JEO - Tokoh

Profil Ganjar Pranowo

Jumat, 11 Juni 2021 | 08:00 WIB

Tak Ingin Tercerabut dari Akar

 

Masa lalu, meski susah, adalah sumber inspirasi hari ini. Maka, jangan sampai tercerabut darinya. 

Apalagi, dari peristiwa berikut orang-orang yang mewariskan kebaikan.

 

Tak ingin tercerabut dari akar. Itulah prinsip hidup yang dipegang teguh oleh Ganjar Pranowo.

Masa lalu, entah baik dan buruk atau gembira dan mengecewakan, merupakan tempaan yang membentuk seorang Ganjar Pranowo hari ini.

Tak heran, di posisinya saat ini, ia selalu merawat silaturahim dengan orang-orang di masa lalunya.

Dalam wawancara khusus dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, beberapa waktu lalu, Ganjar bercerita pertemuannya dengan salah seorang guru SD-nya bernama Wagiyo pada Lebaran 2019 silam.

“Beliau ini seinget saya waktu saya SD ini juga segitu (sama). Awet muda, luar biasa hebat,” tutur Ganjar.

Ia pun berniat memberikan hadiah untuk Pak Wagiyo. Uang tunai adalah hadiah yang menurut Ganjar saat itu pemberian paling sederhana.

Namun, rupanya penilaian Ganjar salah.

 “Saya kasih (uang) itu (Pak Wagiyo) menolak, menangis dan saya dipeluk,” tutur Ganjar.

“Aku ora butuh dhuwit,” lanjut dia meniru gaya bicara Pak Wagiyo.

Hati Ganjar semakin tertusuk ketika Pak Wagiyo tidak memanggil Ganjar dengan sapaan ‘Njar’, seluwes ketika SD terdahulu.

Pak Wagiyo memilih memanggil ‘Pak Gub’ dengan sedikit membungkukkan badan serta mengatupkan kedua tangan di dada.

“Ini guru saya, tapi kok sama saya gini-gini (mengatupkan kedua tangan di dada sembari membungkuk) ya. Wah itu makjleb rasanya,” tutur Ganjar.

Ia kemudian menghaturkan maaf kepada Pak Wagiyo. Ia menjelaskan bahwa hadiah itu semata-mata merupakan tanda terima kasih untuk seorang guru. Mohon maaf bila Pak Wagiyo tersinggung.

Momen yang terjadi setelahnya membuat Ganjar semakin teguh atas prinsip tak mau tercerabut dari akarnya.

Pak Wagiyo malah menuliskan puisi dan tembang untuk Ganjar. Puisi dan tembang berisi pesan moral dari orangtua untuk anaknya agar baik hidupnya.

“Lagu wong urip, sing hati-hati, wah kayak orangtua. Itu hebat,” kenang Ganjar.

Ia tak ingin tercerabut dari kebaikan-kebaikan seperti ini.

 

Anda dapat memilih menu bacaan dengan mengklik judul di bawah ini:

Video wawancara

Sekilas tentang Ganjar

Diplomasi kaos

Arah 2024

Penuturan Ganjar selengkapnya dapat anda tonton dalam video berikut ini:

Sekilas tentang Ganjar

Ganjar Pranowo lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 28 Oktober 1968. Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Sang ibu, Sri Suparni adalah ibu rumah tangga. Sementara sang ayah S. Pamudji (alm) merupakan polisi yang pernah menjalankan operasi penumpasan PRRI/Permesta.

Ganjar yang merupakan anak kelima dari enam bersaudara sebenarnya memiliki nama lahir Ganjar Sungkowo. Artinya ‘hadiah sang pencipta atas kesusahan/kesedihan’.

Nama itu diberikan karena keluarganya berada dalam masa sulit ketika mengandung Ganjar.

Memasuki masa sekolah, orangtua mengubah namanya. Mereka takut hidup Ganjar ke depan justru akan berkubang dalam kesusahan/kesedihan.

Maka, dinamailah Ganjar Pranowo.

Foto lawas keluarga Ganjar Pranowo.
Twitter Ganjar Pranowo
Foto lawas keluarga Ganjar Pranowo.

Usai menamatkan SD dan SMP di Kutoarjo, Ganjar berpindah ke Yogyakarta. Di sana, ia mengenyam pendidikan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta.

Di sana pula, Ganjar melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Di kampus biru inilah Ganjar mulai aktif dalam pergerakan mahasiswa yang pada saat itu gencar menentang rezim otoriter Orde Baru.

Pilihannya untuk bergabung ke Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) membawanya ke Jakarta dan kelak mengenalkannya dengan Megawati Soekarnoputri, salah satu simbol perlawanan terhadap pemerintahan Soeharto.

Sempat bekerja di beberapa perusahaan swasta, Ganjar akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik dengan masuk sebagai kader PDI (sebelum PDI Perjuangan).

Di partai berlambang banteng tersebut, Ganjar kian menekuni petualangan di dunia politik.

Pada tahun 2004, ia mendaftarkan diri menjadi calon anggota legislatif dari PDI Perjuangan. Namun, ia tidak meraup cukup suara.

Namun, Ganjar tetap menjadi anggota DPR RI untuk menggantikan rekan separtainya yang ditugaskan Megawati menjadi duta besar.

Pada Pemilu 2009, Ganjar terpilih menjadi wakil rakyat bersumber dari suara di daerah pemilihannya dan ditempatkan di Komisi II DPR RI.

Pada tahun 2013, Ganjar Pranowo maju dalam Pilkada Jawa Tengah dan memenangkannya bersama wakil Heru Sudjatmoko.

Lima tahun kemudian, ia kembali terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah. Kali ini pendampingnya adalah Taj Yasin Maimoen, putera dari ulama kharismatik Nahdlatul Ulama di Jawa Tengah, Maimun Zubair.

Keduanya menjadi komando pembangunan di Jawa Tengah hingga hari ini.

Profil Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho untuk program Beginu di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/4/2021).
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho untuk program Beginu di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/4/2021).Diplomasi kaos

Diplomasi kaos

Bila diperhatikan, Ganjar akrab dengan kaos oblong. Sejumlah kegiatannya, bahkan yang berhubungan dengan kerja kepala daerah, dilalui dengan menggunakan kaos oblong.

Kaos oblong yang dikenakan pun biasanya bertuliskan kalimat dalam bahasa Jawa.

Contohnya seperti yang dikenakan saat menjalani wawancara di ‘Beginu’.

Kaos oblong hitamnya tertulis, ‘pit-pitan ben ora penyakitan’, sebuah kalimat dalam bahasa Jawa yang memiliki arti ‘bersepeda biar tidak penyakitan’.

Beberapa waktu lalu, Ganjar juga pernah tertangkap kamera pewarta saat sedang mengenakan kaos oblong bertulis, ‘ora salaman tetap seduluran’ yang memiliki arti ‘tidak salaman tetap bersaudara’ dan ‘nyedak keplak’ (ditampar kalau mendekat).

Sederet kalimat yang tertulis di kaosnya rupanya bukan tanpa tujuan.

Ia ingin menyampaikan sebuah pesan penting dengan cara yang sederhana. Ya, sesederhana tulisan di kaosnya itu.

"Diplomasi kaos oblong itu menurut saya paling menarik"

Ganjar Pranowo

Kalimat ‘Pit-pitan ben ora penyakitan’ misalnya. Ia mengampanyekan untuk berolahraga agar sehat jasmaninya.

Contoh lain, yakni ‘ora salaman tetap seduluran’. Ganjar ingin mengampanyekan betapa pentingnya kita menjaga jarak satu sama lain di masa pandemi Covid-19 ini.

Bagi Ganjar, menyampaikan pesan melalui tulisan di kaos oblong lebih efektif ketimbang melalui pidato di atas panggung.

"Diplomasi kaos oblong itu menurut saya paling menarik," ucap Ganjar.

Selain efektif sebagai media kampanye, Ganjar menilai, diplomasi kaos oblong yang diterapkannya juga berguna untuk membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Dari kaos yang dikenakan kemudian terpublikasi secara luas melalui media sosial, Ganjar menyebut, banyak orang yang kemudian tertarik membeli. Dari situlah Ganjar menghubungkan langsung dengan pihak pembuat kaos.

Bahkan, Ganjar tak mempermasalahkan bila kaos-kaosnya itu dijiplak dan diperbanyak oleh orang lain.

"Saya suruh jiplak aja banyak-banyak. Kan ngasih rezeki orang. Saya juga enggak jualan. Saya cuma ngasih ide aja, kalian yang jualan," ujar Ganjar.

Semangat Ganjar menghidupkan UMKM tak terbatas pada kaos saja. Ia diketahui juga aktif mempromosikan berbagai produk UMKM melalui media sosialnya.

Di Instagram, kita bisa menemukan salah satu akun dengan nama pengguna @lapak_ganjar yang mempromosikan berbagai produk UMKM lainnya, mulai dari kue kering, ikan hias hingga kerajinan tangan.

Tak sekedar mempromosikan, Ganjar juga acapkali memborong produk-produk UMKM yang ada. Barang-barang yang ia beli itu kemudian ia bagi-bagikan lagi ke masyarakat.

Kebiasaan Ganjar ini sama seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo.

Menurut Ganjar, Presiden Jokowi juga punya kebiasaan memborong produk UMKM untuk dibagikan lagi ke masyarakat.

Bahkan, kata Ganjar, kursi di baris belakang mobil kepresidenan ketika kunjungan ke daerah selalu penuh dengan berbagai produk UMKM.

"(Ganjar bertanya ke Jokowi) Pak, kenapa Bapak begini (membagikan barang)? (Jokowi menjawab) orang kan seneng. Oh, sama pikirannya," tutur Ganjar menceritakan percakapannya saat semobil dengan Presiden Jokowi.

 Presiden Jokowi membagikan kaos dan buku usai keluar dari lokasi groundbreaking Rusunawa, Kelurahan Gedanganak, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Rabu (29/4/2015) siang.
kompas.com/ syahrul munir
Presiden Jokowi membagikan kaos dan buku usai keluar dari lokasi groundbreaking Rusunawa, Kelurahan Gedanganak, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Rabu (29/4/2015) siang.

Arah 2024

Nama Ganjar Pranowo selalu masuk survei elektabilitas.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya. Pada Februari 2021 lalu, merilis elektabilitas Ganjar berada di angka 10,6 persen dari 1.200 responden.

Urutan pertama ditempati Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan 22,5 persen. Sementara di bawah Ganjar ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 10,2 persen.

Pada Maret 2021, lembaga Survei Indikator Politik Indonesia juga merilis survei elektabilitas terhadap 1.200 responden.

Hasilnya, urutan pertama ditempati Anies Baswedan dengan 15,2 persen disusul nama Ganjar dengan 13,7 persen dan urutan ketiga ditempati Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan 10,2 persen.

Ketua Umum Partai  Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri melambaikan tangan saat berfoto bersama dengan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko (berbaju putih), pasangan calon gubernur/wakil gubernur yang diusung PDI-P, Minggu (14/4/2013). Sebelumnya digelar deklarasi di Stadion Manahan, Solo yang dihadiri kepala daerah dari 17 kabupaten/kota di Jawa Tengah selain fungsionaris DPP, seperti Puan Maharani dan Tjahjo Kumolo serta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
KOMPAS/SRI REJEKI
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri melambaikan tangan saat berfoto bersama dengan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko (berbaju putih), pasangan calon gubernur/wakil gubernur yang diusung PDI-P, Minggu (14/4/2013). Sebelumnya digelar deklarasi di Stadion Manahan, Solo yang dihadiri kepala daerah dari 17 kabupaten/kota di Jawa Tengah selain fungsionaris DPP, seperti Puan Maharani dan Tjahjo Kumolo serta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Baca juga: https://nasional.kompas.com/read/2021/06/09/09451171/pilpres-2024-dan-kasak-kusuk-koalisi?page=all 

Tiga bulan setelahnya, giliran Charta Politika yang merilis hasil survei elektabilitas.

Posisi pertama yang disebut memiliki elektabilitas paling tinggi yakni Prabowo Subianto dengan 17,5 persen.

Sementara Ganjar menempati posisi kedua dengan 15,9 persen dan Anies Baswedan pada posisi ketiga dengan 15 persen.

"Kalau amanah itu kamu dapatkan, kamu harus kerjakan dengan baik"

Ganjar Pranowo

Sederet survei elektabilitas ini mau tidak mau menyeret nama Ganjar ke pusaran polemik siapa yang akan dijagokan dalam Pilpres 2024 mendatang.

Mengenai arah di 2024, Ganjar mengingatkan bahwa dirinya adalah kader PDI Perjuangan.

Oleh sebab itu, keputusan apakah dirinya akan dijagokan atau tidak dalam Pilpres 2024 bergantung pada ketua umum partai.

"Saya orang partai, jadi keputusannya ada di ketua umum,” ujar Ganjar.

Tidak akan pernah Ganjar melangkahi itu. 

Soal dirinya yang selalu masuk ke tiga besar sebagai tokoh dengan elektabilitas tertinggi, Ganjar tidak mau ‘geer’ alias gede rasa.

Meski demikian, Ganjar menegaskan bahwa dirinya memegang teguh pesan sang ayah jauh sebelum ia berada di posisi saat ini.

Sang ayah berpesan agar Ganjar tidak berambisi mengejar jabatan. Namun, bila amanah diberikan kepadanya, maka jalankanlah amanah tersebut sebaik-baiknya.

"Tapi sewaktu ketika kalau amanah itu kamu dapatkan kamu harus kerjakan dengan baik," ujar pria 52 tahun itu.

Tidak akan pula Ganjar meninggalkan pesan itu.