JEO - Peristiwa

Piala AFF, Turnamen Bergengsi ASEAN yang Tak Masuk Kalender FIFA

Senin, 13 Desember 2021 | 07:24 WIB

SETELAH tiga tahun berlalu, turnamen Piala AFF kembali digelar tahun ini, tepatnya 5 Desember 2021 hingga 1 Januari 2022. Singapura menjadi tuan rumahnya.

Jeda tiga tahun merupakan hal yang tak biasa dalam tradisi Piala AFF. Biasanya, turnamen ini rutin digelar setiap dua tahun sekali.

Namun, seperti banyak event lain di dunia, Piala AFF 2020 urung digelar karena pandemi Covid-19.

Pandemi pula yang membuat format Piala AFF edisi ke-13 kali ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tak ada lagi sistem home and away.

Piala AFF kembali menerapkan sistem home tournament, sistem yang pernah dipakai saat turnamen ini dirintis sekitar dua dekade silam.

Terkecuali laga semifinal dan final, seluruh pertandingan Piala AFF pada 2021 hanya dihelat satu leg di tempat yang sama.

Baca Juga: Bendera Merah Putih Dilarang Berkibar di Piala AFF 2020, Ini Penggantinya

Kiprah Timnas Indonesia

Pada babak penyisihan Piala AFF 2021, Indonesia tergabung di Grup B bersama dengan Vietnam, Malaysia, Kamboja dan Laos.

Meski sempat tak diunggulkan, timnas Indonesia ternyata mampu tampil ciamik selama babak penyisihan dengan torehan tiga kemenangan dan satu kali imbang.

Skuad Garuda juga mampu melesakkan 13 gol dan hanya kebobolan 4 gol.

Asnawi Mangkualam dkk pada akhirnya mampu melangkah ke semifinal dengan status sebagai pemuncak grup B.

Di semifinal, timnas Indonesia mendapat tantangan dari tim tuan rumah Singapura. 

Dengan sistem dua leg, skuad Garuda sempat ditahan imbang 1-1 pada pertandingan pertama. Namun, pada laga kedua, anak-anak asuh Shin Tae-yong mampu tampil impresif dan menang 4-2 lewat sebuah pertandingan yang penuh kejutan dan menegangkan.

Timnas Indonesia pun melangkah ke final untuk menantang Thailand.

Di laga final, penampilan skuad Garuda antiklimaks. Anak-anak asuh Shin Tae-yong kalah telak 0-4 dari Thailand pada pertandingan pertama.

Pada laga kedua, timnas Indonesia tampil lebih baik. Namun, Asnawi dkk hanya mampu bermain imbang 2-2 dengan tim Gajah Perang, julukan timnas Thailand.

Dengan demikian, timnas Indonesia kalah agregat 2-6 dari Thailand.

Untuk keenam kalinya timnas Indonesia harus puas hanya menjadi runner up Piala AFF. Sebelumnya timnas Indonesia juga gagal di final Piala AFF 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.

Skuad Indonesia berfoto bersama sebelum pertandingan leg kedua final AFF 2020 antara Thailand vs Indonesia di National Stadium, Singapura, 1 Januari 2022.
AFP/ROSLAN RAHMAN
Skuad Indonesia berfoto bersama sebelum pertandingan leg kedua final AFF 2020 antara Thailand vs Indonesia di National Stadium, Singapura, 1 Januari 2022.

Tanpa Egy Maulana

Selama melakoni babak penyisihan, timnas Indonesia tak diperkuat salah satu pemain andalannya, Egy Maulana Vikri. Egy adalah pemain Indonesia yang tengah berkarier di Liga Slovakia bersama klub FK Senica.

Egy memang cukup diandalkan oleh klubnya. Akun Instagram klub sering mengeksposenya sehingga membuat para fan berharap banyak kepada Egy. 

Direktur Olahraga FK Senica David Balda mengatakan, Egy akan diizinkan bergabung ke timnas Indonesia ketika kompetisi kasta teratas Liga Slovakia, Fortuna Liga, memasuki kalendar libur musim dingin.

Dikutip dari situs Transfermarkt, jadwal libur musim dingin Fortuna Liga 2021-2022 dimulai pada 20 Desember 2021 hingga pertengahan Februari 2022.

Adapun laga terakhir FK Senica sebelum jeda libur musim dingin Fortuna Liga 2021-2022 adalah menghadapi AS Trencin pada 18 Desember 2021 mendatang.

Itu artinya Egy baru bisa bergabung apabila timnas berhasil melangkah ke semifinal.

"Egy Maulana Vikri akan dilepas untuk memperkuat timnas Indonesia di Piala AFF setelah laga terakhir FK Senica pada 18 Desemeber 2021," kata David Balda dikutip dari akun Instagram pribadinya.

Baca Juga: Belum Jelas Kapan Gabung Timnas, Egy Maulana Vikri Malah Dihantam Cedera

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by FK Senica 💙❤️ (@fk_senica)

Mengacu ke peraturan FIFA, klub wajib melepas pemainnya apabila ada panggilan tim nasional. Namun, peraturan ini punya syarat ketentuan berlakunya.

Klub wajib melepas pemainnya jika agenda tim nasionalnya sesuai dengan kalender FIFA, misalnya untuk laga uji coba resmi; laga kualifikasi Piala Dunia ataupun kualifikasi turnamen level benua; hingga laga-laga turnamen yang terafiliasi FIFA.

Nah persoalannya, bagaimana dengan Piala AFF?

Turnamen Setara Laga Persahabatan

Piala AFF adalah turnamen sub regional yang pertama kali digelar pada 1996. Awalnya, turnamen ini dikenal dengan nama Piala Tiger. 

Tiger adalah perusahaan bir asal Singapura yang tadinya menjadi sponsor utama turnamen ini.

Mulai edisi 2008, turnamen tak lagi menggunakan nama Piala Tiger. Sebab, kerja sama dengan perusahaan bir tersebut berakhir.

Sponsorship berganti ke perusahaan otomotif asal Jepang, Suzuki. Turnamen kemudian memiliki nama resmi AFF Suzuki Cup.

Baca Juga: Sejarah dan Daftar Juara Piala AFF

Para pemain timnas Indonesia, Gendut Doni, Agung Setyabudi, Budi Sudarsono, Nur'Alim, dan Bejo Sugiantoro menyanyikan lagu Indonesia Raya jelang laga Piala AFF 2002 kontra Filipina di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 23 Desember 2002.

DOK BOLA/Erly Bahtiar
Para pemain timnas Indonesia, Gendut Doni, Agung Setyabudi, Budi Sudarsono, Nur'Alim, dan Bejo Sugiantoro menyanyikan lagu Indonesia Raya jelang laga Piala AFF 2002 kontra Filipina di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 23 Desember 2002.

Meski sudah digelar sejak 1996, pertandingan Piala AFF sempat hanya dianggap sebagai laga persahabatan biasa.

Artinya, kemenangan yang diraih suatu tim tak berpengaruh sama sekali terhadap ranking FIFA.

Dikutip dari Goal.com, ganjaran poin FIFA baru diberikan pada Piala AFF 2016. Piala AFF juga disebut-sebut sudah mendapat pengakuan dari FIFA sebagai turnamen kategori A.

Setelah ditelusuri, meski diklaim sudah ada pengakuan dari FIFA, Piala AFF sebenarnya belum pernah dimasukkan sebagai turnamen yang masuk dalam jadwal resmi.

Hal itu bisa dilihat dari jadwal agenda pertandingan resmi yang pernah dikeluarkan FIFA dari kurun waktu 2016 hingga 2022. Terlihat tak ada pencantuman Piala AFF dalam daftar turnamen resmi FIFA.

Bobot Poin Pertandingan yang Rendah

Tak cuma dari jadwal, bobot poin pertandingan dalam Piala AFF tak mengalami kenaikan yang berarti.

Dikutip dari Footy Rankings, pada Piala AFF 2018 bobot poin pertandingan hanya dihitung 5 poin. Angka tersebut adalah bobot poin terendah dalam sistem poin penilaian FIFA.

Bobot poin 5 diberikan untuk laga uji coba di luar jadwal resmi FIFA. Untuk uji coba di jadwal resmi dihargai 10 poin.

Bobot poin pertandingan Piala AFF pun jauh lebih rendah dari kualifikasi Piala Dunia dan turnamen level benua yang dihargai 25 poin.

Dalam sistem penilaian untuk ranking FIFA, ada sebuah rumus rumit yang melibatkan penghitungan beberapa variabel, salah satunya bobot poin pertandingan.

Pertandingan Piala Dunia memiliki bobot paling tinggi. Pertandingan babak penyisihan dan perdelapan final Piala Dunia diganjar dengan 50 poin. Adapun laga perempat final hingga final memiliki 60 poin.

Berikut penjelasan singkat seputar rumus penghitungan ranking FIFA beserta variabel-variabel yang dipakai:  

Tidak Berpartisipasinya Australia

Australia merupakan negara yang secara geografis tidak berada di benua Asia. Namun, untuk urusan sepak bola, The Socceroos, julukan timnas Australia, adalah salah satu anggota Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Australia secara resmi bergabung ke AFC pada 1 Januari 2006. Tujuh tahun setelah bergabung di AFC, Australia bergabung pula ke AFF.

Secara hierarki, AFF memang berada di bawah AFC. Apalagi posisi geografis Australia memang dekat ke Asia Tenggara.

Meski sudah hampir delapan tahun menjadi anggota, Australia tidak pernah sama sekali berpartisipasi di Piala AFF. The Socceros hanya mengirimkan tim untuk turnamen AFF kelompok umur.

Lantas, kenapa Australia tidak pernah ikut Piala AFF walaupun tercatat sebagai anggota?

Baca Juga: Mengapa Timnas Australia Bisa Ikut Kompetisi di Asia

Para pemain Australia merayakan gol Mile Jedinak ke gawang Perancis pada pertandingan Piala Dunia 2018 di Kazan, 16 Juni 2018.

perancis vs australia
Para pemain Australia merayakan gol Mile Jedinak ke gawang Perancis pada pertandingan Piala Dunia 2018 di Kazan, 16 Juni 2018.

Sydney Morning Herald dalam artikel mereka pada 2019 menyampaikan bahwa Australia tidak diizinkan mengikuti Piala AFF karena dianggap terlalu superior dibandingkan dengan tim-tim Asia Tenggara lainnya.

Selain cukup rutin tampil di Piala Dunia, Australia juga menempati ranking FIFA yang relatif tinggi dibanding negara-negara Asia Tenggara.

Per 19 November 2021, Australia menempati posisi ke-35, jauh di atas Vietnam yang ada di posisi ke-99.

Jika tidak menghitung keberadaan Australia, Vietnam merupakan negara Asia Tenggara dengan ranking FIFA terbaik.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by ASEAN FOOTBALL (@asean.football)

Kekuatan Jumlah Penonton TV

Meski cenderung kurang bergengsi di panggung internasional, bukan berarti Piala AFF tak punya masa depan.

Secara teknis di lapangan, tim-tim Asia Tenggara memang bukanlah yang terbaik di dunia. Namun, ada kekuatan lain yang bisa jadi nilai tawar dari perhelatan Piala AFF, yakni tingginya jumlah penonton televisi.

Pada 2010, ada 192 juta penonton televisi yang menyaksikan gelaran turnamen yang ketika itu dimenangi Malaysia.

Final dua leg yang mempertemukan Indonesia vs Malaysia disaksikan rata-rata 15 juta penonton. Angka itu baru di Indonesia saja, belum termasuk yang di Malaysia ataupun di luar kedua negara tersebut.

Jumlah penonton Indonesia untuk laga Indonesia vs Malaysia diketahui dua kali lipat lebih banyak dari sebuah laga big match Piala Dunia 2010.

Pada Piala AFF edisi 2014, hampir lima juta orang Malaysia menonton acara tersebut di saluran TV berbayar.

Artinya, sebenarnya gelaran Piala AFF juga memiliki pasar yang tidak kalah besarnya dengan gelaran sepakbola lainnya.  

Baca Juga: Cerita Piala AFF 2010, Tak Ada Pemain Timnas yang Berani Eksekusi Penalti

Final Piala AFF 2010 mempertemukan Malaysia vs Indonesia. Laga kedua berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 29 Desember 2010.
AFP/BAY ISMOYO
Final Piala AFF 2010 mempertemukan Malaysia vs Indonesia. Laga kedua berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 29 Desember 2010.

Mulai dilirik FIFA

Faktor jumlah penonton pula yang membuat FIFA mulai mempertimbangkan agar AFF masuk dalam agenda resmi FIFA.

Belum lama ini, AFF menggelar pertemuan dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, tepatnya pada Minggu (5/12/2021).

Dikutip dari laman resmi PSSI, ini merupakan pertama kalinya Presiden FIFA bisa menghadiri council meeting AFF. 

Dalam pertemuan itu, Infantino mengatakan, Piala AFF dimungkinkan untuk masuk kalender FIFA apabila jeda internasional nantinya bisa lebih diperpanjang.

"Daripada menambah jeda internasional, lebih baik membuat jeda internasional (yang sudah ada sekarang) jadi lebih panjang," kata Infantino seperti dikutip dari ESPN.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by PSSI (@pssi)

Tak cuma FIFA, relatif tingginya jumlah penonton TV juga membuat Australia sempat membuka peluang mengirimkan timnas senior mereka ke Piala AFF.

Federasi Sepak Bola Australia (FFA) melihat, turnamen Piala AFF dapat menarik banyak penonton melalui siaran televisi. Selain itu, mereka juga menilai bahwa negara-negara di kawasan Asia Tenggara telah mengalami peningkatan pesat.

"Hubungan kami di ASEAN sekarang adalah melihat Suzuki Cup (Piala AFF) yang secara tradisional dianggap terlalu kuat bagi kami," kata Ketua FFA David Gallop pada 2019 lalu.

"Namun, karena banyak negara tersebut sudah meningkatkan kekuatan dan mempertimbangkan faktor komersial Australia dan hak pasar, itu (tampil di Piala AFF), layak dipelajari," ujar Gallop menambahkan.

Meski sempat berwacana untuk ikut, namun entah mengapa Australia tak jadi mengirimkan timnas seniornya pada Piala AFF 2021 kali ini.

Pada akhirnya, kontenstan Piala AFF masih diisi kekuatan-kekuatan lama di persepakbolaan Asia Tenggara.

Para pemain Australia bergembira usai menjebol gawang Jerman.
AFP PHOTO / DANIEL ROLAND
Para pemain Australia bergembira usai menjebol gawang Jerman.

Tentunya menarik untuk ditunggu akan seperti apa masa depan turnamen ini setelah kedatangan Presiden FIFA.

Hal menarik lain yang juga tak bisa dikesampingkan adalah menilik sepak terjang timnas Indonesia yang bisa dijadikan indikator kemampuan skuad Garuda.

Sebab, selama 13 kali penyelenggaraan, timnas Indonesia belum pernah sekalipun menjuarai Piala AFF.

Apabila menghadapi negara-negara tetangga saja masih kesulitan, itu menjadi tanda bahwa tim Garuda harus melecut diri lebih keras lagi agar bisa bersaing di panggung yang lebih tinggi.