali, vaksinasi bagi tenaga kesehatan dimulai pada tanggal 13 Januari.
Lantas, apakah itu artinya vaksin Sinovac dosis lengkap tak ampuh melindungi seseorang dari penularan Covid-19?
Jangan terburu-buru menyimpulkan demikian.
Pasalnya, bila kita merujuk pada medio yang sama pada tenaga kesehatan yang telah diberikan vaksin dosis pertama (belum menerima dosis lengkap), data menunjukkan hal sebaliknya.
Baca Juga: Penerima Vaksin Covid-19 Tetap Bisa Tularkan Virus Corona, Mengapa?
Pada medio Januari-Maret, kasus konfirmasi positif Covid-19 pada tenaga kesehatan yang baru disuntik vaksin dosis pertama, yakni berjumlah 659 (10,17 persen dari responden).
Sementara pada April-Juni, kasusnya justru menurun, yakni 234 (4,02 persen dari responden).
Maksudnya, tenaga kesehatan yang telah disuntik vaksin dosis 1 tetap memiliki kemungkinan terpapar virus SARS-CoV-2 yang sama dengan tenaga kesehatan yang telah disuntik vaksin dosis 2.
Simak tabel berikut ini:
Ketiadaan perbedaan potensi penularan Covid-19 antara tenaga medis yang sudah divaksin dengan yang belum, juga tampak dari total kasus positif per pekan.
Dari pekan pertama (13 Januari) hingga pekan keempat, sebagian besar (55-99 persen) kasus Covid-19 pada tenaga kesehatan terjadi pada tenaga kesehatan yang belum divaksin.
Namun, pada pekan ketujuh, 60 persen dari kasus Covid-19 pada tenaga kesehatan terjadi pada tenaga kesehatan yang telah divaksin dosis 1.
Mulai pekan ke-12 hingga 25, kasus Covid-19 terbesar pada tenaga kesehatan terjadi pada tenaga kesehatan yang telah divaksin dosis lengkap.
Sebagai pelengkap kesimpulan sebelumnya, fluktuasi kasus positif Covid-19 pada tenaga kesehatan di Tanah Air juga diduga memiliki korelasi dengan tren kasus di masyarakat.
Baca Juga: IDI Jakarta: Tenaga Kesehatan Sudah Lelah, Sebagian Terinfeksi Covid-19
Apalagi, kasus konfirmasi positif pada medio April-Juni sedikit banyak juga disebabkan oleh merebaknya varian baru SARS-CoV-2, antara lain varian Delta dan B.1.466.2.
Varian Delta diketahui memiliki kemampuan penularan lebih tinggi dan dapat menyebabkan infeksi lebih parah dibandingkan varian lainnya.
Meskipun tidak ada perbedaan dari sisi kemungkinan terpapar, namun data lain menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang telah divaksin dosis lengkap relatif memiliki ketahanan waktu lebih lama untuk terinfeksi Covid-19 dibandingkan yang baru divaksin dosis 1 atau belum divaksin.
Tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap rata-rata baru terinfeksi Covid-19 pada 16 pekan atau empat bulan setelah mendapatkan dosis kedua.
Berbeda halnya dengan tenaga kesehatan yang belum divaksinasi. Mereka lebih cepat terinfeksi. Rata-rata terinfeksi Covid-19 setelah tiga pekan sejak hari pertama observasi dimulai.
View this post on Instagram
Bila transmisi virus antara tenaga kesehatan yang sudah divaksin dan yang belum tidak menunjukkan perbedaan signifikan, data berbeda ditunjukkan dalam hal peluang perawatan di fasilitas kesehatan.
Berdasarkan pemantauan Januari-Juni, dari total responden ada 474 tenaga kesehatan yang dirawat akibat terpapar Covid-19.
Sebanyak 65 persen dari mereka merupakan tenaga kesehatan yang belum divaksinasi atau baru mendapatkan vaksin dosis 1.
Sementara, tenaga kesehatan yang sudah divaksin dosis lengkap tidak memerlukan perawatan intensif.
Spesifik pada medio April-Juni di mana kasus Covid-19 di Indonesia melonjak tajam, hal yang sama juga terjadi pada tenaga kesehatan. Khususnya pada tenaga kesehatan yang belum divaksin.
Selama tiga bulan itu, proporsi tenaga kesehatan yang belum divaksin dan dirawat meningkat dua kali lipat dibandingkan medio Januari-Maret. Persentasenya, yakni 12,5 persen menjadi 24 persen.
Simak tabel berikut ini:
Data ini tentu kabar baik bagi tenaga kesehatan yang telah divaksin. Sebab, pada medio April-Juni, sedang terjadi lonjakan kasus Covid-19 di masyarakat.
Selain efektif mencegah tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 masuk ke ruang rawat, vaksin rupanya juga berdampak positif bagi durasi perawatan.
Data menunjukkan, lama perawatan tenaga kesehatan yang sudah divaksinasi relatif lebih singkat, yaitu hanya 8 hingga 10 hari dibandingkan tenaga kesehatan yang belum divaksinasi, yaitu 9 hingga 12 hari.
Dari total tenaga kesehatan yang dirawat, 2,3 persen memerlukan perawatan intensif di ICU. Sebagian besar (91 persen) dari tenaga kesehatan yang memerlukan perawatan intensif adalah mereka yang belum divaksinasi atau baru mendapatkan vaksinasi 1 dosis.
Sebagaimana halnya soal kemungkinan perawatan, vaksinasi juga berdampak positif bagi kemungkinan kematian bagi tenaga kesehatan positif Covid-19.
Hasil penelitian menunjukkan, angka kematian pada tenaga kesehatan yang belum divaksinasi ataupun baru menerima dosis 1 lebih besar dibanding mereka yang sudah divaksinasi lengkap.
Baca Juga: Studi: Antibodi Vaksin Covid-19 Sinovac Menurun Setelah 6 Bulan, Butuh Dosis Ketiga
Sepanjang Januari-Juni, jumlah tenaga kesehatan di DKI Jakarta yang meninggal sebanyak 20 orang. Dari angka itu, 15 kasus terjadi pada tenaga kesehatan yang belum divaksin dan divaksin dosis 1.
Sementara, lima kasus lainnya terjadi pada tenaga kesehatan yang sudah divaksin dosis lengkap.
Simak tabel berikut ini
Atas serangkaian penelitian tersebut, Balitbangkes Kemenkes menarik sejumlah kesimpulan, yakni:
Pertama, perawat dan dokter adalah kelompok tenaga kesehatan yang paling rentan terhadap infeksi Covid-19;
Kedua, pada medio Januari-Maret, vaksin Sinovac cukup efektif mencegah infeksi Covid-19.
Namun, pada medio April-Juni, vaksinasi lengkap kurang melindungi tenaga kesehatan dari infeksi Covid-19.
Pada medio April-Juni, virus varian Delta dan varian B.1.446.2 mulai mendominasi kasus dibandingkan periode sebelumnya (Januari-Maret).
Perubahan dominasi varian virus baru ini diduga berperan dalam mengurangi efektivitas vaksin dalam melindungi tenaga kesehatan dari infeksi Covid-19;
Baca Juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 terhadap Varian Alpha hingga Delta
Ketiga, meski demikian, vaksinasi lengkap masih efektif melindungi dari risiko perawatan dan kematian akibat Covid-19;
Keempat, vaksinasi diiringi dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat membantu mengurangi risiko keparahan dan kematian akibat Covid-19.
Atas hasil penelitian tersebut, Balitbangkes Kemenkes juga memberikan sejumlah rekomendasi, yakni: