WARGA Ibu Kota kian leluasa dalam memilih transportasi publik untuk menunjang mobilitas sekaligus mengurangi kemacetan dan polusi.
Pada Senin (2/10/2023), Presiden Joko Widodo meresmikan kereta cepat Whoosh (Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Hebat). Dengan moda ini, rute Jakarta-Bandung kini bisa ditempuh sekitar 30 menit saja.
Selain Whoosh, Jakarta juga memiliki transportasi publik berbasis rel, yakni kereta moda raya terpadu (MRT), lintas raya terpadu (LRT), dan kereta rel listrik (KRL).
Ada pula bus TransJakarta dan angkutan kota (angkot) yang terpadu dalam sistem JakLingko.
Namun, keleluasaan ini belum dirasakan oleh masyarakat di luar Jakarta. Sektor transportasi publik di sejumlah daerah masih menghadapi berbagai tantangan.
Kendala seperti persaingan dengan transportasi daring atau online, fasilitas yang kurang memadai, dan persoalan waktu tempuh, masih ditemukan di Jawa dan Sumatera.
Menurut Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Tory Damantoro, ada dua tantangan dalam pengembangan transportasi umum di Indonesia.
“Pertama adalah konektivitas, karena tidak semua daerah itu mempunyai infrastruktur yang memadai,” ucap Tory, saat ditemui di Jakarta, Kamis (6/12/2023).
Tantangan kedua, kata Tory, yakni urbanisasi. Berdasarkan prediksi, sebanyak 70 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan.
Dengan demikian, pengembangan angkutan umum di perkotaan menjadi agenda yang mendesak.
“Urbanisasi saat ini tidak bisa dihindari, pusat-pusat kota tumbuh menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial, jadi tekanan untuk mobilitas di area urban itu lebih tinggi. Sehingga angkutan umum sudah wajib kalau kita mau punya pusat pertumbuhan yang efisien,” kata Tory.
Sementara, pengamat dan pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono menyoroti soal ketimpangan. Ia mengatakan, penggunaan kendaraan pribadi di kota-kota besar masih mendominasi.
"Transportasi di perkotaan di Indonesia sangat timpang karena didominasi pergerakan mobil pribadi. Banyak kota sudah melakukan penataan (transportasi umum) tapi belum maksimal," kata Sony.
"Secara umum kota besar di Indonesia sedang menghadapi masalah besar soal kemacetan. Solusi kemacetan yang bisa didorong adalah mengefisiensikan ruang jalan," tutur dia.
Menurut Sony, ruang jalan harus digunakan lebih efisien. Artinya, penggunaan ruang jalan yang bukan untuk transportasi bisa dihilangkan, misalnya, pedagang kaki lima (PKL) dan tempat parkir kafe.
Hal senada diungkapkan pengamat transportasi Djoko Setijowarno. Ia menuturkan, layanan transportasi umum yang kurang baik memicu peningkatan pengguna kendaraan pribadi.
Berdasarkan catatan Djoko pada 2012, sebanyak 93 persen BBM dihabiskan untuk kendaraan pribadi, yakni 40 persen untuk sepeda motor dan 53 persen untuk mobil.
“Buruknya layanan transportasi umum, (berpengaruh terhadap) pengguna sepeda motor meningkat,” ujar Djoko, dalam keterangan tertulis, Selasa (17/1/2023).
Menurut Djoko, kondisi saat ini tidak jauh berbeda, sebab ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi masih tinggi.
Pengembangan transportasi umum menjadi sangat penting agar masyarakat dapat bermobilitas dengan mudah tanpa bergantung pada kendaraan pribadi.
Namun, peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum tidak akan terjadi dalam waktu singkat karena diperlukan pengembangan yang optimal dan merata.
Lantas, bagaimana potret kondisi transportasi publik di sejumlah daerah Sumatera dan Jawa?
Beberapa daerah di Sumatera memiliki transportasi angkutan kota (angkot), bus trans, dan LRT Sumatera Selatan atau dikenal dengan LRT Palembang.
Pada era 2000-an, angkot Lampung menjadi primadona di kalangan mahasiswa. Ketika itu, salah satu ciri khas angkot yakni kualitas sound system yang sudah dimodifikasi.
Bahkan ada anekdot, mahasiswa tidak mau naik angkot yang tidak memiliki sound system. Ini diungkapkan Iman Nuralim, warga Bandar Lampung, saat ditemui Minggu (22/10/2023).
Alumnus Universitas Lampung ini mengatakan, para sopir angkot seakan berlomba-lomba mempercantik kendaraan mereka.
Kendati demikian, pamor angkot kini turun. Kemudahan dalam mendapatkan kredit kepemilikan sepeda motor dan menjamurnya ojek daring dianggap menjadi salah satu penyebabnya.
Abdul Ghani (33), sopir angkot jurusan Garuntang-Tanjung Karang, mengaku pendapatannya berkurang drastis sekitar 70 sampai 80 persen.
"Paling banyak satu hari narik itu Rp 200.000-300.000, potong setoran ke yang punya mobil, bensin, makan," kata dia, ketika ditemui di Jalan Gatot Subroto, Senin (30/10/2023).
Saat Kompas.com mengikuti Ghani narik, hanya ada empat penumpang yang naik angkotnya. Ghani mengatakan, kebanyakan penumpang menaiki angkot untuk rute pendek.
“Rata-rata jarak dekat. Ongkosnya Rp 3.000," ujar dia.
LRT Palembang tengah menjadi primadona. Jumlah penumpangnya terus meningkat. Dari 2018 hingga 2023, jumlah penumpang tercatat mencapai 12.609.930 orang.
Untuk tahun 2018, jumlah penumpang harian mencapai 5.040 orang. Kemudian, pada akhir pekan terjadi lonjakan menjadi 7.296 penumpang.
Pada Januari sampai Oktober 2023, jumlah penumpang tercatat naik pesat menjadi 11.109 orang per hari, serta akhir pekan 12.601 orang. Sementara pada hari biasa, penumpang mencapai 10.499 orang.
“Kondisi kemacetan lalu lintas sekarang sudah mendorong masyarakat untuk mengandalkan LRT Sumsel, hasilnya selalu terjadi pertumbuhan penumpang setiap tahun,” kata Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel (BPKARS) Rode Paulus, saat ditemui di kantornya, Rabu (10/11/2023).
Saat Kompas.com menjajal LRT Sumsel, waktu tempuh dari Stasiun Ampera ke Cinde sepanjang 1,08 kilometer hanya dua menit.
Waktu tempuh ini terbilang lebih singkat jika dibandingkan berkendara sepeda motor yang mencapai tujuh menit.
Meski digadang-gadang menjadi kota modern, namun transportasi publik di Batam masih minim.
Bus Trans Batam belum menjadi primadona kendati tarifnya relatif murah, yakni Rp 5.000 per orang.
Kompas.com mencoba bus Trans Batam dari kawasan Sekupang ke Batam Centre dengan waktu tempuh sekitar 45 menit.
Saat berbincang dengan salah satu penumpang bernama Ghita, ia berharap pemerintah memperbaiki fasilitas dan menambah armada.
“Supaya waktu tunggu Trans Batam tidak terlalu lama. Saat ini, waktu tunggu hingga 30 menit. Untuk rute tertentu, seperti Batam Centre-Tanjung Piayu, waktu tunggunya sampai 45 menit,” ungkap Ghita.
Sementara Syarif, salah satu sopir Trans Batam, menilai banyak masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi atau transportasi online.
Menurut dia, waktu tempuh yang lebih lama dibandingkan kendaraan pribadi atau online menjadi salah satu alasan masyarakat enggan menggunakan Bus Trans Batam.
“Mungkin karena waktu tempuhnya Trans Batam juga terbilang lama, seperti dari Sekupang ke Batam Centre bisa mencapai 45 menit hingga 1 jam. Sementara kalau pakai kendaraan pribadi atau online, dapat ditempuh 20 sampai 25 menit,” terang Syarif.
Kepala Dinas Perhubungan Batam Salim mengatakan, kualitas transportasi umum di Batam memang butuh ditingkatkan, tetapi terbentur prioritas anggaran.
”Armada yang dimiliki saat ini hanya 62 unit Trans Batam, dan kondisi kendaraan 60-85 persen masih layak operasi, namun dibutuhkan perawatan tinggi,” kata Salim.
Idealnya, kondisi kendaraan atau lama waktu pakai untuk satu kendaraan hanya 5 tahun dan setelah itu wajib diganti.
”Armada yang ada saat ini diproduksi tahun tinggi atau sejak tahun 2014, artinya sudah 9 tahun, sudah tua, kalau masih 5 tahun itu bagus. Makanya apa yang rusak kami perbaiki,” ungkap Salim.
Dia berharap, adanya sewa layanan bus dari pihak swasta untuk memenuhi kebutuhan transportasi di Batam.
Dalam beraktivitas, sebagian besar warga Jambi memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum, seperti Trans Siginjai.
Kualitas layanan bus berkapasitas 20 tempat duduk ini dinilai belum maksimal. Misalnya, kedatangan bus yang tak sesuai jadwal dan posisi real-time bus yang hanya bisa diakses melalui grup WhatsApp Trans Siginjai.
Saat ini hanya ada 10 armada bus Trans Siginjai. Salah satu sopir bus, Asep Masuji mengatakan, lima bus melayani koridor Sijenjang-Pijoan dan sisanya koridor Bandara-Sengeti dan Bandara-Candi.
Soal keterlambatan bus, Asep menuturkan, biasanya disebabkan macet atau terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Jambi.
Pernyataan Asep ini pun dibenarkan salah satu penumpang Bus Trans Siginjai, Salsabila, saat ditemui pada awal November lalu.
Ia mengatakan, banyak mahasiswa tidak melirik bus Siginjai meski tarifnya hanya Rp 5.000. Ini disebabkan jadwal bus sering berubah dan kadang terjebak kemacetan.
Akhirnya, mahasiswa lebih memilih ojek daring atau kendaraan pribadi.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jambi Madian menuturkan, jumlah penumpang setelah pandemi mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah armada.
Angkutan umum milik Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi tutup. Jumlah angkot yang awalnya ribuan kini tak sampai seratus.
Dia tak menutup mata atas banyaknya persoalan trans Siginjai yang menurunkan jumlah penumpang, seperti kelangkaan BBM dan kemacetan.
“Kita berharap pemerintah melalui Pertamina itu memudahkan bus angkutan umum mendapatkan BBM. Jadi mereka tidak perlu antrean yang membuat keterlambatan,” kata Madian.
Sementara di Aceh, bus Trans Koetaradja atau Trans-K yang melayani Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, masih jadi andalan mahasiswa.
Selain gratis, bus Trans-K menyediakan jalur kampus Universitas Syiah Kuala dan UIN Arraniry.
Pada Sabtu (4/11/2023), Kompas.com melakukan perjalanan dengan bus Trans Koetaradja jurusan Pusat Kota-Darussalam. Penumpang didominasi oleh kalangan mahasiswa.
Alda Mawaddah, salah satu mahasiswa FMIPA Unsyiah mengatakan, bus Trans Koetaradja menjadi moda transportasi andalannya saat kuliah kerja praktik di Dinas SDM Aceh.
Hal senada disampaikan Cica Manisa, mahasiwa yang tinggal di Darussalam. Ia mengatakan, Trans Koetarajda menjadi andalannya saat bepergian ke Pasar Aceh.
Bus yang resmi beroperasi pada 2 Mei 2016 ini disebut menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan di Banda Aceh.
Selain itu, bus Trans-K juga terhubung dengan simpul transportasi ke Bandara Sultan Iskandar Muda dan Pelabuhan Ulee Lheue.
Bus ini juga menjadi andalan masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata di Banda Aceh dan Aceh Besar melalui program Trans Wisata.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal mengatakan, awalnya hanya ada satu koridor dengan jumlah armada 25 unit yang melayani penumpang dari pusat kota (Masjid Raya) tujuan Kampus Darussalam.
Kemudian, armada bus terus bertambah. Saat ini ada enam koridor utama dan lima koridor feeder atau pengumpan dengan total armada 59 bus Trans Koetaradja.
Faisal menuturkan, kini jumlah penumpang yang mengandalkan bus Trans-K ke berbagai pusat aktivitas di Banda Aceh dan Aceh Besar meningkat.
Di Jawa, ada beberapa angkutan umum yang dijajal Kompas.com, yakni angkot di Serang dan Kabupaten Bandung, Trans Metro Pasundan di Bandung, Batik Solo Trans, dan Trans Jogja.
Angkutan kota (angkot) di Kota Serang, Banten, berusaha tetap bertahan di tengah beragam moda transportasi berbasis online.
Para sopir memilih menggunakan pola lama dengan mengelilingi kota mencari penumpang, tanpa beralih menggunakan teknologi.
Kurtubi (52), sopir angkot trayek 02, mengaku berusaha bertahan karena tidak ada pilihan pekerjaan lain.
"Sudah tujuh tahun jadi supir angkot, dari hari ke hari pendapatan terus berkurang. Semenjak ada taksi online, ojek online," kata Kurtubi, kepada Kompas.com, Kamis (9/11/2023).
Tak hanya moda transportasi berbasis online, saingan Kurtubi dan sopir angkot lainnya yakni kendaraan pribadi.
Saat ini, masyarakat yang ingin membeli kendaraan pribadi sangat dipermudah, sehingga kendaraan umum seperti angkot makin ditinggalkan.
Akhirnya, untuk mengejar setoran, sopir angkot di Serang melaju tak sesuai trayek.
Angkot Kabupaten Bandung
Mahalnya harga BBM dan sepi penumpang merupakan persoalan yang selalu membayangi Aep Rahmat (58), sopir angkot jurusan Leuwi Panjang-Soreang.
Dahulu, angkot memang menjadi andalan warga Kabupaten Bandung, terutama warga Soreang yang ingin pergi ke Kota Bandung.
Dalam sehari, Aep biasa menjalankan angkot tiga rit atau tiga kali pulang pergi Leuwi Panjang-Soreang atau setara perjalanan Bandung-Jakarta menggunakan mobil.
"Dulu setoran Rp 150.000 satu rit, kalau di kali tiga sudah Rp 450.000, sekarang jauh sekali," ujar Aep.
Saat ini, para sopir angkot Leuwi Panjang-Soreang dibebankan setoran Rp 80.000 per hari. Namun, jumlah tersebut kini sulit didapatkan.
"Sekarang kadang satu rit Rp 40.000, belum bensin Rp 20.000 paling sedikit. Kalau mau aman ya harus dapat Rp 120.000, tapi kita enggak dapat keuntungan," ucap Aep.
"Aman banget ya lebih dari segitu, Rp 150.000 atau Rp 200.000, tapi susah banget dapat segitu," tutur dia.
Jika hari ini sopir angkot tak mencapai target, artinya besok harus bayar utang atau nombok. Tak jarang, para sopir mengeluhkan jumlah pendapatan yang tak menentu.
Selain angkot, Bandung juga memiliki Trans Metro Pasundan (TMP) yang menjadi favorit para pelajar.
Sebab, tarif yang berlaku bagi pelajar sebesar Rp 2.000 dirasa lebih terjangkau. Seperti yang disampaikan Irzi Alfarizi, pelajar kelas 11 SMA, saat ditemui di TMP, Senin (6/11/2023).
"Tarif bus DAMRI Rp 13.000. Bus TMP lebih murah, hanya Rp 2.000. Naik bus ini (TMP) sejak tahun 2022, setelah diberitahu oleh orangtua, katanya lebih murah," kata dia.
Tak banyak perbedaan yang mencolok antara bus TMP dan DAMRI, baik dari segi waktu tempuh, jarak, fasilitas, dan lainnya.
Akan tetapi, Irzi merasa lebih nyaman saat menggunakan bus TMP karena armadanya terbilang masih baru.
"Lebih nyaman ini (TMP). Kalau faktor jalan sama saja karena yang dilalui jalannya sama. Tapi yang paling beda harganya sangat terjangkau dan tidak membebani," ujarnya.
Jika tarif pelajar Rp 2.000, untuk penumpang umum dikenai tarif Rp 4.900.
Khusus koridor 4 dengan rute Leuwipanjang-Dago, dilayani dengan bus listrik yang mengaspal pada 6 November lalu. Ada tujuh bus listrik yang melayani rute ini.
Sama seperti bus TMP lainnya, pembayaran menggunakan metode non-tunai atau cashless.
Tarif pun sama, yakni Rp 4.900 untuk umum, khusus pelajar maupun mahasiswa, lansia dan penyandang disabilitas sebesar Rp 2.000 per orang, baik jauh maupun dekat.
Bus listrik TMP ini sempat beroperasi pada 24-31 Desember 2022. Setelah itu, keberadaan moda transportasi massal ini dihentikan.
Bus ini bekas digunakan pada perhelatan G-20 di Bali pada November 2022. Kemudian dihibahkan untuk menambah armada koridor empat TMP.
Pada Kamis (9/11/2023), Kompas.com sempat menjajal bus listrik TMP dari halte Jalan Wastukencana, Kota Bandung menuju Terminal Leuwipanjang. Total waktu tempuh yakni 1,5 jam.
Ada 17 kursi berwarna biru untuk penumpang umum dan dua kursi merah untuk penumpang prioritas. Ada pula lima pegangan untuk penumpang yang berdiri.
Selama perjalanan, tidak terdengar suara deru mesin yang dihasilkan seperti kendaraan bertenaga diesel. Bahkan, getaran mesin bus berwarna dominan biru ini nyaris tak terasa.
Di ujung masa pemerintahan Gubernur Ridwan Kamil, transportasi umum di Bandung Raya menjadi perhatian publik.
Pengamat dan pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono menyebutkan, transportasi massal di Bandung Raya tidak dikelola dengan baik kendati beragam.
Menurut dia, seluruh transportasi publik belum terintegrasi. Hal inilah yang berpengaruh pada rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.
"Transportasi massal di Bandung tidak baik-baik saja. Bandung punya jaringan angkutan umum cukup baik. Ada DAMRI, Trans Metro Bandung (TMB), Trans Metro Pasundan (TMP), bus wisata dan lainnya. Dari semua itu tidak terintegrasi dan tidak dijalankan dengan baik, hanya sekedar ada," kata Sony.
Selain itu, ia menyoroti fasilitas pendukung seperti halte yang kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak sedikit, halte di Kota Bandung yang terbengkalai hingga rusak parah.
"Sudah tidak terintegrasi, tidak di-support juga fasilitas lain. Sehingga masyarakat menjadi enggan pakai transportasi massal," ucap Sony.
Sony menekankan soal tujuan transportasi massal untuk mengurangi beban kemacetan di Bandung Raya yang kian parah. Akan tetapi, menurut dia, upaya itu hanya menjadi cita-cita tanpa ada realisasi program yang efektif.
Sony berpandangan, hal utama yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki transportasi massal yang sudah ada. Dengan begitu, masyarakat secara bertahap akan beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
"Mengurangi kemacetan adalah dengan menggunakan angkutan umum. Masyarakat di perkotaan diberi alternatif kalau macet gunakan angkutan umum," tambah Sony.
Sony juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan re-routing jalur transportasi massal. Sebab, rute yang tersedia hanya menumpuk di satu koridor saja.
"Yang ada dimaksimalkan, lalu re-routing kalau angkutan umum di Kota Bandung numpuk di satu koridor saja dan tidak menjangkau ke pelosok," ungkap Sony.
"Re-routing sesuatu yang bisa dilakukan tanpa jadi beban anggaran. Setelah itu edukasi masyarakat gunakan angkutan umum. Dua hal tersebut yang bisa dilakukan dengan mudah," kata dia.
Sony menuturkan, pemerintah daerah harus konsisten dalam membangun dan menjalankan transportasi massal. Ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjadikan angkutan umum sebagai pilihan utama masyarakat.
"Kalau diberikan alternatif secara psikologis, masyarakat akan nyaman. Banyak pengambil keputusan di Jawa Barat berpikir untuk menghilangkan kemacetan. Kemacaten tidak bisa dihilangkan karena bagian dari dinamika perkotaan, yang bisa dilakukan mengendalikan kemacetan," ucap Sony.
Batik Solo Trans (BST) menjadi transportasi publik yang murah dan diandalkan oleh warga Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng).
BST memiliki enam koridor dan terintergrasi ke wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
Bus berwarna merah dengan ornamen Wayang itu, sangat dinantikan oleh para pelajar, lansia, masyarakat umum, hingga kelompok penyandang disabilitas.
Tarif BST cukup terjangkau dan berbagai kategori setiap naik, yakni, pelajar-mahasiswa Rp 2.000, lansia Rp 2.000, penumpang umum Rp 3.700.
Sementara, kelompok penyandang disabilitas tidak dikenakan tarif.
Hanya melalui tap kartu e-money dan QRIS, warga bisa langsung masuk dan duduk dibangku bus yang melaju cukup stabil.
Namun, bagi lansia, pembayaran menggunakan kartu e-money dan barcode merupakan hal yang cukup menyulitkan.
Bus Trans Jogja merupakan upaya Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menekan angka kemacetan. Namun, transportasi ini belum menjadi andalan masyarakat.
Menurut pengemudi, penumpang bus Trans Jogja hanya ramai di jam-jam tertentu, misalnya saat jam berangkat sekolah atau pulang sekolah. Sedangkan pada jam tanggung, seperti pukul 10.00 WIB, bus cenderung sepi.
Benar saja, ini yang dirasakan Kompas.com saat melakukan perjalanan dari SMAN 1 Yogyakarta ke taman parkir Ngabean. Jumlah penumpang yang naik dan turun sangat sedikit.
Ayu, warga Kota Yogyakarta, mengaku belum mau berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Salah satu alasannya, rute bus yang memutar terlalu jauh dan memakan waktu tempuh jauh lebih lama.
Namun, menurut Manajer Operasional PT AMI Wahyu Saktiaji, Trans Jogja justru menjadi moda transportasi andalan masyarakat penglajon, yakni warga yang tinggal di Yogyakarta tetapi bekerja di luar daerah, seperti Solo dan sekitarnya.