JEO - Insight

Ayo Nabung Saham...

Jumat, 6 Agustus 2021 | 13:05 WIB

CAROLINE (20) kini tidak bisa jauh dari ponselnya. Setiap pagi, siang dan malam, ia rutin membuka aplikasi saham yang tengah digandrunginya sejak awal Maret 2021 lalu.

Mahasiswa semester 5 bidang studi psikologi di salah satu universitas negeri di Jawa Barat itu hanya ingin mengecek tiga hal tentang saham yang telah ia beli.

Apakah untung? Atau justru merugi? Dan emiten mana yang kira-kira berpeluang menguntungkan di kemudian hari.

“Gue pernah ikutin saran influencer di Instagram. Eh enggak tahunya rugi, sampai Rp 2 juta. Ya, untuk mahasiswa kayak gue itu rugi gede kan,”

-Caroline-

“Kadang-kadang, gue juga nontonin influencer yang rekomendasi, 'emiten ini bagus nih guysbla bla bla'. Nah, gue ikutan beli tuh,” ujar Caroline saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu 4 Agustus 2021.

Harapannya tentu ‘cuan’. Meski, ia mengaku, tak berani menggelontorkan banyak uang untuk saham emiten rekomendasi influencer.

Sebab, Caroline merasa masih belajar menginvestasikan uangnya di dunia saham.

Berbekal informasi dari beberapa anggota keluarganya yang sudah lebih dahulu bermain saham dan sedikit dari media sosial, ia tidak ingin terlalu ‘ngoyo’ menginvestasikan uang tabungannya.

Apalagi, ia pernah merugi karena mengikuti rekomendasi salah satu artis dengan jumlah pengikut di media sosial yang banyak.

“Gue pernah ikutin saran influencer di Instagram. Eh enggak tahunya rugi, sampai Rp 2 juta. Ya, untuk mahasiswa kayak gue itu rugi gede kan,” ujar Caroline.

“Makanya gue kalau beli, sedikit aja dan enggak sering-sering transaksi. Yang penting tiap bulan ada dan terus dipantau,” lanjut wanita yang mengaku telah menginvestasikan lebih dari Rp 10 juta di bursa saham itu.

 

Investasi saham memang sedang nge-tren di Indonesia. Pelakunya sebagian besar tidak lain adalah generasi Y dan Z.

Tren ini membuat pasar saham didominasi oleh investor domestik. Porsinya bahkan yang terbanyak setelah sekian tahun.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 22 Februari 2021, total investor keseluruhan pasar modal mencapai 4,4 juta. Terjadi peningkatan 13 persen dibandingkan akhir 2020.

Adapun, spesifik  jumlah investor saham meningkat 18 persen (year to date/ytd) menjadi sebanyak 2,01 juta. Caroline dalam cerita di awal adalah salah satunya.

Baca juga: Minat Milenial Berinvestasi Naik di Tengah Pandemi, Kok Bisa?

Seperti cerita Caroline di atas, banyak pula investor muda yang merugi setelah berinvestasi di pasar saham.

Kerugian sebagian dari mereka kian menyesakkan lantaran uang yang digunakan berinvestasi adalah uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari alias ‘uang panas’.

Ada pula ada yang nekat menggunakan biaya sekolah atau kuliah.

Harapan untuk melipatgandakan uang pun pupus. Yang terjadi justru sebaliknya. Bahkan, tak sedikit yang terperosok ke dalam lubang utang.

Ilustrasi gen Z dan milenial
FREEPIK
Ilustrasi gen Z dan milenial

Peristiwa-peristiwa nyata itu semestinya membangun kesadaran pada diri kita bahwa yang namanya investasi tidak bisa sembarangan dan butuh ilmu yang mumpuni. Berinvestasi harus memiliki tujuan keuangan tertentu, bukan hanya ikut-ikutan tren semata.

Ingat pula, investasi bukan hanya tentang untung. Keuntungan selalu beriringan dengan kerugian. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, semakin besar pula risikonya.

Mari belajar bermain saham…

 

Anda dapat membaca artikel ini secara runut atau bisa langsung memilih topik yang Anda cari. Berikut ini pilihan menunya: 

Kenali Keuntungan dan Risiko Nabung Saham   ♦   Persiapan Nabung Saham   ♦   Cara Mengalokasikan Dana untuk Nabung Saham   ♦   Penyebab Naik Turunnya Harga Saham   ♦   Jangan Tergiur Pompom Saham!   ♦   Kenali Istilah dalam Pasar Saham   ♦   Dos dan Don'ts dalam Nabung Saham   ♦   Investasi Saham = Judi?   ♦   Cara Membuka Rekening Saham

 Kenali keuntungan dan risiko nabung saham 

BEI telah menyebutkan, imbal hasil saham memang masih lebih tinggi daripada instrumen investasi lainnya.

Namun, semakin tinggi imbal hasilnya, maka semakin besar pula risikonya.

Bagi investor pemula, ada baiknya kenali terlebih dahulu keuntungan dan risiko dari menabung saham.

Baca juga: 5 Kesalahan Umum Saat Berinvestasi

Simak dalam infografik berikut ini:

Dengan memperhatikan keuntungan dan risiko di atas, apakah Anda mulai tertarik berinvestasi di saham?

Bila masih tertarik, pastikan juga perusahaan sekuritas yang Anda pilih telah berizin di OJK.     

 Persiapan menabung saham 

Bagi Anda investor pemula, ada banyak persiapan dan tata cara berinvestasi saham agar mencapai keuntungan maksimal.

Mari kita ulas satu-persatu persiapan yang diperlukan.

Buku dan artikel online yang memuat informasi saham bisa dijadikan bahan bacaan.

Ada banyak informasi berguna mengenai pasar modal yang bisa Anda temukan, sehingga pemahamanmu tentang saham bisa bertambah.

Anda bisa memilih situs online tepercaya yang menyediakan beragam artikel saham berkualitas dan akurat sebagai bahan bacaan.

Seminar saham bisa menjadi tempat yang tepat untuk menimba ilmu tentang saham.

Anda juga bisa mengikuti Sekolah Pasar Modal yang diadakan di kantor pusat BEI, Jakarta ataupun kantor perwakilan di beberapa kota lainnya.

Demikian juga dengan bergabung pada komunitas dengan minat sama dalam investasi saham, di mana Anda bisa sharing informasi terkait dengan saham.

Dengan mengikuti simulasi saham secara online di beberapa perusahaan sekuritas, Anda bisa melihat bagaimana dan seperti apa investasi saham itu dijalankan.

Dengan begitu, Anda memiliki gambaran cara bermain saham, sebelum benar-benar terjun di pasar modal.

Investor sukses tentu punya banyak pengalaman terkait investasi yang dijalankan. Anda bisa mendapatkan banyak ilmu dalam menjalankan investasi saham.

Anda juga perlu mencermati cara pandang mereka ketika mengambil keputusan dalam berinvestasi.

Meskipun perusahaan sekuritas menyediakan informasi terkait perkembangan pasar saham terkini, Anda juga perlu membaca sumber berita lainnya sebagai referensi.

Wawasanmu tentang saham pasti akan bertambah, termasuk kemampuan dalam memprediksi pasar.

Setelah memahami teori, mulailah membuka akun di perusahaan sekuritas.

Pastikan Anda memilih perusahaan sekuritas tepercaya dengan fasilitas pendukung yang memadai, sehingga mudah untuk mengakses layanan trading yang mereka sediakan.

 Cara mengalokasikan dana untuk menabung saham 

Sebelum beranjak lebih jauh untuk menabung saham, Anda perlu mengetahui lebih lanjut tujuan menabung saham dan cara mengalokasikan dana.

Persiapan ini diperlukan agar tak salah kaprah menggunakan uang “panas” untuk menabung saham.

Baca juga: Minat Investasi Saham? Simak 3 Tipe Investor Ini

Simak infografik berikut ini: 

Bila poin-poin ini sudah Anda penuhi dan pahami, tidak ada lagi alasan untuk menunda investasi saham.

 

 Penyebab naik turunnya harga saham 

Sebelum mulai nyemplung ke pasar saham, ada baiknya Anda memahami bagaimana indeks bisa mengalami kenaikan dan penurunan.

Naik turunnya harga saham di pasar modal merupakan hal yang lumrah terjadi. Sebab, saham bersifat fluktuatif, bisa naik atau turun sama halnya dengan harga barang atau komoditi di pasar.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, ada banyak hal yang bisa mendorong pergerakan pasar saham, salah satunya adalah sentimen.

"Kalau untuk pergerakan market sangat dipengaruhi oleh demand dan supply. Demand dan supply dipengaruhi oleh sentimen,” kata  Nafan.

Baca juga: Sebelum Berinvestasi Saham, Ketahui Faktor yang Bisa Menggerakkan Indeks

Media masa sebagai garda terdepan dalam penyebaran informasi sangat mempengaruhi sentimen pasar modal.

"Kalau untuk pergerakan market sangat dipengaruhi oleh demand dan supply. Demand dan supply dipengaruhi oleh sentimen.” 

-Nafan Aji-

Jika sentimen yang diberitakan media masa positif, maka ada potensi pasar akan mengapresiasi yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Ketika pasar atau indeks bergerak negatif, bisa saja yang sedang terjadi adalah aksi profit taking atau ambil untung investor.

Dalam posisi ini, investor cenderung melakukan akumulasi beli bertahap sembari menunggu sentimen positif yang mendorong market bullish.

Pola harga saham cenderung lebih stabil dan dapat dilacak dari waktu ke waktu.

Menurut Nafan, beberapa sentimen yang umum mempengaruhi penurunan apresiasi market juga termasuk pada aksi korporasi, laporan kinerja, kasus, kenaikan atau penurunan harga komoditas, dan intervensi pemerintah.

Namun demikian, tidak semua harga saham emiten bisa terpengaruh dengan pergerakan harga komoditas.

Mengutip dari laman sikapiuangmu.ojk.go.id, naik turunnya harga saham juga digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.

Jika permintaan tinggi, maka harga akan naik. Sebaliknya, jika penawaran tinggi, maka harga akan turun.

Baca juga: Jangan Langsung Baper, Begini Tips Investasi Saham saat Harganya Rontok

Secara umum, ada beberapa faktor yang memengaruhi naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Faktor-faktor itu diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaan.

Berikut ini rangkuman faktor yang bisa mempengaruhi naik turunnya harga suatu saham: 

 Jangan tergiur pompom saham! 

Jumlah investor ritel, khususnya dari kalangan muda terus mengalami peningkatan sejak tahun lalu.

Berdasarkan catatan BEI, per 29 Januari 2021, investor usia muda atau di bawah 40 tahun mencapai 1,3 juta atau 75 persen dari total investor domestik.

Sebagai investor pemula, Anda perlu kesadaran penuh untuk memilih saham apa yang akan dibeli.

Jangan sampai terpengaruh orang lain hanya karena melihat 'cuan'-nya besar, tapi ternyata zonk kemudian.

Jika salah langkah, bukannya untung, malah buntung.

Dalam dunia persahaman, dikenal istilah pompom saham, yang belakangan banyak dibicarakan kalangan ekspertis hingga jejaring pertemanan di media sosial.

 

Apa itu pompom saham?

Pompom saham identik dengan saham “gorengan” alias saham berkualitas rendah yang dipompa oleh bandar saham sehingga harganya naik berkali-kali lipat.

Naiknya harga secara drastis ini tampak menggiurkan seolah menjanjikan keuntungan dalam waktu singkat.

Wajar saja, banyak investor pemula yang terjebak membeli saham tersebut.

Sang bandar saham ini biasanya mengajak orang-orang untuk membeli saham dengan membangun opini publik bahwa emiten tersebut memiliki kesan bagus. Bandar saham bisa dari berbagai kalangan, mulai dari perusahaan hingga artis/influencer.

Baca juga: Simak, 3 Tips Aman Terhindar dari Penipuan Investasi

Sempat ramai sejumlah artis dan influencer yang memamerkan portofolio saham mereka saat pandemi, melalui sosial media.

Kebanyakan dari mereka memamerkan kenaikan harga saham yang dimiliki sehingga membuat para followers-nya punya keinginan membeli saham emiten itu.

Cara ini lantas mendorong pergerakan harga saham beberapa emiten.

Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham saat merebaknya wabah Covid-19 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2020).
ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham saat merebaknya wabah Covid-19 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2020).

Sayangnya, banyak investor baru yang tergiur dan tidak memperhitungkan dampak yang akan terjadi.

Inilah akibat investor ritel yang melonjak jumlahnya saat pandemi, namun tidak dibarengi dengan edukasi memadai.

Mereka membeli saham menggunakan transaksi margin, lalu rugi karena harga sahamnya auto reject sehingga tidak bisa ditransaksikan.

Edukasi yang kurang juga mendorong investor ritel menggunakan uang panas, semisal uang sekolah anak, uang belanja, bahkan utang untuk memulai investasi saham.

“Investasi sebaiknya dibekali dengan pengetahuan serta informasi, dan tidak dilakukan hanya karena ikut-ikutan orang lain. Kami mengajak seluruh masyarakat yang ingin berinvestasi di pasar modal, khususnya saham, agar belajar terlebih dahulu.”

-Kristian Sihar Manullang-

Terkait hal itu, BEI memanggil beberapa nama influencer untuk dimintai keterangan.

BEI meminta para influencer juga berperan aktif mengingatkan para pengikutnya untuk belajar terlebih dahulu kepada yang ahli sebelum memutuskan membeli setiap saham.

Baca juga: Simak Tips Investasi Saham untuk Investor Pemula

Pompom saham sendiri sebenarnya sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

UU tersebut melarang promosi emiten ke publik atau pompom saham. UU diterbitkan untuk kepentingan para investor.

BEI mengimbau agar investor berhati-hati saat memasuki pasar.

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Sihar Manullang mengingatkan, para investor pemula sebaiknya memperkaya pengetahuan dan literasi tentang pasar modal terlebih dahulu.

“Investasi sebaiknya dibekali dengan pengetahuan serta informasi, dan tidak dilakukan hanya karena ikut-ikutan orang lain. Kami mengajak seluruh masyarakat yang ingin berinvestasi di pasar modal, khususnya saham, agar belajar terlebih dahulu,” ujar Kristian dalam siaran pers, Selasa 29 Juli 2021.

Kristian meminta investor pemula untuk mencari informasi tentang saham yang akan dibelinya.

Informasi yang paling penting terdapat dapat laporan keuangan perusahaan tercatat.

Informasi lainnya soal perusahaan juga bisa diakses dalam keterbukaan informasi BEI. Dua hal ini sudah tersedia dalam website IDX/BEI.

“Hal ini dapat membantu investor memahami fundamental perusahaan, sehingga investor dapat mengetahui saham tersebut layak atau tidak untuk dimiliki,” ucap Kristian.

Baca juga: Mengenal Analisis Fundamental dan Teknikal pada Investasi Saham

Investor pemula juga diingatkan untuk dapat mengatur strategi dan tujuan dalam berinvestasi. Hal ini penting agar investor dapat bertahan lama di pasar modal Indonesia dan menjadi investor jangka panjang.

Investor bisa mengikuti beragam program edukasi soal saham. Di BEI, ada program edukasi yang bekerja sama dengan sekuritas anggota bursa, salah satunya Sekolah Pasar Modal (SPM).

Masyarakat dapat melihat jadwal SPM dan mendaftarkan diri melalui website di sekolahpasarmodal.idx.co.id.

 Kenali Istilah Dalam Pasar Saham 

Sebagai investor, belum ideal rasanya bila Anda belum mempelajari istilah-istilah di pasar saham.

Istilah ini juga kerap dipakai analis hingga mentor ketika menjelaskan analisisnya.

Baca juga: Investor Pemula, Pahami 7 Istilah Saham Paling Dasar Sebelum Mulai Trading

Supaya makin update, mari simak istilah-istilah di bawah ini: 

 "Dos and don'ts" dalam menabung saham 

Menabung saham tentu perlu tips dan trik agar hasilnya optimal dan tidak terlalu merugi. 

Berikut penjelasan apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bermain saham:

 Investasi saham = judi? 

Masih banyak masyarakat Indonesia yang mempertanyakan apakah investasi saham sama dengan berjudi atau tidak.

Sebab, terdapat sifat bertaruh alias untung-untungan di dalamnya. Tak ada yang tahu kapan saham tersebut naik atau anjlok.

Menjawab pertanyaan tersebut, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menekankan bahwa investasi saham tidak sama dengan berjudi.

Saham adalah bukti investor memiliki perusahaan yang sah ketika ikut membeli lembaran saham yang diperdagangkan.

"Fatwa dari DSN-MUI ini, dan juga perangkat pengaturan pelaksanaannya, memberikan kepastian dan semakin menegaskan bahwa investasi saham di Pasar Modal bukanlah merupakan suatu bentuk perjudian atau gambling atau maisir,"

-Hasan Fawzi-

"Investasi saham sama dengan memiliki perusahaan, bermitra bersama pemilik perusahaan lainnya dengan tujuan agar perusahaan mengembangkan usahanya dan investor dapat memperoleh keuntungan usaha di masa depan," kata Hasan.

Hasan menambahkan, investasi saham di pasar modal pada dasarnya bukan merupakan bentuk transaksi yang dilarang secara syariah, karena bentuknya berupa jual beli dengan harga yang terbentuk dari proses tawar-menawar secara berkesinambungan atau Akad Bai’ Al Musawamah.

Selain itu, ketentuan syariah terkait investasi saham juga telah tertuang dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor 80, tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

"Fatwa dari DSN-MUI ini, dan juga perangkat pengaturan pelaksanaannya, memberikan kepastian dan semakin menegaskan bahwa investasi saham di Pasar Modal bukanlah merupakan suatu bentuk perjudian atau gambling atau maisir," jelas dia.

Baca juga: Kepincut Investasi Saham Syariah? Baca Ini Dulu Biar Paham

Bagi investor yang ingin berinvestasi dengan memenuhi prinsip syariah, dapat mengikuti mekanisme transaksi jual beli di bursa atas saham-saham.

Mekanisme tersebut ditetapkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES), yang secara berkala setiap enam bulan sekali, ditetapkan oleh OJK bersama DSN-MUI untuk menjadi pilihan investasi dari para investor saham syariah.

Untuk terhindar dari potensi kerugian dan segala bentuk spekulasi atau gharar, bursa menganjurkan kepada investor yang berinvestasi di Pasar Modal, selalu didasari dengan rencana keuangan, serta tujuan dan strategi.

"Kemudian pemahaman potensi dan risiko investasi di pasar modal, pengetahuan investasi saham salah satunya dengan belajar analisis fundamental," kata Hasan.

 Cara membuka rekening saham 

Untuk memulai menabung saham, Anda perlu beberapa langkah membuka rekening saham.

Berikut ini empat langkah membuka rekening saham:

  1. Buat Rekening Efek

Calon nasabah hanya tinggal datang ke perusahaan sekuritas untuk membuat rekening efek.

Tak perlu bingung bertanya perusahaan yang manakah yang termasuk perusahaan sekuritas. Saat ini telah banyak perusahaan sekuritas yang bekerja dengan pihak bank.

Kadang, perusahaan sekuritas pun mengutus karyawannya datang ke bank umum untuk mengakomodir calon nasabah yang akan membuat rekening efek.

Jadi, cukup datangi bank umum/swasta pilihan Anda dan buka tabungan rekening efek.

Jika Anda belum memiliki tabungan biasa, Anda harus membuatnya terlebih dahulu karena syarat membuat rekening efek adalah mempunyai rekening biasa di bank tersebut.

Setelah itu, Anda cukup datangi customer service dan utarakan niat Anda, lalu customer service akan melakukan tugasnya dan mengarahkan Anda hingga selesai.

  1. Siapkan Dokumen

Sebelum datang ke bank, Anda perlu membawa beberapa dokumen pribadi untuk mengisi data diri di bank.

Dokumen pribadi itu, yakni fotokopi KTP, fotokopi NPWP, fotokopi halaman depan buku tabungan, dan dua lembar materai Rp 6.000.

Biasanya, pihak bank telah menyiapkan materai Rp 6.000. Namun, tetap saja Anda harus berjaga-jaga menyiapkan dua buah materai bila pihak bank memintanya.

Jika Anda belum memiliki NPWP, maka lampirkan NPWP orangtua Anda. Sementara, jika Anda seorang istri, lampirkan NPWP suami Anda.

  1. Siapkan Nominal Dana

 Setelah membuka rekening, maka Anda mesti menentukan nominal dana yang ingin disisihkan. Anda juga perlu memilih saham apa yang ingin Anda tabung.

Jika masih bingung, tanyakanlah kepada pihak bank apa bedanya setiap instrumen dan apa yang sebaiknya Anda lakukan.

Namun, jika Anda baru membuka rekening biasa saat itu juga, Anda harus menyiapkan uang saldo awal sebesar Rp 500.000 atau sesuai ketentuan bank masing-masing.

  1. Setorkan Dana

Setelah rekening efek rampung, setorkan dana secara rutin setiap bulannya untuk menabung di tabungan efek tadi.

Bila Anda merasa tak memiliki waktu untuk menyetor, sebaiknya Anda gunakan fasilitas auto transfer dari rekening pribadi sehingga uang tabungan Anda bisa ditransfer otomatis ke tabungan saham.

Namun, Anda juga perlu ingat. Setorkan uang Anda hanya sesuai kemampuan dan kebutuhan Anda.

 

Cara beli saham IPO secara online

BEI kian memudahkan investor untuk membeli saham secara online. Bahkan, investor kini sudah bisa membeli saham yang ditawarkan dalam penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) secara online melalui platform digital e-IPO.

Sistem ini telah diperkenalkan oleh pihak bursa sejak 2020.

Namun demikian, kewajiban untuk menggunakan sistem e-IPO baru berlaku untuk calon emiten yang menyampaikan Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum kepada OJK di tahun 2021.

Baca juga: Investasi Saham vs Reksa Dana, Berikut 5 Perbedaan Utamanya

Keberadaan e-IPO ini pun akan kian memudahkan investor pemula yang ingin melakukan investasi saham dengan membeli saham IPO.

Sebab, saham IPO belum memiliki harga yang stabil dan dianggap mampu memberi imbal hasil yang menarik untuk investor.

Tentu, untuk membeli saham IPO, investor juga harus terlebih dahulu memahami kondisi fundamental dari calon emiten dengan mempelajari laporan keuangan mereka.

Dikutip dari Panduan e-IPO Investor yang diterbitkan oleh BEI, sistem e-IPO dibentuk dengan latar belakang jumlah investor yang mendapatkan alokasi penjatahan ketika saham IPO kian sedikit.

Investor ritel pun cenderung kesulitan untuk berpartisipasi dalam pasar perdana.

Lalu, bagaimana cara membeli saham IPO melalui e-IPO? Di dalam panduan tersebut dijelaskan, investor dapat melakukan proses pemesanan saham secara langsung dengan mengakses laman e-ipo.co.id.

Baca juga: Ingin Beli Saham IPO Bukalapak? Simak Cara Berikut Ini

Secara singkat, proses yang harus dilalui oleh investor yakni registrasi, kemudian data investor akan diverifikasi oleh broker.

Setelah itu, investor melakukan submit pesanan, menyediakan dana di rekening dana nasabah (RDN), dan yang terakhir investor akan menerima saham IPO.

 

"Uang tidak bisa membuatmu bebas secara finansial. Hanya Anda yang dapat membuat diri Anda bebas secara finansial."

Penasihat keuangan sekaligus penulis best seller, Suze Orman ∼