Perjuangan PADI untuk kembali bersatu menjadi sebuah hal yang patut mereka banggakan. Selama 21 tahun sejak mereka terbentuk, PADI tidak pernah berganti personel.
Ooh sobat...
Maafkan aku mencintainya...
Aku tak bermaksud membuatmu sungguh tak berarti...
-----------
Begitulah sepenggal lirik lagu "Sobat" yang dipopulerkan PADI, grup musik yang mengawali perjalanan mereka dari pertemanan satu kampus, hingga bermetamorfosa menjadi band besar yang diikat oleh persahabatan penuh arti.
Lagu "Sobat" menjadi peluru bagi Satrio Yudi Wahono atau Piyu (gitar), Andy Fadly Arifuddin (vokal), Surendro Prasetyo atau Yoyo (drum), Rindra Ristyanto Noor (bas), dan Ari Tri Sosianto (gitar).
Lagu ini tidak hanya menembak hati para pecinta musik Indonesia di awal kemunculan mereka saja, tapi juga menembus ego para penghuni band PADI hingga membuat mereka bertahan selama 21 tahun.
"'Sobat' itu lagu paling ajaib ya, karena ada yang pernah bilang, 'Indonesia ini lagi berduka karena krismon (krisis moneter) waktu itu, kalian datang dengan lagu-lagu yang tidak umum'," kata Fadly.
"Itu sih menurut kami pencapaian terbesar, bukan berbagai award-nya. Kalau dalam sejarah PADI, pada saat lagu 'Sobat' itu diterima, itu luar biasa rasanya," lanjut dia.
Jauh sebelum lagu "Sobat" meledak di pasaran, pada penghujung era 1990-an, lima mahasiswa Airlangga Surabaya bersepakat membentuk sebuah grup band. Mereka saling mengajak satu sama lain untuk bergabung dalam sebuah formasi band yang solid.
Baca juga: PADI Reborn, dari Anak Kampus hingga Band Profesional
Setelah Fadly, Piyu, Ari, dan Rindra bertemu, kemudian yang paling buncit bergabung adalah Yoyo. Saat itu dia hadir sebagai pemain drum bergelar kelas nasional.
Setelah Fadly, Piyu, Ari, dan Rindra bertemu, kemudian yang paling buncit bergabung adalah Yoyo. Saat itu, dia hadir dengan status pemain drum nasional.
"Awalnya sebelum bernama PADI, kami satu kampus ya, main di band yang berbeda-beda. Mas Rindra main jazz, Yoyo juga baru balik dari Jakarta kuliah di Airlangga Surabaya bareng-bareng, saya dengan Ari beda juga, Piyu juga main beda. Pada tahun 1997 kami resmi memberi nama PADI," ujar Fadly.
"Memang kami enggak ada drummer waktu itu. Wah, Mas Yoyo sudah terkenal duluan, dia sudah musisi nasional. Drummer terbaik. Jadi pas Mas Yoyo masuk itu sempurnalah PADI," katanya lagi.
Panggung demi panggung mereka lewati, kampus demi kampus mereka sambangi. Di satu sisi para personel PADI pernah menjalani hubungan jarak jauh dengan Piyu yang saat itu tengah berada di Jakarta.
Kondisi seperti itu tak membuat PADI layu. Sebaliknya, Fadly dan kawan-kawan melihat hubungan jarak jauh dengan Piyu adalah hal yang positif.
Piyu yang berada di Jakarta mengemban amanat dari rekan-rekannya di Surabaya. Dia mendapat tugas untuk menyetorkan demo rekaman PADI ke perusahaan label rekaman di Ibu Kota.
Perusahaan label rekaman ternama, Sony Music Indonesia berminat untuk mengorbitkan karya-karya PADI. Akhirnya, penantian menjalani rekaman pun tergenapi.
"Jadi kami dulu bagi tugas. Ceritanya Piyu di Jakarta, dia sambil kerja jadi krunya Rendra waktu itu, sambil menawarkan demo yang kami buat. Sementara kami di Surabaya, kami main di kampus-kampus, sekolah untuk ngenalin nama PADI ini," tutur Yoyo bercerita.
Gayung bersambut. Usaha Piyu di rantau tak sia-sia. Perusahaan label rekaman ternama, Sony Music Indonesia, berminat mengorbitkan karya-karya PADI. Akhirnya, penantian menjalani rekaman pun tergenapi.
"Jadi ya lumayan ya, kami satu tahun nungguin jawaban dari Sony. Akhirnya Sony tertarik mengajak kami rekaman, dan itu pun harus melalui proses ternyata," ucap Yoyo.
Setelah melepas "Sobat", nama PADI pun melejit. Ketenaran terus dituai seiring dengan hits yang mereka ciptakan, antara lain "Harmoni", Begitu Indah", dan "Menanti Sebuah Jawaban". Lagu-lagu itu hingga kini masih melekat di benak para penyuka musiknya.
Menyentuh hati para personelnya sendiri
Tak hanya para pendengar setianya, paduan lantunan musik dan kekuatan lirik dari lagu-lagu PADI juga menyentuh hati para personelnya sendiri.
Rindra menyebut "Hitam" sebagai lagu spesial yang banyak disukai oleh Sobat PADI, termasuk dirinya.
"Kalau saya pribadi saya suka 'Hitam'. Sebenarnya itu bukan musik yang indah, maksudnya kelam, gelap, keras, emosional. Tapi ternyata sampai sekarang pun, ketika kami tampil di Malaysia, orang minta lagu 'Hitam'. Musik yang kompleks tapi disukai," tutur Rindra.
Lewat nomor yang tercatat dalam album Save My Soul (dirilis 2003) itu, PADI diganjar penghargaan AMI Award 2003 untuk kategori Lagu Terbaik.
Lewat nomor yang tercatat dalam album Save My Soul (dirilis 2003) itu, PADI diganjar penghargaan AMI Award 2003 untuk kategori Lagu Terbaik.
Lain halnya dengan Piyu, pria yang menjalankan fungsi sentral sebagai komposer musik dan lirikus dari lagu-lagu PADI itu menceritakan bagaimana lagu "Menanti Keajaiban" begitu merasuk dalam jiwanya, walapun nomor itu jarang dimainkan dalam penampilan PADI.
"Saya 'Menanti Keajaiban'. Tapi jarang dimainin ya. Saya seumur-umur nulis lirik yang benar-benar ngerasain banget lirik (lagu) itu. Energinya dapet banget," ujar Piyu.
Sementara Yoyo, dia memilih dua judul lagu yang memiliki tempo nada yang berbeda. 'Kasih Tak Sampai', menjadi lagu pertama yang dipilih pria berkepala plontos itu.
"Dengan lagu ini saya bisa istirahat. Saya santai-santai dulu, ganti baju, enggak keringetan," ujarnya mengungkap alasan di balik pemilihan lagu "Kasih Tak Sampai".
Yang kedua, Yoyo mengaku suka dengan lagu "Seandainya Bisa Memilih". Ketukan irama yang rumit menjadi alasan dia jatuh cinta dengan nomor ini.
Baca juga: 5 Lagu yang Dinobatkan Sebagai Karya Agung PADI Reborn
"Saya paling paling suka itu, 'Seandainya Bisa Memilih'. Cuma lagu itu enggak mudah untuk dimainkan, tapi beat-nya saya suka," ucap mantan suami penyanyi Rossa itu.
Lain halnya dengan Fadly dan Ari. Mereka memiliki pendapat yang sama tentang lagu "Begitu Indah". Keduanya sepakat menjadikan lagu yang lahir di tahun 1999 itu sebagai maha karya yang sederhana namun modern pada masanya.
"Saya suka 'Begitu Indah', saya suka kesederhanannya. Jadi suka itu kayak blue print-nya PADI. Suara gitarnya Ari, gitarnya Piyu, beat-nya Yoyo yang tidak umum," kata Fadly.
"Dinamika, saya suka lagu yang ngambil rendah di bawah terus di belakangnya naik. Itu menurut saya lagu modernnya PADI, karena di lagu itu cukup modernlah," lanjut dia.
Ari menambahkan, 'Begitu Indah' memiliki semangat dan kekuatan musik PADI yang megah. Sementara dari liriknya, lagu ini mengandung nilai-nilai romantisme.
"Rasanya kalau denger lagu itu romantismenya muncul, langsung mikir yang cantik-cantik, yang indah-indah," ucap Ari.
Lagu-lagu di atas tidak pernah absen mereka bawakan di setiap penampilan. Bahkan, karya agung tersebut sukses mengantarkan PADI menjadi band yang berdiri di jajaran nama-nama besar seperti GIGI, Sheila On 7, dan Dewa 19.
Usia PADI semakin bertambah, perjalanan karier mereka bahkan mulai berliku. Piyu dan kawan-kawan mengejutkan para penggemarnya dengan kabar vakumnya band pencetak rekor jutaan kopi album tersebut pada 2011 lalu.
PADI memutuskan berhenti sejenak dari rutinitas bermusik yang mereka jalani. Saat itu, PADI seakan berada di titik terendahnya, kehilangan arah, tidak lagi satu tujuan, dan berbeda pandangan.
Pradnya Paramita, salah satu penggemar yang ada di jajaran terdepan komunitas Sobat PADI bercerita bahwa vakummya band kesayangan mereka ketika itu telah meninggalkan kesedihan mendalam. Padahal saat itu mereka tengah merayakan hari jadi PADI yang ke-13.
Salah satu penggemar yang ada di jajaran terdepan komunitas Sobat PADI bercerita bahwa vakummya band kesayangan mereka ketika itu telah meninggalkan kesedihan mendalam.
"Sobat PADI shock, soalnya kami termasuk solid ya. Pasti sedih karena pas perayaan 13 tahun itu kami semua ada, ramai, enggak tahunya tahun depannya sudah vakum," kata Mita.
Masa vakum yang tadinya direncanakan hanya sejenak pun molor menjadi tujuh tahun. Meski demikian, para personel PADI tidak benar-benar melepaskan dunia musik. Mereka masih aktif berkarya walau tidak lagi mengusung bendera PADI.
Rindra bersama Fadly misalnya, mereka masih aktif tampil dalam kampanye organisasi-organisasi lingkungan dan memproduksi musik, termasuk album religi yang dirilis Fadly.
"Masih main musik. Awal-awal itu saya sama Fadly campaign, perfom di Walhi, Greenpeace. Produce-produce juga, album anak-anak. Produce Fadly juga, yang album religi," kata Rindra.
Satu tahun berselang setelah PADI vakum, Fadly dan Rindra menggandeng Yoyo untuk membentuk Musikimia. Grup musik yang berdiri pada 17 Agustus 2012 itu meluncurkan album 'Indonesia Adalah', sebuah yang banyak melantunkan lagu-lagu bernafaskan kebangsaan.
Baca juga: Setelah Vakum 7 Tahun, PADI Reborn Lebih Bijaksana
"Sama aku juga di musik. Paling additional section aja di studio. Tahun 2012 juga saya duet sama Fadly bikin Musikimia. Awalnya ada Ari juga, dia manajer. Pada waktu itu memang kami enggak tahu nih vakumnya sampai kapan," tutur Yoyo.
"Musikimia saya, Fadly, sama Rindra. Kami bikin lagu baru. Ada yang kami recycle lagu Indonesia klasik. Lagu-lagu kebangsaan," sambungnya.
Sementara Ari memilih untuk berada di luar musik dengan menjajal profesi manajer dari Musikimia.
"Kalau aku memang pengin coba bidang lain selain musik ya. Bidangnya macam-macam sih termasuk juga waktu Musikimia waktu awal pembentukan itu aku memang enggak pengin main, jadi manajer saja," ucap Ari.
Di luar kegiatan keempat rekannya Piyu tak kalah produktif. Selain meluncurkan dua album bertajuk Sakit Hati (2014) dan Best Cuts of Piyu (2016), gitaris berambut gondrong ini juga ikut membidani beberapa band Tanah Air.
Piyu bahkan melebarkan sayapnya ke layar lebar dengan menjadi sutradara film 'Aku Cinta Kamu'.
"Selama vakum pertama kali itu aku bikin buku, terus abis itu bikin single, film pendek terus kami kembangin jadi film panjang, terus bikin album solo juga berkaitan sama film itu," ujar Piyu.
"Terus single baru juga. Sekolah sound engginer juga, tiga minggu doang. Banyak di studio, produce Drive, Anji, Armada. Aku bikin band The Secret sama Rowman dan Maki 'Ungu'," ucapnya.
Tanggal 10 November 2017 menjadi hari terkabulnya harapan Sobat PADI. PADI mengumumkan kembalinya mereka bermusik di hadapan para penggemar. Momentum itu pun ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi.
PADI akhirnya menyadari bahwa perjalanan mereka sebagai sebuah band belum berakhir. Mereka menambah kata 'Reborn' untuk mencerminkan lahirnya komitmen dan semangat baru dari kelima penggawanya.
"Salah satu faktornya kami masih rindu dan pengin melanjutkan perjalanan PADI yang belum selesai, karena menurut kami PADI itu sesuatu yang sangat berharga. Lima orang ini mengakui itu dan commit sama itu, cuma memang banyak proses yang dibutuhkan," kata Fadly.
Dorongan untuk "reborn" rupanya tidak hanya muncul dari para personel saja. Diam-diam Sobat PADI memiliki peranan penting dalam membangkitkan PADI dari tidur panjangnya.
Dorongan untuk reborn rupanya tidak hanya muncul dari para personel saja. Diam-diam Sobat PADI memiliki peranan penting dalam membangkitkan PADI dari tidur panjangnya.
Sobat PADI membuat jambore independen tanpa sponsor setiap kali PADI merayakan ulang tahunnya. Bagi mereka, yang penting Piyu dan kawan-kawan bisa berkumpul selama PADI vakum.
Namun, kelahiran kembali PADI bukan tanpa proses. Dua tahun sebelum hari itu tiba, Fadly, Piyu, Yoyo, Rindra dan Ari berjuang mengikis ego dan menyatukan kembali keinginan mereka hingga menyentuh sebuah kesepakatan.
Baca juga: Kekuatan Sobat PADI Bangkitkan PADI Reborn
"Kami ini kan berlima ya, dengan isi kepala yang berbeda-beda. Kami mencoba untuk mengakomodir keinginan satu sama lain sampai akhirnya kami bikin kesepakatan. Untuk menuju itu tidak mudah, nah segitu kompleksnya," ujar Yoyo.
Piyu membuat perumpamaan kisah perjalanan PADI seperti merenovasi rumah yang hangus terbakar. Rumah yang dia bangun bersama personel PADI lainnya sejak awal.
"Kami biarin itu mangkrak sampai tujuh tahun, terus kami berusaha survive sendiri, kan. Terus akhirnya kami merindukan rasa itu. Ya sudah, kami kembali ke tempat itu. Akhirnya rumah itu kami tempati lagi setelah direnovasi," ujar Piyu.
Perjuangan PADI untuk kembali bersatu menjadi sebuah hal yang patut mereka banggakan. Selama 21 tahun sejak mereka terbentuk, band ini tidak pernah berganti personel.