Anak Betawi...
Ketinggalan zaman...
katenyee.........
Lagu pembuka Si Doel The Movie yang akan langsung membawa kita mengingat kembali kepingan-kepingan serial Si Doel Anak Sekolahan 24 tahun lalu.
Sebuah lagu yang tak asing di telinga generasi 1990-an dan mungkin tanpa sadar membuat kita ikut menyanyikannya.
Meski dua belas tahun telah berlalu sejak episode terakhir Si Doel Anak Sekolahan, lagu tema tersebut seakan tak pernah hilang dari ingatan.
Harus diakui, sinetron Si Doel Anak Sekolahan berhasil mencuri hati para penonton sejak ditayangkan pertama kali di televisi pada tahun 1994.
Meski demikian, sebenarnya kesuksesan itu tak pernah disangka oleh Rano Karno sebagai sutradara dan penulis skenario yang juga memerankan tokoh Si Doel.
Pasalnya, di balik kesuksesan Si Doel Anak Sekolahan, rupanya Rano pernah mengalami masa-masa sulit.
Butuh perjuangan untuk menayangkan sinetron tersebut di stasiun televisi. Menurutnya, pada saat itu tak ada satu pun stasiun TV yang mau menayangkan sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
"Tidak ada satu stasiun yang mau menerimanya. 'Oh, ini ceritanya cerita kampung, Mas? Pemainnya siapa?' Saya, Benyamin Sueb. 'Yang lain?', Penolakannya sungguh luar biasa," kenang Rano.
Tapi Rano tak gentar menghadapi berbagai penolakan. Hingga akhirnya, RCTI bersedia menayangkannya di bulan Ramadhan.
"Akhirnya ada stasiun TV yang mungkin kasihan melihat saya. Karena saya datang setiap hari, menunggu di ruang tunggu," kenang Rano.
"Diberi kesempatan tayang di bulan puasa. Dulu, enggak ada satu pun sinetron yang mau tayang di bulan puasa, karena orang shalat tarawih," lanjutnya.
Namun rupanya, hal tersebut justru berbuah manis. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan berhasil mencuri hati para penonton.
Bahkan, berdasarkan penilaian dari situs web IMDb, sejak penayangan pertamanya, Si Doel Anak Sekolahan mengantongi rating 8,1. Rating tersebut terbilang sangat tinggi untuk serial TV lokal.
"Tidak ada satu stasiun TV yang mau menerimanya. 'Oh, ini ceritanya cerita kampung, Mas? Pemainnya siapa?' Saya, Benyamin Sueb. 'Yang lain?', Penolakannya sungguh luar biasa," kenang Rano.
Bukan hanya kisahnya, karakter-karakter dalam Si Doel Anak Sekolahan juga melekat di hati penonton.
"Semenjak sinetron Si Doel sampai sekarang, orang udah enggak ada yang manggil saya Rano, saya selalu dipanggil Doel. Begitu pun dengan yang lain, Sarah, Zaenab, Atun. Ya itu berkah buat kami. Berarti kami ada di hati penonton kan," tandasnya.
Tak heran, saat Rano mengumumkan lewat akun Instagramnya, akan mulai membuat film Si Doel The Movie, banyak orang menyambutnya dengan sukacita.
Film ini seakan menjadi obat rindu pada kisah Si Doel dan keluarganya, yang tetap mempertahankan nila-nilai budaya Betawi di tengah modernisasi.
Dibuatnya Si Doel The Movie bukanlah tanpa alasan. Selain karena ingin melanjutkan cerita yang belum selesai, ini juga merupakan permintaan Aminah Cendrakasih, pemeran Mak Nyak dalam Si Doel Anak Sekolahan pada Rano Karno.
"Beberapa kali saya berkunjung menjenguk beliau, beliau selalu bertanya, 'Kapan Si Doel diterusin? Lu mesti cepet bikin lanjutan Si Doel, jangan sampai keburu Nyak enggak ada'," ungkapnya.
Permintaan Aminah kepada Rano bukan tanpa maksud. Aminah ingin menjadi bagian dari cerita lanjutan Si Doel sebelum ajal menjemputnya.
Aminah menyadari bahwa usianya sudah tidak muda lagi. Kini ia berusia 80 tahun. Apalagi, saat ini perempuan kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1938 itu hanya bisa terbaring di kasur.
Matanya pun sudah tidak bisa melihat alias buta, karena penyakit glaukoma yang dideritanya sejak tujuh tahun lalu.
Rano yang sudah menganggap Aminah seperti ibu sendiri, merasa perlu mewujudkan keinginan Aminah.
Sayangnya, rencana itu sempat tertunda, karena Cornelia Agatha (Sarah) dan Maudy Koesnaedi (Zaenab) sedang disibukkan dengan aktivitas masing-masing.
Hingga akhirnya Oktober 2017 lalu, bersama Karnos Films dan Falcon Pictures, Rano mulai shooting perdana Si Doel The Movie.
"Saat shooting, beliau hafal semua dialog. Itu yang luar biasa dari seorang Mak Nyak," kata Rano.
Hal pertama yang dilakukan Rano Karno adalah mengambil adegan Mak Nyak.
Rano mengaku, pada saat itu naskah Si Doel The Movie belum siap seutuhnya. Yang baru disiapkannya adalah adegan Mak Nyak melepas kepergian Doel dan Mandra ke Belanda.
Mengingat kondisi kesehatan Aminah, shooting dilakukan di rumah Aminah. Karena kondisinya tak mungkin dipindahkan terlalu jauh.
Rano juga berulang kali mengingatkan asisten sutradara untuk membuat dialog sependek mungkin, agar Aminah tak kesulitan.
Tapi rupanya, keinginan Aminah untuk terlibat dalam Si Doel The Movie tak main-main. Meski dalam kondisi lumpuh dan buta, Aminah mampu menghafal seluruh dialog dengan baik.
"Saat shooting, beliau hafal semua dialog. Itu yang luar biasa dari seorang Mak Nyak," kata Rano.
Salah satu kesuksesan Si Doel adalah kuatnya karakter masing-masing tokoh dalam cerita itu. Cerita sinetron yang panjang ini sebenarnya berpusat pada sosok Doel yang hatinya galau tak kunjung mampu membuat putusan tentang siapa yang seharusnya dia pilih, Zaenab atau Sara.
Si Doel The Movie pun melanjutkan kegalauan Doel yang tak pernah mampu memutuskan untuk keluar dari belitan cinta segitiganya.
Kisah-kisah lain seperti asmara Atun dan Mas Karyo, cekcok mandra dengan Babe dengan Mak Nyak sebagai "penggembira"nya hanyalah kisah-kisah sampingan yang menjadi bumbu kegalauan seorang Doel.
Meski hanya kisah sampingan, namun karakter Atun, Mas Karyo, Babe, Mak Nyak, Mandra begitu kuat. Sosok mereka tertanam lekat di benak penonton.
Meski sempat vakum sekian lama, tak sulit bagi para pemain Si Doel untuk kembali pada karakter mereka masing-masing.
Antusiasme tak hanya dirasakan Aminah, para pemain lain juga tak kalah semangat menjalani shooting Si Doel The Movie. Sama seperti para penonton, mereka pun merindukan kisah Si Doel.
Maudy Koesnaedi tak kuasa menahan rasa harunya, karena bisa berperan lagi sebagai Zaenab. Apalagi, saat Rano menghubunginya untuk mulai shooting bersama Aminah.
“Apa ya, tuh kan sedih kan ha ha ha, sebel. Saya pribadi senang banget kita bisa berkarya bersama dengan keluarga Si Doel, bertemu lagi, reuni lagi, melanjutkan apa yang masih membuat bertanya-tanya sama fans-nya Si Doel, hal yang belum selesai dari keluarga Si Doel,”ungkapnya.
Meski demikian, Maudy mengaku syok saat mengetahui kini ada tim Sarah dan tim Zaenab garis keras di sosial media.
"Netizen juga pada suka sahut-sahutan di sosial media. Ada yang bilang, 'Apaan tuh Zaenab, perempuan baik-baik itu tidak akan menikahi suami orang.' Terus disahutin lagi, 'Perempuan baik-baik itu tidak akan meninggalkan suaminya tanpa kabar selama 14 tahun’," cerita ibu satu anak ini.
Berkat dukungan sang suami, Maudy yang sempat kesal dengan komen-komen netizen, menyadari bahwa setiap peran memberi rasa sendiri dalam sebuah film.
Kalaupun ada yang sebal pada sosok Zaenab, itu berarti aktingnya berhasil memberi kontribusi rasa.
"Saya siapkan perasaan istimewa itu. Saya sudah pesan ke sutradara, saya mau simpan dan tumpahkan perasaan yang saya pendam selama ini. Kerinduan pada tokoh Si Doel," ungkapnya.
Sementara Cornelia Agatha, mengaku tak perlu lagi membangun chemistry dengan Doel. Karena, tokoh Sarah selalu ada di alam bawah sadarnya.
Diungkapkan Lia, ada satu adegan yang disiapkannya berbulan-bulan. Menurutnya, itu adalah momen berharga antara Si Doel dan Sarah.
Bahkan, untuk menjaga aktingnya tetap natural, Lia menolak untuk latihan. Ia berjanji pada sutradara, akan menumpahkan semua perasaannya saat shooting.
"Saya siapkan perasaan istimewa itu. Saya sudah pesan ke sutradara, saya mau simpan dan tumpahkan perasaan yang saya pendam selama ini. Kerinduan pada tokoh Si Doel," ungkapnya.
Tapi, semua itu rasanya tak lengkap tanpa kehadiran Mandra. Meski belasan tahun tak muncul, karakter Mandra, encang (paman) Si Doel, yang diperankan oleh pelawak Mandra tak kehilangan nyawanya.
Selain dengan Babe Sabeni (mendiang Benyamin Sueb), Mandra juga dikenal sering terlibat sering adu mulut dengan Atun (Suti Karno) dan Mas Karyo (mendiang Basuki), serta Engkong (mendiang Pak Tile).
Gaya bicaranya yang "nyablak" dan asal menyeletuk, selalu menjadi ciri khas karakter Mandra sampai sekarang.
Sama seperti sinetron, dalam Si Doel The Movie, Mandra tetap selalu menjadi pencair suasana di tengah drama cinta segitia Sarah-Doel-Zaenab. Kehadirannya bagai sebuah fatamorgana di gurun pasir.
Mandra mengakui, awalnya ia sempat merasa kaku ketika dipanggil lagi untuk memerankan karakter Mandra setelah bertahun-tahun. Ia pun berusaha membangun kembali chemistry dengan para pemain lainnya.
Di sisi lain, Mandra menikmati nostalgia yang ia rasakan saat memasuki kembali set rumah si Doel yang bergaya Betawi.
"Ini bukan film komedi. Yak mungkin kebetulan yang main muka-mukannya komedi kali. Kalau dikategorikan komedi, kagak, ini ceritanya drama,” ujarnya dengan logat khas Betawi.
Mandra merasa seperti bermimpi bisa masuk lagi ke rumah yang menyimpan banyak kenangan itu.
"Nostalgianya ada sih ya. Begitu masuk set rumah si Doel, waduh kayak mimpi. Kami tahu setnya baru. Begitu sampai lokasi, saya pereksain (memeriksa) satu-satu mulai dari kamar mandi, belum lagi properti yang ada di dalam," ujarnya.
Pria yang memulai kariernya dari panggung lenong Betawi itu mengaku sejak awal "ditugaskan" untuk tetap menjadi diri sendiri.
Tak ada yang berubah, kecuali tubuhnya yang tampak lebih kurus dari sebelumnya, karena tak cocok dengan makanan selama shooting di Belanda.
"Kalau perubahan karakter kagak ya. Saya masih gini-gini juga, tetep belum laku (menikah). Jadi posisinya sotoy-nya (sok tahu) masih ada," kata Mandra.
Di luar kelucuan yang sekali lagi sukses ia suguhkan dalam Si Doel The Movie, Mandra mengingatkan bahwa film ini bukanlah film komedi.
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang tayang puluhan tahun lalu sampai film layar lebarnya yang baru dirilis bulan ini, adalah murni sebuah cerita drama.
"Ini bukan film komedi. Yak mungkin kebetulan yang main muka-mukannya komedi kali. Kalau dikategorikan komedi, kagak, ini ceritanya drama,” ujarnya dengan logat khas Betawi.
Kisah Si Doel The Movie ini merupakan lanjutan dari kisah Si Doel Anak Sekolahan, Si Doel Anak Gedongan, dan Si Doel Anak Pinggiran.
"Si Doel The Movie adalah kelanjutan dari cerita Si Doel Anak Sekolahan yang ada sejak 1994, dan berakhir 2007 (Si Doel Anak Gedongan). Kemudian 2011 kami buat FTV. Nah, tidak selesai kisah Si Doel ini. Setelah berhenti, kami lanjutkan lagi lewat film ini," jelas Rano.
Dalam Si Doel Anak Sekolahan musim terakhir, diceritakan Si Doel akhirnya menikahi Sarah.
Sedangkan cerita Si Doel Anak Gedongan, menjadi akar masalah kehidupan Doel. Di mana saat itu Doel menolong Zaenab yang sedang keguguran.
Sayangnya, tindakan Si Doel membuat Sarah cemburu dan pergi meninggalkan Doel ke Belanda. Begitu pun dengan Zaenab, yang akhirnya juga bercerai dari suaminya.
Sedangkan pada film televisi Si Doel Anak Pinggiran (2011), Doel diceritakan tenggelam dalam kerinduan dan menanti kembalinya Sarah. Hingga di akhir cerita, Doel akhirnya menikah dengan Zaenab.
"Setelah 14 tahun ditinggal Sarah, dan Sarah saat itu sedang mengandung saat meninggalkan Doel. Doel selalu bertanya, gimana nasib anaknya? Jadi inti dari garis itu, saya pikir harus ada lanjutannya lagi. Ini awal dari cerita panjang," pungkas Rano.
Menurut Rano, pada waktu itu tak memungkinkan bagi Doel untuk menyusul dan mencari Sarah ke Belanda. Pasalnya, saat itu Doel tak memiliki uang.
Dalam Si Doel The Movie, dengan undangan Hans (Adam Jagwani), Doel berkesempatan datang ke Amsterdam.
Itulah mengapa sebagian besar proses shooting Si Doel The Movie dilakukan di Belanda, karena 70 persen ceritanya berpusat di Negara itu.
Menariknya, saat proses shooting di Belanda, banyak permintaan agar film Si Doel The Movie diputar di Belanda.
Ketika disampaikan oleh Rano Karno, permintaan ini ternyata disambut baik oleh Falcon Pictures, sehingga pemutaran perdana dilakukan di Belanda.
Tak main-main, Gala Premiere Si Doel The Movie, 23 Juli 2018 lalu, digelar di bioskop Pathe Tuschinski. Bioskop ini merupakan bioskop prestisius dan legendaris di Amsterdam.
Pathe Tuschinski dibangun pada 1921 dan selama Perang Dunia Kedua (1940-1945) bioskop ini pernah diberi nama Tivoli. Dengan arsitektur yang megah, Tuschinski dianggap sebagai salah satu bioskop paling indah di dunia.
“Awalnya mereka minta diputar di KBRI, tapi ternyata diputarnya di bioskop yang sangat prestisius di Belanda. Tidak sembarang film bisa diputar di sana. Si Doel The Movie diputar di sana, kita patut bangga,” ujar Rano.
Sambutan para penonton di Belanda pun luar biasa. Diungkapkan Rano Karno, jumlah penonton yang ingin menyaksikan pemutaran perdana Si Doel The Movie di Belanda membeludak. Awalnya, jumlah penonton 750 menjadi 1800 orang.
"Kaget banget waktu dengar kabar Si Doel The Movie akan diputar di bioskop Pathe Tuchinski. Ini kan bioskop bergengsi di Belanda," kata Jacqueline da Costa, salah satu penonton yang hadir.
Bukan hanya para penggemar Si Doel yang tinggal di Amsterdam, banyak yang datang dari kota lain di luar Amsterdam, bahkan dari luar negeri Belanda.
Sebagian besar mengaku mengikuti cerita Si Doel mulai dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang tayang di RCTI sejak tahun 1994.
Sayangnya, untuk menambah gedung agar bisa menampung semua penonton rupanya tak memungkinkan. Sehingga, Rano memutuskan menggelar meet and greet beberapa jam sebelum acara Gala Premiere Si Doel The Movie.
Tentu saja acara tersebut disambut antusias oleh para penonton.
Melihat para pemain Si Doel The Movie datang menyapa mereka, para penonton pun saling bersahut-sahutan meneriakkan nama idolanya.
Yang menarik, mereka meneriakan nama-nama karakter dalam cerita Si Doel, bukan nama asli pemainnya.
Jarak Belanda – Indonesia yang jauh membuat mereka perlu mengatur jadwal kepulangan ke tanah air. Umumnya, mereka pulang setahun sekali atau dua tahun sekali.
Alasan itulah yang membuat mereka rela datang dan mengantre berjam-jam sebelum bioskop dibuka, demi melihat para idolanya dalam Si Doel The Movie.
"Kaget banget waktu dengar kabar Si Doel The Movie akan diputar di bioskop Pathe Tuchinski. Ini kan bioskop bergengsi di Belanda," kata Jacqueline da Costa, salah satu penonton yang hadir.
"Saya memang penggemar berat Si Doel, ngejar banget nonton di sini, karena kan Agustus kita enggak pulang ke Indonesia," imbuhnya.
Bahkan, tak sedikit yang rela izin tak masuk kerja demi menghadiri Gala Premiere Si Doel The Movie. Salah satunya, Diana Rambitan.
"Saya sengaja izin enggak masuk kerja demi lihat Si Doel. Saya datang dari Rotterdam tadi naik kereta," ujarnya.
Menurutnya, meski sudah 12 tahun berlalu dari sinetron terakhirnya, kisah Si Doel masih sangat melekat di hati.
"Memori tentang Si Doel tuh nempel banget, karena kan cerita mereka klasik banget ya. Rindu sekali sama Si Doel, saya ngikutin semua serialnya Si Doel Anak Sekolahan dari A sampai Z," kata wanita yang sudah 18 tahun tinggal di Belanda ini.
Setelah menggelar gala premiere film Si Doel The Movie di Pathe Tuschinski, Amsterdam, Belanda, acara gala premiere di Indonesia tak kalah meriahnya.
Rumah produksi Falcon Pictures menggelar acara gala premiere di XXI Epicentrum, Jakarta selama dua hari dua malam, pada 28 dan 29 Juli 2018.
Deretan makanan khas Betawi bisa dinikmati secara cuma-cuma, sambil menyaksikan pertunjukan marching band, ondel-ondel, pembuatan dodol, dan perhelatan Abang None Jakarta.
"Ini cara baru yang kita lakukan untuk menggelar acara gala premiere. Tapi, semua itu kami lakukan untuk menanggapi respons positif dari masyarakat. Saya berharap, apa yang kami lakukan di Jakarta ini, tidak kalah dengan yang di Belanda," ucap Produser Falcon Pictures, Frederica.
Tak sia-sia, setelah menggelar dua acara gala premiere, Si Doel The Movie meraih dua penghargaan sekaligus dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Film Indonesia Pertama yang Tayang dan Gala Premiere di Belanda, serta sebagai Film Indonesia dengan Gala Premiere Dua Hari Berturut-turut.
Penghargaan tersebut disampaikan langsung oleh Jaya Suprana, pendiri Museum Rekor Indonesia di atas panggung premiere XXI Epicentrum, Jakarta, Minggu (29/7/2018).
Si Doel The Movie yang telah tayang di seluruh bioskop Indonesia sejak 2 Agustus 2018, berhasil meraup 1.750.000 penonton di hari ke-27 penayangannya.