JEO - News

Mengintip Kuda Besi
Tunggangan
Kepala Daerah

Sabtu, 3 Agustus 2019 | 22:16 WIB

Sejumlah gubernur serta wali kota atau bupati punya hobi terkait kuda besi. Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo di antaranya. Siapa yang lain? Apa kisah mereka?

BIROKRASI dan pelayanan publik. Itu dua hal pertama yang bakal terlintas setiap kali frasa "kepala daerah" disebut. Jadwal kegiatan yang padat, menyusul di urutan berikutnya. 

Kehidupan pribadi para kepala daerah cenderung luput dari perhatian publik. Sebut saja, urusan hobi. 

Karena mereka juga manusia, menggembirakan hati dengan aktivitas di luar pekerjaan sejatinya sah-sah saja. 

Nah, di antara para kepala daerah yang saat ini menjabat, ada yang ternyata punya hobi di bidang otomotif. Lebih spesifik, kuda besi, alias sepeda motor. 

Siapa saja mereka dan apa kisah mereka bersama tunggangannya itu? Apakah mereka benar-benar bisa menjalani hobi di tengah semua kesibukannya?

Berikut ini beberapa di antaranya, lengkap dengan cerita mereka masing-masing bersama kuda besi tunggangannya.

ODED M DANIAL

SEKALI engkol sembari tarik gas, asap mengepul bersama suara khas knalpot vespa jadul.

Oded M Danial tak terlihat kesulitan menghidupkan skuter Vespa Sprint keluaran 1963 miliknya. Merah menyala warnanya.

Wali Kota Bandung Oded M Danial dan Vespa Sprint 1963 miliknya. Gambar diambil pada di rumah dinasnya, Jalan Dalemkaum, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (22/7/2019).
KOMPAS.com/PUTRA PRIMA PERDANA
Wali Kota Bandung Oded M Danial dan Vespa Sprint 1963 miliknya. Gambar diambil pada di rumah dinasnya, Jalan Dalemkaum, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (22/7/2019).

Seperti Vespa lain segenerasinya, bau asap dari knalpot tercium khas. Bensin campur, penyebabnya. Ini sebutan untuk campuran premium dan minyak pelumas di tangki bahan bakar. 

Ini bukan tunggangan pertama milik Oded, yang sekarang adalah Wali Kota Bandung. Pilihan warna jadi benang merah cerita soal kendaraan roda dua yang pernah dia miliki. 

Mulai dari "BMW"

"(Motor pertama saya) 'BMW',  alias bebek merah warnanya. Bebek tahun 1979," kata Oded sembari tertawa, saat ditemui Kompas.com di rumah dinasnya di Jalan Dalemkaum, Kota Bandung, Senin (22/7/2019).

"(Motor pertama saya) 'BMW',  alias bebek merah warnanya. Bebek tahun 1979."

~Oded M Danial~

Bebek yang dia maksud adalah Honda C-70 keluaran 1979. Oded bertutur, motor itu dia beli pada 1989, dua tahun setelah dia menikah pada 1987. 

Oded yang pernah bekerja di Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN)—sekarang PT Dirgantara Indonesia (DI)—menyebut, pilihan sepeda motornya berkelindan dengan perjalanan hidupnya.

Misal, Oded terus memakai "BMW"-nya itu hingga 1994. Sampai, anak ketiganya lahir. 

“Karena sudah 3 anak ternyata kalau pakai bebek tidak kebawa semua. Sempit," ujar dia.

PIlihan jatuh ke Vespa Sprint keluaran 1973.

"Satu anak yang paling besar bisa di depan. Yang kedua di tengah di antara saya dan Umi. Satu lagi digendong,” ungkap Oded.

Namun, perjalanan hidup pun membawa Vespa pertamanya itu tak cuma untuk wara-wiri bersama keluarga.

Wirausaha

Vespa Sprint 1973 yang Oded beli di bawah harga Rp 1 juta pada 1994, menjadi penyambung kakinya saat harus berwirausaha mulai 1998.

Saat itu, krisis moneter menghantam Indonesia. Tempat kerjanya, IPTN terdampak. Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran terjadi pada 1999. Oded salah satu yang kena PHK. 

“Buat saya, pakai Vespa itu punya nostalgia. Ingat lagi susah dulu,” turur Oded.

Beberapa jenis usaha dijalani Oded saat itu. Salah satunya adalah berdagang bakso di rumah orangtuanya di Cimindi.

Tidak hanya untuk membeli bahan baku bakso untuk berdagang, Vespa-nya juga dipakai Oded untuk berjualan beras dan es krim.

Wali Kota Bandung Oded M Danial
KOMPAS.com/PUTRA PRIMA PERDANA.
Wali Kota Bandung Oded M Danial

Melewati badai ekonomi bersama Vespa, Oded tak meninggalkannya teronggok begitu saja sesudah itu.

Vespa yang sama terus dia pakai untuk kegiatan kepartaian hingga dia menjadi anggota DPRD Kota Bandung pada 2006. 

Hibah, jadi akhir kebersamaan Oded dengan Vespa Sprint 1973 itu. Dia serahkan skuternya itu ke pemilik bengkel servis Vespa langganannya di Cimindi.

Namun, cinta Oded pada Vespa ternyata tak pupus.

Gonta-ganti Vespa, suami dari Siti Muntamah itu sekarang tertambat pada Vespa Sprint 1963. Iya, Vespa berwarna merah di awal cerita.

Tips wajib penunggang Vespa

Saking cintanya, Oded sampai hafal betul bagaimana caranya memperbaiki Vespa yang tiba-tiba mogok.

Pengendara Vespa wajib membawa busi cadangan di toolbox samping.

Pengendara Vespa, kata Oded, wajib membawa busi cadangan di toolbox samping.

“(Pertama), jangan lupa bawa oli samping (untuk campuran bahan bakar). (Dua), jangan lupa bawa busi cadangan di koloprak (toolbox). Ketiga, di dalam dompet jangan lupa amplas," sebut Oded.

Amplas dan busi ibarat pasangan hati kalau membahas Vespa dan kendala selama perjalanan.

"Amplas itu dipakai kalau motor mogok. (Kalau) di busi ada bintik-bintik cukup diamplas dan diketok. Jalan lagi (vespanya),” ungkap Oded.

arrow-left
arrow-right
Mengobrol sejenak...

Mengobrol sejenak...

Wali Kota Bandung Oded M Danial dan Vespa Sprint 1963 miliknya, Senin (22/7/2019), sejenak berhenti dan berbincang.

1/3
Oded M Danial

Oded M Danial

Tampak samping Wali Kota Bandung Oded M Danial dan Vespa Sprint 1963 miliknya, Senin (22/7/2019).

2/3
Oded M Danial

Oded M Danial

Wali Kota Bandung Oded M Danial mengendarai Vespa Sprint 1963 miliknya, Senin (22/7/2019).

3/3

Bahasa kerennya, tips ini didapat secara otodidak alias belajar sendiri. Dalam kenyataannya, ini soal pengalaman mogok bersama Vespa. 

Soal perawatan, Oded menyebut Vespa tidak ribet. Selain si merah ini, Oded punya tiga Vespa lain di rumahnya. 

“Enggak banyak perawatan. Paling ngangetin tiap dua hari sekali. Nah, itu kelebihan Vespa, irit perawatannya. Urusannya paling cuma busi,” imbuh dia.

Kurang piknik 

Namun, dengan posisinya sebagai Wali Kota Bandung saat ini, Oded mengaku waktu untuk jalan-jalan menunggangi Vespa jadi berkurang.

Dia hanya bisa memanfaatkan waktu senggang untuk melepas kerinduannya mengendarai Vespa. Jika memungkinkan, kadang-kadang Oded menunggang Vespa untuk menyapa warganya.

“Pakai kalau ada perlu sedikit, atau mau cukur, baru pakai Vespa. Jadi memang sekarang enggak pernah jauh-jauh. Paling ke belakang (rumah dinas), silaturahim ke pak RW sambil jajan kupat tahu,” tutur dia.

Risiko jabatan ya Pak....

RIDWAN KAMIL

LEBIH dahulu dikenal sebagai pejabat yang gemar bersepeda, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga merambah hobi kendaraan roda dua. Pilihannya, Royal Enfield Classic 500 Battle Green.

Ridwan Kamil berfoto bersama Royal Enfield Classic 500 Battle Green miliknya.
DOK PRIBADI/RIDWAN KAMIL
Ridwan Kamil berfoto bersama Royal Enfield Classic 500 Battle Green miliknya.

Motor gede (moge) ini sekarang jadi tunggangan utama untuk menunjang aktivitas kedinasan maupun liburan. Emil—panggilan akrabnya—mengaku sudah lama jatuh cinta kepada kuda besi.

Tepatnya, kata dia, sejak zaman SMA, saat ia pernah diberi Honda Super Cub oleh orangtuanya. Motor itu yang kemudian bergiliran dia pakai bersama saudaranya.

Motor ancur

Ada cerita yang tak pernah Emil lupa dari motor pertamanya itu. Saking seringnya dipakai, kondisi motor itu menurut Emil berantakan. Ancur.

Suatu hari, tutur dia, seusai pelajaran dan hendak pulang tak didapati motor itu di parkiran sekolah. Sudah pakai niat melaporkan kehilangan ke polisi.

"Saya panik, saya cari enggak ada yang tahu. Pas sore mau lapor polisi ternyata motornya datang lagi oleh teman saya," kenang Emil, saat ditemui Kompas.com, di Gedung Pakuan, Jalan Diponegoro, Kamis (1/8/2019).

Ternyata, lanjut Emil, temannya salah mengambil motor di parkiran.

"Karena motor saya saking ancur-nya, kunci apa pun masuk," kata dia sembari tertawa.

Akhir kebersamaan bersama Honda Cub adalah saat ibu Emil menjualnya ke tukang tahu. 

Moge

Royal Enflied yang sekarang jadi tunggangannya, ternyata bukan moge pertama Emil. Sebelum ini, dia pernah juga punya Harley Davidson Road King.

"Harley dijual buat modal Pilwalkot (pada 2013) seharga Rp 120 juta. Sekarang enggak tahu di mana motornya," ucap ayah dari Emmiril dan Azzahra itu.

Kini, Royal Enfield jadi satu-satunya kendaraan roda dua yang dimiliki Emil. Royal Enfield Classic 500 Battle Green dipilih lantaran punya tenaga cukup besar tapi mudah dikendarai.

"Tidak ingin yang terlalu berat, masih lincah. Pilihannya warnanya banyak, tapi karena Jabar banyak masuk gunung, hutan, maka warna hijau berkamuflase lebih keren dan punya alasan dibikin army look," ungkap Ridwan Kamil yang terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat pada 2018.

Ridwan Kamil dan Royal Enfield Classic 500 Battle Green miliknya - (DOK PRIBADI/RIDWAN KAMIL)

Meski kini jadi "anak motor", Emil mengaku tak tergabung dalam komunitas motor. Ia hanya datang pada ajang tertentu sebagai tamu undangan.

"Dengan otomatis diundang oleh Royal Enfield dan ikut beberapa kali acara. Terakhir acara di Lembang Jambore," ucapnya.

Di tengah kesibukannya, ia masih tetap memperhatikan tampilan motor kesayangannya. Menurut dia, perawatan motornya relatif murah.

"Enggak mahal, servis rutin, ganti oli. Standar saja karena enggak dipakai intensif juga. Terakhir nambah aksesoris saja. Saya beli penahan mesin, tas kulit, dan knalpot diubah sedikit," kata Emil.

Ia pun kerap berkeliling Jawa Barat dengan motor kesayangannya ini. Berboncengan dengan istri, Atalia Praratya, ia pernah berkendara ke pantai selatan Jabar hingga ke Geopark Ciletuh Sukabumi.

Memori dan sensasi bermotor

Kebiasaan barunya itu pun turut mendapat dukungan keluarga. 

"Yang memorabel naik motor sama ibu keliling Geopark karena endingnya sunset dan saya baru tahu pantai Sukabumi indah sekali, seperti Lombok," ungkap Emil.

Motor, kata dia, cenderung dipakai untuk perjalanan ke luar kota meski dalam radius yang tidak berlebihan. 

"Jadi memang saya pakai akhir pekan dalam radius yang masih memungkinkan. Paling jauh itu dibawa ke Pantai Rancabuaya, ke Geopark," sebut Emil.

Berkeliling Jabar dengan motor, kata Emil, memperluas cara pandangnya sebagai pemimpin dan membuatnya lebih dekat dengan masyarakat.

"Dulu waktu wali kota saya bersepeda, sekarang juga kalau tidak ada agenda terlalu jauh saya bersepeda. Karena wilayah Jabar ini luas dan hanya bisa diterabas melalui motor, saya memutuskan memiliki motor. Motor ini ada setelah jadi gubernur karena kebutuhan itu," tutur Emil.

Keinginan menambah koleksi moge diakui ada. Emil menyebut Honda Rebel yang kini tengah menarik minatnya. 

"Kemarin digodain Aa Gym buat beli Honda Rebel. Tapi Bu Cinta (istrinya) memveto jadi tidak dilanjutkan rencananya," kata dia sambil tergelak.

GANJAR PRANOWO

APA kuda besi tunggangan Ganjar Pranowo, orang nomor 1 di Jawa Tengah ini? Jawabannya, Kawasaki ER-6N keluaran 2014.

Motor pabrikan asal Jepang itu dibeli bekas oleh Ganjar seharga Rp 72 juta. 

Harga pasaran motor ini sekarang, merujuk situs-situs di internet, di rentang Rp 100 juta untuk versi standar sampai Rp 150 jutaan untuk varian tertinggi. 

Gubernur Jawa Tengah menunggangi Kawasaki ER-6N  keluaran 2014 miliknya.
DOK PRIBADI/GANJAR PRANOWO
Gubernur Jawa Tengah menunggangi Kawasaki ER-6N keluaran 2014 miliknya.

Ganjar mengaku membeli motor ini untuk membangkitkan lagi minat yang sudah terbetik sejak SMP. 

“Sampai lulus kuliah saya ndak punya motor. Masih miskin saat itu," cerita Ganjar saat bincang-bicang dengan Kompas.com, di rumah dinas Puri Gedeh Jalan Gubernur Budiono, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang, Rabu (17/7/2019).

Berikutnya, Ganjar mengaku punya dan mengendarai sepeda motor lagi setelah menikah.

"Naik motor lagi pakai motor Astrea istri yang diberikan kakak ipar,” ujar dia.

Ganjar punya kenangan tersendiri soal motor Kawasaki-nya yang sekarang.

“Mau tahu reaksi ibu (istri Ganjar-red) ketika motor itu datang? Ia berkata, ‘motor siapa itu?’ Bukan menentang saya naik motor, kami hanya beda paradigma soal bermotor,” tutur dia sambil tertawa.

Ini, lanjut Ganjar, bukan berarti Siti Atiqoh Supriyanti, sang istri, menentang. Namun, kata dia, istrinya khawatir dengan keselamatan diri Ganjar saat menunggang motor berkapasitas mesin 650 cc tersebut. 

Bandiyem

Setelah memiliki motor Kawasaki ER-6N tersebut, Ganjar membentuk komunitas motor. Namanya, Bandiyem Grup Montoran. Anggotanya boleh siapa saja dengan motor jenis apa saja.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika sedang menerima Mbah Bandiyem yang waktu itu menjadi tamu istimewa Gubernur jateng pada halalbihalal Lebaran 2018, di Kantor Gubernur Jateng, Semarang.
Dok. Humas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika sedang menerima Mbah Bandiyem yang waktu itu menjadi tamu istimewa Gubernur jateng pada halalbihalal Lebaran 2018, di Kantor Gubernur Jateng, Semarang.

Nama komunitas ini diambil dari almarhumah Mbah Bandiyem, lansia penjual pisang, satu-satunya penjual yang diperbolehkan masuk ke dalam kantor Gubernur Jateng sejak puluhan tahun silam.

“Terinspirasi dari kegigihan Mbah Bandiyem dalam memasarkan pisang," kata Ganjar.

Baca juga: Ketika Ganjar Izin Pakai Nama "Mbah Bandiyem" untuk Nama Komunitas Motor

Ganjar pun mengenang Mbah Bandiyem yang sudah sepuh tapi punya ingatan tajam.

"Orangnya lucu dan hafal karakter para Gubernur Jateng yang menjabat selama kariernya berjualan pisang. Maka, namanya diabadikan jadi nama grup montoran,” kata dia.

Tak pilih-pilih dan sejarah

Ganjar mengaku memang selalu punya ruang hati untuk kendaraan roda dua. Motor apa saja bisa dia kendarai, mulai dari Vespa sampai motor trail.  

“Tergantung (ada) yang minjami,” celetuk pria berambut putih ini sambil kembali tertawa. 

Di garasi Ganjar tak hanya ada Kawasaki ER-6N. Honda Astrea jadul pemberian kakak ipar untuk istrinya, masih tersimpan.

Motor Astrea itu jadi saksi sejarah panjang ayah satu anak ini menuju posisi sekarang dia raih. Terlebih lagi, ada kenangan masa-masa romantis bersama sang istri di atas motor itu.

Sayangnya, kondisi Honda Astrea tersebut sekarang tak karuan. Lantaran, motor itu sempat terlibat kecelakaan ketika dipinjam pakai seorang kawan. 

Meski begitu, bagi Ganjar, Astrea kenangan itu tetaplah barang memorabilia, penyimpan kenangan. Suatu ketika, ujar dia berangan, bisa saja motor itu akan dia pajang atau malah dimuseumkan. 

AHMAD FAUZI

GEOGRAFIS Kabupaten Sumenep Jawa Timur, terdiri dari pegunungan, persawahan, dan tegal atau ladang.

Dengan medan seperti itu, untuk sampai ke lokasi pedalaman Sumenep, kendaraan beroda empat dan lebih kerap tak memungkinkan.

Pilihannya, jalan kaki atau menunggang kendaraan roda dua.

Wakil Bupati Sumenep Ahmad Fauzi dan motor trail Honda CRF 150 cc miliknya.
DOK PRIBADI/AHMAD FAUZI
Wakil Bupati Sumenep Ahmad Fauzi dan motor trail Honda CRF 150 cc miliknya.

Alasan itu juga yang disebut Ahmad Fauzi, Wakil Bupati Sumenep, membuatnya beralih hobi motor. Dari motor gede (moge) yang mentereng di jalanan beraspal, sebut dia, ke motor trail untuk medan menantang seperti wilayah yang jadi tanggung jawabnya.

Motor tunggangan Fauzi sekarang adalah Honda CRF 150 cc. Motor ini pula yang kerap ia gunakan untuk turun menyapa masyarakat di pelosok dan pedalaman Sumenep. 

Trauma

Saat tinggal di Jakarta, hingga 2014, Fauzi masih hobi moge. Itu pun tak lama. Seorang teman mengalami kecelakaan dan meninggal saat touring moge.  Trauma. 

"Sampai sekarang saya masih trauma kalau ke moge, karena cc-nya 1.000 ke atas. Kalau jatuh, risikonya terlalu berat. Bahkan, bisa meninggal dunia, seperti teman saya," kenang Fauzi, saat dikunjungi Kompas.com, Jumat (19/7/2019). 

Sejak kembali ke kota kelahirannya, Sumenep, pada 2015, Fauzi mulai menjajaki dunia adventure trail. Namun, waktu itu belum ada komunitas trail di Sumenep. Touring pun jadi personal saja.

"Waktu itu masih tiga sampai empat orang kalau touring. Ketika saya sudah di Wabup Sumenep, kemudian lahir komunitas Terraks Sumenep Trail Adventure, anggotanya sudah 60 orang lebih," ujar lelaki kelahiran 21 Mei 1979 ini.

Hobi dan tugas

Sebagai figur publik dan jajaran eksekutif pemerintahan daerah, Fauzi tak punya banyak waktu menggeber Honda CRF 150 cc kesayangannya. Peluang baru ada—meski tidak selalu juga—pada akhir pekan. 

Rute yang diambil disesuaikan dengan aduan masyarakat tentang kondisi pembangunan Sumenep atau situasi yang butuh penanganan pemerintah. 

"Ngetrail itu bagi saya selain hiburan dan hobi, saya manfaatkan untuk mempererat hubungan kemanusiaan dengan masyarakat," ungkap suami Nia Kurnia ini. 

Wakil Bupati Sumenep Ahmad Fauzi bertemu dengan warga dalam balutan kostum trail.
DOK PRIBADI/AHMAD FAUZI
Wakil Bupati Sumenep Ahmad Fauzi bertemu dengan warga dalam balutan kostum trail.

Alumnus MAN 1 Sumenep angkatan 1998 ini mengaku, merasakan sensasi yang berbeda ketika turun ke masyarakat dengan menumpang mobil dan mengendarai sepeda motor.

Saat naik mobil dinas, semua orang mudah mengenali siapa sosok dirinya. Sebab, aturan protokoler dijalankan dan sangat merepotkan orang lain.

Namun, ketika naik motor, atribut kedinasan dan aturan protokoler dilepas. Fauzi dapat tampil seperti masyarakat biasa. Bahkan, kata dia, banyak masyarakat terkecoh. 

Dengan masih berbaju trail, Fauzi biasa duduk lesehan sebentar di sawah sambil membantu petani, membantu masyarakat bekerja, nyabit rumput ternak, dan makan di rumah warga.

Saat hendak pamit, Fauzi baru bertanya ke warga apakah tahu siapa dirinya. 

"Warga bilang, mirip Pak Fauzi. Tapi, kalau Pak Fauzi kok lesehan di sawah, makan di rumah warga, dan bantu warga gotong royong," kata dia.

Barulah di situ, aku Fauzi, dia mengenalkan diri. Dengan begitu, menurut dia momen keakraban terbangun dengan masyarakat.

Belum mau beralih hati

Sejauh ini, Fauzi mengaku belum berpikir untuk beralih hati ke motor lain. Padahal, Pemkab Sumenep sudah menyiapkan satu motor trail Honda CRF 150 cc lain untuk dirinya.

Selain masih cocok dengan motor yang ada, yang dia beli dari temannya, Fauzi mengaku perawatan motor ini tak butuh banyak biaya seperti saat masih menggemari moge. 

Perawatan motor trailnya hanya rutin bulanan seperti ganti pelumas, lalu ganti ban dan sparepart lain yang harganya tak bikin pusing kepala apalagi kantong bolong. 

Ngetrail, bagi Fauzi, selain membantu mempermudah komunikasi dengan masyarakat, juga jadi ajang menambah persahabatan antarkomunitas trail di beberapa daerah, seperti yang juga ada di Pamekasan.

Terkadang, komunitas lintas-daerah membuat latihan bersama (latber) di sirkuit atau medan ekstrem. Namun, Fauzi mengaku sering menghindari kegiatan latihan bersama di medan ekstrem. 

Wakil Bupati Ahmad Fauzi menggunakan motor trail Honda CRF 150 cc untuk berkeliling wilayah kerja.
DOK PRIBADI/AHMAD FAUZI
Wakil Bupati Ahmad Fauzi menggunakan motor trail Honda CRF 150 cc untuk berkeliling wilayah kerja.

Bersama rekan-rekan yang lain, Fauzi memilih membedah jalur alternatif yang tidak begitu membahayakan diri. 

"Kalau saya jatuh sampai patah tulang, saya bisa bisa merepotkan masyarakat karena pekerjaan saya terhambat untuk melayani masyarakat. Jadi, kalau latber, saya menghindari jalur ekstrem," kata dia. 

Penjelajahan terjauh yang pernah dia ikuti, sebut Fauzi, baru sampai Gunung Bromo di Probolinggo. Selebihnya, lanjut dia, hanya melintas wilayah Madura. Keterbatasan waktu dan kesempatan, menjadi alasan. 

"Kalaupun ada kesempatan untuk komunitas trail, tidak selalu berkaitan dengan menjelajah pakai motor," imbuh Fauzi.

Kegiatan lain di komunitas tersebut, sebut dia yang sekarang juga adalah pembina Terrak Trail Adventure Sumenep ini, mulai dari pengajian sampai makan-makan dan ngopi sambil berbagi ilmu tentang perkembangan dunia motor trail.

MOCHAMMAD NUR ARIFIN

SUARA deru mesin khas kendaraan motor gede (moge) terdengar dari sela-sela parkiran kendaraan dinas bupati Trenggalek, Jawa Timur.

Tidak berselang lama, sebuah motor “custom” jenis Bobber warna hitam mengkilap, muncul dan di parkir di halaman pendopo kabupaten Trenggalek.

Ya, itu adalah kuda besi tunggangan Bupati Trenggalek Jawa Timur, Mochammad Nur Arifin.

Terinspirasi Jokowi

Awal Arifin jatuh hati dengan sepeda motor “custom” karena sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya motor yang sama.

Bahkan, modifikasi sepeda motornya juga Arifin percayakan ke bengkel yang memodifikasi sepeda motor Jokowi. 

“Salah satu motor beliau hasil modifikasi Katros Garage. Kami kontak dan jadilah si Bobber itu,” terang Arifin.

Ia sengaja memilih modifikasi sepeda motornya, meski tersedia jenis sepeda motor yang sudah jadi buatan pabrikan. 

Bupati Trenggalek Jawa Timur, Mochammad Nur Arifin (depan) bersama motor Bobber-nya.
DOK PRIBADI/MOCHAMMAD NUR ARIFIN
Bupati Trenggalek Jawa Timur, Mochammad Nur Arifin (depan) bersama motor Bobber-nya.

Baginya, memodifikasi sepeda motor sesuai dengan yang diinginkan merupakan kebanggaan karena membutuhkan pemikiran tepat.

Selain itu, dengan modifikasi sepeda motor sesuai keinginan, harganya diklaim lebih murah dibanding buatan pabrikan.

“Pengennya sih punya Triumph bobber, tapi mahal. Mending sisa anggarannya bisa digunakan hal yang lebih bermanfaat,” ujar Arifin.

Motor Benelli Patagonian Eagle 250cc dipilih Arifin sebagai bahan modifikasi, karena sangat cocok untuk model Bobber. Selain itu, suara mesin Benneli yang dikeluarkan dari knalpot juga bisa lebih menderu.

“Untuk bahan, awalnya saya memilih Kawasaki seperti milik Presiden Jokowi. Tapi, disarankan oleh pihak Katros Garage, Benelli lebih tepat untuk jenis Bobber,” terang Nur Arifin.

Membantu urusan detail

Seringkali, kepala daerah termuda ini mengendarai motor modifikasi kesayangannya ketika melakukan sejumlah kegiatan kedinasan dan di luar kedinasan. 

“Lebih asyik naik motor,” terang Nur Arifin.

Mengendarai sepeda motor dalam melakukan aktivitas memiliki kelebihan tersendiri yang tidak bisa dirasakan ketika berada dalam mobil.

Mengendarai motor baginya bisa sebagai relaksasi, apalagi ketika melaju di pagi hari dengan suasana sisi kiri kanan hutan alami atau hutan pinus.

Kecintaan terhadap kendaraan roda dua, ungkap Arifin, sudah dimulai sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.

Kala itu, Nur Arifin mengaku sudah mulai suka mengutak-atik bentuk sepeda motor. Musibah kecelakaan sempat membuat orangtuanya melarang mengendarai sepeda motor.

Arifin terpaksa naik angkutan kota apabila ke sekolah juga keluar rumah.

“Kalau pakai motor ya curi-curi pinjam punya adik,” ujar dia.

Ia kembali menggunakan sepeda motor ketika mulai menjadi pejabat publik di Trenggalek. 

Sepeda motor pertama Gus Ipin, sapaan akrabnya, adalah jenis trail. Sepeda motor itu bisa digunakan untuk mengeksplorasi seluruh wilayah Trenggalek yang banyak perbukitan.

Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin berkeliling wilayah kerja menunggang motor custom-nya.
DOK PRIBADI/MOCHAMMAD NUR ARIFIN
Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin berkeliling wilayah kerja menunggang motor custom-nya.

Tidak hanya hobi, Nur Arifin menggunakan sepeda motor juga untuk merangkul seluruh komunitas motor di Trenggalek. Dia menyebutnya touring kampanye peduli lingkungan.

Dalam setiap kecamatan yang disinggahi selama touring, selalu terselip acara sosialisasi peduli lingkungan serta mengendalikan sampah plastik.

Sambil touring naik sepeda motor modifikasi, ia sekaligus meninjau kondisi jalan. Mulai dari temuan jalan berlubang atau rusak hingga laporan warga mengenai permohonan perbaikan jalan perkampungan, menjadi catatan langsung sebagai bahan rapat bersama organisasi perangkat daerah (OPD).

“Kalau naik mobil jalan gelombang sedikit tidak terasa. Kalau naik motor tahu bagian jalan mana yang rusak dan perlu diperbaiki. Jadi, ninjau infrastruktir lebih bisa detail,” terang Nur Arifin.

Karena memiliki sepeda motor modifikasi, seringkali ada ajakan untuk touring keluar kota, baik dari komunitas yang ada di Surabaya maupun di Trenggalek. Namun, saat ini, waktu masih menjadi alasan undangan-undangan itu tak juga terpenuhi.