JEO - Insight





Staycation
di Hotel, Liburan Dekat Rumah yang Berkesan

Jumat, 30 Oktober 2020 | 19:37 WIB

Bosan di rumah tapi masih ragu untuk berlibur ke lokasi yang jauh? Ada pilihan bernama staycation. Ini kupas tuntasnya. 

PANDEMI telah mengubah banyak kebiasaan dan cara hidup orang sedunia. Seluruh sendi kehidupan terdampak. Cara hidup itu pun diperkirakan terus berlanjut di era new normal.

Harapannya, pola kebiasaan setiap orang bisa berubah mengikuti tatanan baru. Mereka yang dulu abai dengan kebersihan, misalnya, kini bisa lebih disiplin bersih-bersih.

Kebiasaan pun muncul. Mulai dari orang berubah selektif memilih tempat untuk disinggahi, ketat soal asal dan penanganan makanan, hingga cara berinteraksi. 

Liburan adalah salah satu contoh nyata yang memperlihatkan hampir setiap orang kini cenderung lebih ketat dalam pilihannya.

Selain untuk membuat senang, liburan pun harus tetap sehat. Oleh karena itu, niat liburan harus dibarengi dengan usaha jaga diri.

Tren baru

Dalam beberapa survei dan pendapat industri pariwisata, tren liburan saat new normal bertautan dengan proteksi terhindar Covid-19.

Salah satunya, staycation. Ini adalah tren liburan yang tidak perlu jauh-jauh dari rumah sembari tetap bisa menjaga diri.

Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah memprediksi, staycation adalah pilihan untuk berlibur saat new normal. Sebab, wisatawan ingin berlibur tapi tidak di tempat ramai orang.

"Referensi hiburan akan bergeser ke alternatif liburan yang tidak banyak orang, seperti solo travel tour, wellness tour, termasuk di dalamnya virtual tourism serta staycation," kata Jokowi saat memimpin rapat kabinet terbatas lewat video conference, Kamis (28/5/2020).

Lantas, benarkah staycation jadi pilihan masyarakat?

Vanessa Zahra, Miss Papua 2019, mengaku memilih liburan staycation karena dirasa lebih aman dan nyaman. Soalnya, staycation terbatas di satu tempat dan terhindar dari keramaian.

“Selain itu, banyak sekali pengalaman yang ditawarkan dari penginapan,” kata Vanessa kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Alasan serupa juga diamini Benedictus Bagas. Dia menjadikan staycation sebagai jalan keluar melepas penat tetapi tetap awas selama pandemi.

Sebelum mantap memilih staycation, Bagas sempat takut liburan. Pelahan, rasa takut luntur ketika tahu hotel pilihannya menerapkan protokol kesehatan. Bagas pun memantapkan hati.

“Protokol kesehatannya seperti satu kamar maksimal dua orang doang. Sarapan pagi lewat pesan, bukan prasmanan seperti sebelum pandemi,” ujar Bagas.

Yang baru

Ada orang memilih rumah untuk staycation. Namun, ada juga orang-orang yang memilih menginap di hotel sebagai wujud staycation.

Bagi yang memilih staycation di hotel, lokasi pilihannya kebanyakan masih berada dalam area tempat tinggal mereka. Yang penting, keluar dari rumah.

Sama seperti berlibur sambil melancong, staycation tetap bertujuan relaksasi dan bersenang-senang. Staycation adalah gaya berlibur untuk fokus pada diri sendiri atau “me time”.

Bagi sebagian orang, staycation juga jadi momen untuk merasakan sensasi berbeda dalam berlibur antara sebelum dan selama pandemi. Tentu, kondisi paling kentara adalah protokol kesehatan masing-masing pilihan hotel.

Meski sudah melakukan persiapan memahami situasi pandemi dan protokol kesehatan yang berlaku, ada saja tamu yang kikuk di lokasi.

Sandok Portibi, misalnya, menyarankan, tamu benar-benar paham protokol kesehatan yang berlaku—tidak bisa sembarangan.

“Kalau enggak paham, malu sendiri kena tegur staf di sana,” kata dia.

Dhea O Savitry, yang sudah melakoni staycation di beberapa tempat, mendapati sejumlah aturan dijalankan hotel dengan lebih ketat, terutama terkait protokol kesehatan.

Namun, Dhea justru mendapati hal menarik dari protokol kesehatan ini, terutama pembatasan tamu. 

Staycation pas pandemi jadi lebih private rasanya, karena orangnya enggak terlalu ramai seperti biasa,” kata dia.

Kesan lain dari staycation—terutama di tengah pandemi—adalah promo dan fasilitas yang ditawarkan.

Vanessa bercerita, staycation di beberapa hotel dengan harga menarik tetap mendapatkan fasilitas terbaik. 

Saat staycation di Bali,  misalnya, Vanessa mendapat resort package dengan fasilitas bermain di private beach yang bersih dan sepi.

Berkaca dari pengalaman beberapa orang staycation di atas—terbukti, liburan ini merupakan
pilihan tepat di kala pandemi.

Kamu bisa menikmati liburan, tanpa harus ketar-ketir dengan Covid-19, karena protokol
kesehatan ketat berlaku di hampir setiap penginapan.

Protokol tersebut merupakan jaminan bahwa setiap orang yang memilih untuk liburan, dalam hal ini staycation, bisa aman dan nyaman.

Mau tahu lebih lanjut soal staycation? Ini kupas tuntasnya....

 

 

 

APA ITU STAYCATION 

STAYCATION mengarah pada relaksasi dan bersenang-senang. Bisa dibilang, staycation adalah gaya berlibur untuk fokus pada diri sendiri alias “me time”.

Nah, selama melakukan staycation, beberapa tempat di dekatmu mungkin sangat mirip dengan beberapa tempat wisata yang biasa dikunjungi wisatawan untuk berlibur. 

Hotel adalah salah satu yang bisa dipilih untuk staycation. Salah satu yang bisa dipilih adalah staycation di hotel.

Lalu, apa itu staycation?

Mengutip How Stuff Works, staycation diartikan sebagai kombinasi dari berlibur dan tetap berada di rumah. 

Sementara menurut Inn on the Drive, staycation adalah kegiatan liburan di dekat rumah.

Meski terdengar membosankan, tetapi kamu bisa membuatnya menarik jika melakukannya dengan benar.

Staycation di rumah

Kamu cuma perlu mengubah rumah seperti hotel. Atau, meminta anak-anak membawakan sarapan untuk disantap di tempat tidur.

Bisa juga berkunjung ke taman hiburan dekat rumah yang sudah lama tidak dikunjungi.

Intinya, lakukan aktivitas laiknya liburan sekalipun ada di lingkungan rumah, yang tidak membuat kamu stres.

Jangan salah, aktivitas liburan juga ada yang bikin stres. Sebut saja, menyiapkan barang bawaan, mengantre di bandara, terjebak macet, atau terburu-buru harus sampai ke tempat tujuan pada waktu tertentu.

Staycation di hotel

Kalau kamu enggak mau repot menyulap rumah menjadi seperti tempat liburan, ada pilihan lain, yakni staycation di hotel.

Staycation di hotel kini jadi pilihan banyak orang untuk sekadar keluar dari rumah, menikmati waktu berlibur dengan nyaman dan suasana baru.

Hotel yang dipilih untuk staycation biasanya masih berada dalam area tempat tinggal—tidak jauh dari rumah.

Dengan begitu, staycation bisa lebih asyik, karena tidak terburu-buru atau stres terjebak macet.

 

 Kembali ke awal artikel....

 

FAKTA 1: HOTEL TEREMPAS PANDEMI

SEJAK Covid-19 menyebar ke sejumlah negara pada awal 2020, industri perhotelan mulai merasakan dampak. Ini tercerim dari tingkat okupansi yang terus turun.

Dari data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang dilansir pada April 2020, tingkat hunian hotel di Indonesia saat itu juga turun drastis, yakni jadi 30-40 persen. Bahkan, okupansi hotel dan resort di Bali hanya 20 persen.

 

Penurunan okupansi ini masih terus berlanjut. Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran menyebut, okupansi hotel tingkat nasional hingga Juli 2020 berada di kisaran 20 persen saja.

Tingkat hunian di Bali

Beberapa hotel di Bali sudah mengalami penurunan okupansi sejak wabah virus corona merebak di China.

Hotel-hotel yang terdampak, ungkap Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Indonesia IHGMA Made Ramia, berlokasi di Tuban, Kuta, Seminyak, Jimbaran, dan Nusa Dua.

"Jumlahnya lebih dari 20 sampai 30 persen di Tuban, Kuta, Seminyak, Jimbaran, dan Nusa Dua. Okupansinya berkisar antara 35 sampai 45 persenan walau mungkin masih ada yang di atas 50 persen namun kebanyakan di bawah 50 persen," kata Made pada 4 Februari 2020.

Hal ini lantaran China merupakan pasar wisatawan yang mendominasi hampir 27 persen tingkat kunjungan ke Bali.

Pada Februari 2020, rata-rata tingkat okupansi hotel di Bali antara 50-55 persen. Sementara pada Februari tahun-tahun berikutnya, tingkat okupansi mencapai di atas 65-75 persen.

Periode okupansi turun

Sebulan setelah diumumkannya kasus Covid-19 pertama di Indonesia, PHRI merilis data jumlah hotel yang tutup karena virus tersebut.

Dalam data yang Kompas.com terima pada 6 April 2020, sebanyak 1.174 hotel di 31 Provinsi Indonesia terpaksa menutup operasional hotelnya.

Sementara hotel yang masih bertahan pada saat itu, tingkat okupansinya rata-rata berada di bawah 10 persen, seperti diungkap Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat IHGMA Arya Pening.

Menurunnya tingkat okupansi hotel memberi dampak pada karyawan atau pegawai hotel yang masih bertahan.

"Pegawainya di awal dibagikan day pay-nya lalu annual leave dan sekarang sudah mulai unpaid leave dengan rata-rata 50 persen hari kerja dalam sebulan," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/4/2020).

Day pay adalah bayaran harian, annual leave adalah kebijakan menggunakan cuti tahunan yang masih digaji perusahaan, dan unpaid leave adalah kebijakan cuti tak digaji perusahaan.

Pada Juni 2020, angka hotel di Indonesia yang memilih untuk tidak beroperasi kembali menurut data dari PHRI yang dilansir dari harian Kompas sudah mencapai sekitar 1.600 hotel.

Harga kamar hotel anjlok

Pada April 2020, beberapa hotel berbintang di Bali menurunkan harga sewa kamar. Tidak tanggung-tanggung, harga sewanya setara tarif kamar kos. 

Semua demi bertahan dari dampak pandemi Covid-19. 

Jambuluwuk Oceano Seminyak Hotel, misalnya, mematok harga Rp 5 juta untuk menginap selama 30 hari di kamar Deluxe.

“Promo dikeluarkan agar karyawan tidak ada yang dirumahkan,” kata Marketing Communication Corporate Manager Jambuluwuk, Martha W Thomas, Senin (20/4/2020).

Kalau berbicara soal untung, ujar dia, tentu tidak akan masuk perhitungan. Bahkan, lanjut dia, memakai segala hitungan akan didapat fakta merugi. 

Hotel tersebut sebelumnya juga tidak pernah memberikan promo menginap selama 30 hari terlebih dengan harga yang terbilang cukup murah.

“Kita harus berpikir apa yang bisa dilakukan. Saingan kami bukan dengan sesama hotel melainkan vila,” imbuh Martha.

Dengan harga sewa bulanan, kata Martha, pelanggan vila telah mendapat fasilitas laiknya di rumah sendiri. Ini tentu kondisi yang berbeda dengan hotel. 

Ada juga Swiss-Belhotel Rainforest yang menjual kamar tipe Deluxe seharga Rp 3,6 juta nett untuk menginap selama 30 hari untuk periode Mei 2020.

"Sebelumnya tidak ada promo seperti ini. Normalnya per bulan dulu kisaran Rp 11 juta. Kita bikin promo ini karena pada akhir Maret, okupansi di hotel sekitar 10 persen," kata Executive Public Relations Swiss-Belhotel Rainforest Kuta Gladys Monica.

Menurut Gladys, kebijakan tersebut dilakukan agar hotel tetap bertahan. Sebelum ada kebijakan ini, menutup hotel sempat masuk jadi pertimbangan. 

“Promo diadakan karena kita tahu di Bali banyak perantau. Siapa tahu ada orang yang mungkin harga kosnya jauh lebih mahal. Melalui promo ini, dia bisa dapat fasilitas hotel dan listrik," tutur Gladys.

Situasi tak jauh berbeda dengan Bali terjadi juga di Surabaya, Jawa Timur. Industri perhotelan di sana, menurut Colliers International Indonesia, jatuh ke kondisi terendah selama bulan Maret hingga akhir Kuartal II-2020.

Untuk tingkat okupansi, angkanya anjlok hingga level terendah dalam sejarah menjadi hanya 12,3 persen pada April 2020.

Made menuturkan, harga kamar hotel yang rendah dilandasi oleh tingkat okupansi yang menurun.

Jika tingkat okupansi di atas 60 persen, harga kamar bisa jadi lebih mahal. Sebaliknya, ketika okupansi hanya sekitar 30 persen, harga kamar hotel juga pasti berkurang.

“Itu sudah otomatis. Jika okupansi rendah, maka mereka pasti akan mengikuti permintaan (pasar). Pasti akan ada penurunan harga,” kata Ketua PHRI Haryadi Sukamdani.

Okupansi mulai naik lagi

Sejak awal Juni 2020, tingkat okupansi beberapa hotel di sejumlah destinasi wisata di Indonesia mulai meningkat. Salah satunya di Berastagi, Kabupaten Karo dan di Parapat, Kabupaten Simalungun.

"Diyakini permintaan kamar hotel akan semakin meningkat di era normal baru," kata General Manager Hotel International Sibayak, Berastagi, Dedi Nelson, Rabu (1/6/2020), seperti dikutip Antara.

Ketua PHRI Sumatera Utara Deny S Wardhana menyebutkan, hunian hotel di Sumut terus meningkat.

"Bahkan di Parapat, Danau Toba, hunian hotel akhir pekan lalu dilaporkan lebih dari 50 persen," kata dia. 

Dari Yogyakarta, tingkat okupansi hotel secara perlahan mulai meningkat pada pertengahan Juni 2020.

Ketua DPD PHRI Yogyakarta Deddy Pranowo menuturkan, mulai Jumat-Minggu, okupansi hotel bintang bisa mencapai 35 persen. Adapun untuk hotel non-bintang, tingkat okupansi pada akhir pekan masih cukup rendah yaitu sekitar 5-10 persen.

“Kami sedang mencoba mengetes animo pasar pada masa sekarang ini. Meskipun okupansi belum membaik, tetapi kami mencoba untuk terus mem-branding bahwa ada hotel yang sudah mulai beroperasi kembali,” katanya, Kamis (25/6/2020), seperti dikutip dari Antara.

Pada saat itu, Deddy mengatakan, dari 400 hotel dan restoran yang bergabung dalam PHRI Yogyakarta, sebanyak 63 sudah kembali beroperasi.

Selain Berastagi, Parapat, dan Yogyakarta—tingkat okupansi hotel di Medan pun sudah berada di atas 20 persen sejak Mei – Juni.

Di Banyuwangi, tingkat okupansi kamar bahkan mencapai 90-100 persen saat libur panjang Tahun Baru Islam pada Agustus 2020.

Jumlah tersebut naik secara signifikan dibanding Juli. Pada bulan tersebut, tingkat okupansi hotel di Banyuwangi hanya 45 persen.

 

 Kembali ke awal artikel....

 

 

TIPS 1: KENALI TIPE HOTEL

MEMILIH staycation di hotel merupakan salah satu cara menghilangkan penat dengan mudah.

Kamu juga tak perlu jauh-jauh dari rumah, karena bisa memilih hotel terdekat, tapi dengan kualitas terjamin.

Sebelum kamu memutuskan hotel mana yang dipilih untuk staycation, pahami dulu jenis-jenis penginapan ini. Ragam yang dikenal di dunia antara lain adalah hotel, hostel, city hotel, dan resort.

Setiap ragam penginapan itu puna ciri tersendiri. Berikut ini informasi perbedaan masing-masing berdasarkan penjelasan di laman resmi Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA).

Hotel

Kata hotel sendiri berasal dari bahasa Perancis kuno yang berarti sama dengan kata hospitality dalam bahasa Inggris.

Hotel adalah penginapan berbayar yang menyediakan penginapan untuk bermalam dalam waktu jangka pendek.

Abad ke-17 menjadi saksi sejarah berdirinya konsep hotel di dunia. Saat itu, hotel disediakan untuk para tunawisma atau pegawai pemerintahan yang dinas ke luar kota.

Dalam perkembangannya, hotel justru menjadi lebih dekat dengan kegiatan yang bersifat komersial.

IHGMA mencatat, hotel pertama dalam arti modern dibuka di Exeter, Inggris pada 1768. Kemudian, hotel berkembang pesat di seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara pada awal abad ke-19.

Baca juga: Hotel di Indonesia Masuk Daftar 25 Hotel Terbaik di Dunia

Pada akhir abad ke-19, hotel-hotel mewah pun bermunculan. Adapun fasilitas hotel tergantung jenis dan kelasnya masing-masing.

Hostel 

Selang keberadaan hotel menyebar di akhir abad ke-19, munculah konsep penginapan lain yaitu hostel.

Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Richard Schirrmann pada 1909 di Altena Castle, North Rhine-Westphalia, yang sekarang masuk wilayah Jerman.

Penginapan hostel biasanya berbentuk seperti kamar asrama. Dalam satu kamar akan ada beberapa tempat tidur.

Para tamu bisa tidur di satu kamar di tempat tidur terpisah dengan tamu lain. Biasanya, satu ruangan dapat diisi oleh 4-15 orang tergantung besar kecilnya ruangan kamar.

City hotel

City hotel sejatinya adalah salah satu subjenis hotel berdasarkan lokasi. Konsepnya adalah hotel di kawasan pusat perkotaan dan biasanya ada di kota-kota besar.

Bangunan city hotel juga cenderung besar dalam wujud gedung bertingkat pula. Di dalamnya tersedia aneka tawaran fasilitas untuk menunjang pebisnis traveler atau orang yang berlibur sembari bekerja atau berbisnis.

Resort

Jenis penginapan ini biasanya dibangun di pinggir pantai atau kaki pegunungan dengan pemandangan bentang alam.

Konsep penginapannya juga memiliki nuansa yang rekreatif dan dekat dengan alam. Penginapan ini menyediakan pula fasilitas luar ruangan seperti taman bermain dan kolam renang.

Seragam pekerja di resort juga cenderung lebih santai, termasuk berkaus, celana jeans, dan sepatu kets. 

Lokasi resort biasanya jauh dari pusat kota. Biasanya berada dekat dengan tempat wisata seperti pantai, pegunungan, atau danau. 

Resort sangat cocok bagi kamu pegiat traveling yang mencari suasana menginap yang masih asri.

 

 

 Kembali ke awal artikel....

 

 

TIPS 2: PILAH-PILIH HOTEL UNTUK STAYCATION

KALAU hal-hal dasar tentang penginapan sudah tahu dan hotel tetap memikat untuk jadi pilihan lokasi staycation, berikut ini sejumlah tips yang perlu kamu cermati biar liburan berjalan sesuai ekspektasi.

Nyaman sesuai budget

Hotel adalah salah satu hal penting saat liburan. Oleh karena itu, memilih hotel yang nyaman adalah hal penting. Namun, kamu juga harus memikirkan budget.

Astrin Christina, Corporate Assistant Manager Operations System Santika memberikan tips memilih hotel yang nyaman dan sesuai budget liburan.

Pertama, kamu bisa melihat kelas masing-masing hotel. Setiap kelas hotel bintang satu hingga lima punya fasilitas kamar berbeda.

Ada kamar berkapasitas satu hingga enam orang dengan extra bed, tergantung masing-masing kelas hotel.

Kedua, sesuaikan pilihan hotel dengan kebutuhan selama menginap. Jika kamu memprioritaskan jalan-jalan, pilih hotel yang relatif murah dan tak terlalu besar.

Sebaliknya, jika senang bepergian ramai-ramai, pilih hotel dengan kamar besar dan bisa memuat banyak extra bed. Lagi-lagi, biar biaya tetap bisa dihemat.

"Ada tamu yang penting jalan-jalan. Kamar sesak sedikit, tapi dapat harga murah. Sisa uang hotelnya bisa dialokasikan untuk jalan-jalan," ujar Astrin.

Biasanya tamu dengan karakteristik di atas memilih hotel budget untuk penginapannya.

Ketiga, pastikan keamanan. Saat ini, hotel mulai banyak variasi dan inovasi. Ada hotel yang berkonsep sharing room atau berbagi kamar dengan tamu lain.

Harga untuk hotel dengan tawaran kamar seperti ini cenderung lebih murah. Untuk penghematan biaya, tawaran ini bisa jadi pilihan. Namun, pastikan soal keamanan dan kenyamanan selama menginap juga. 

"Yang sharing room itu hati-hati,. Kadang-kadang juga tidak nyaman, karena bisa mendengar suara tamu lain. Kamar mandinya juga untuk bersama-sama," papar Astrin.

Lihat rating hotel

Melihat review hotel sebelum memesan adalah hal wajib. Namun, kamu tidak cukup jika hanya bersumber dari satu orang.

Setidaknya perlu mengetahui review dari beberapa orang untuk bahan pertimbangan menentukan hotel yang hendak dipilih memang bagus dan terpercaya atau malah sebaliknya.

Ada beberapa tips yang bisa kamu pakai.

Pertama, berhati-hati saat membaca membaca review di internet.

Ada kemungkinan pembuat review tidak jujur dan tidak menuliskan berdasarkan pengalaman. Untuk itulah semakin banyak review akan semakin baik. 

Kedua, jika masih kurang yakin dengan review yang ada, cocokkan informasi dari aneka sumber lain seperti di situs pencarian, agen travel online (online travel agent atau OTA), dan situs hotel itu sendiri.

Banyaknya informasi yang didapat bisa menjadi rujukan yang akurat saat kamu hendak memesan hotel. Jangan sungkan pula bertanya ke teman, kolega, dan saudara tentang pengalaman menginap di hotel yang diminati. 

Jika kamu ingin melihat fasilitas hotel, cek detail di aplikasi pemesanan (booking) online, situs hotel, dan Google review

Ketiga, kamu bisa memastikan ketersediaan fasilitas dengan menelepon hotel tujuan untuk memastikan informasi yang telah didapat.

Semakin banyak bintang sebuah hotel, fasilitas yang didapat akan lebih lengkap. Fasiiltas tersebut seperti tempat gym, kolam renang, dan spa.

Bawa dokumen identitas diri

Saat hendak menginap di hotel, tamu harus membawa identitas diri untuk keperluan check-in. Data tersebut akan disimpan hotel sebagai basis data tamu dan juga dapat menjadi informasi bagi otoritas imigrasi bila terkait turis asing.

Untuk orang Indonesia, salah satu dokumen identitas diri yang biasa ditanyakan hotel adalah kartu tanda penduduk (KTP). Hotel biasanya hanya menerima KTP asli juga. Orang asing— atau bila kamu ke hotel di luar negeri—bisa memakai paspor sebagai identitas diri. 

Data KTP berlaku untuk semua pemesanan baik offline maupun online. Untuk pemesanan online, identitas diri akan diminta ditunjukkan saat tiba di hotel untuk kelengkapan data reservasi. 

Kalau identitas utama tidak ada yang asli, kamu akan diminta memberikan identitas diri lain yang asli. Misal, surat izin mengemudi (SIM), kartu pelajar, atau kartu pekerja. Di dalamnya harus tercantum nama, foto, alamat lengkap, tanggal lahir. 

 

 

 Kembali ke awal artikel....

 

FAKTA 2: STRATEGI VOUCER FLEKSIBEL DARI HOTEL

BERBAGAI cara dilakukan oleh sejumlah hotel di Indonesia untuk tetap bertahan selama pandemi.

Strategi itu mulai dari menurunkan tarif sampai seharga kos, berjualan masakan hotel ke masyarakat umum, hingga menawarkan aneka promo "banting harga".

Voucer pun jadi pilihan sejumlah hotel untuk menjual kamar-kamarnya. Masa berlaku voucer yang fleksibel dan panjang jadi tambahan daya tarik. Setidaknya, ini upaya menjaga arus kas tidak mandek total.

Voucer fleksibel

Ada pula hotel yang menjual voucer menginap dengan waktu pemakaian fleksibel. Harga yang ditawarkan pun relatif murah. Voucer itu bisa dipakai hingga akhir 2020 bahkan ada yang menawarkan masa berlaku hingga Desember 2021. 

Salah satu yang menjual voucer ini adalah jaringan hotel Santika Indonesia Hotels & Resorts. Mereka menamainya sebagai voucer Pay Now Stay Later.

Assistant Corporate Marcomm Manager Santika Indonesia Hotels & Resorts Prita Gero mengatakan, ribuan voucer ini laris terjual. 

“Sampai 2.000 voucer. Beli (voucer menginap) di kota lain. Dari Bogor beli di Jakarta, ada juga yang di Jakarta beli untuk Belitung, Palembang. Tapi kebanyakan yang dekat daerahnya, seperti Semarang beli di Yogyakarta,” kata Prita, Rabu (5/8/2020).

Pembeli voucer itu pada periode 26 Mei 2020-6 Juni 2020 dapat menggunakannya untuk menginap di jaringan Santika hingga 31 Maret 2021. 

Selain Santika, jaringan hotel Accor juga menjual voucer fleksibel. Namanya, Get Inspired Now For A Later Stay. Voucer ini bisa dipakai di lebih dari 80 hotel mereka di seluruh Indonesia. 

Voucer yang dibeli hingga 30 September 2020 bisa dipakai menginap hingga 31 Desember 2021.

“Sejauh ini, hasil penjualan voucer menunjukkan tren positif dengan kota yang paling diminati yaitu Jakarta dan Bali,” kata Chief Operating Officer Accor Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Asia Selatan Garth Simmons, Jumat (21/8/2020).

Sama halnya dengan Santika dan Accor, jaringan hotel Dafam Hotel Management (DHM) juga menjual cukup banyak voucer menginap dengan periode fleksibel.

“Seluruh unit DHM menjual voucer sejak Maret 2020. Rata-rata berlaku sampai 2021," kata Corporate PR & Sales Manager PT DHM, Ninik Haryanti, Rabu (19/8/2020).

Menurut Ninik, peminat voucer fleksibel tak hanya wisatawan tetapi juga korporasi dan instansi pemerintah dengan rata-rata pembelian 200-500 voucer. 

Voucer menginap di destinasi wisata

Strategi lain yang juga dipakai hotel untuk mendatangkan tamu adalah menjual voucer menginap untuk penginapan mereka yang ada di kawasan destinasi wisata. Bali dan Yogyakarta jadi episentrumnya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPD DIY Yogyakarta Deddy Pranowo menuturkan, penjualan voucer menginap yang fleksibel di Yogyakarta terbilang cukup laku.

“(Penjualan voucer menginap di hotel) cukup lumayan. 30 persen telah laku, dan ada yang memberikan periode menginap sampai Desember 2021,” kata Deddy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020).

Untuk periode menginap, 70 persen voucer menginap di hotel Yogyakarta sudah dipakai untuk 2020. Menurut Deddy, 80 persen pembeli voucer menginap di hotel-hotel di Yogyakarta berasal dari luar provinsi itu. 

Adapun Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali I Made Ramia Adnyana menuturkan, penjualan voucer menginap di hotel-hotel Bali juga diminati masyarakat.

Penjualan voucer menginap di hotel area Kuta dan Nusa Dua lebih banyak dibandingkan area lain. Penjualan voucer mencapai 30 persen.

“Di luar area itu kurang laku, kurang dari 30 persen. Mayoritas periode menginap sampai 20 Desember 2021,” ujar Made kepada Kompas.com, Jumat (21/8/2020).

Berbeda dengan Yogyakarta, voucer menginap di hotel-hotel di Bali lebih banyak yang akan digunakan untuk tahun depan dibandingkan dengan penggunaan pada tahun ini. 

“Dari Jakarta kebanyakan yang laku dari government, corporate, asosiasi. (Selain Jakarta) ada Surabaya, Bandung, dan beberapa kota lain, seperti Medan dan Makassar,” tutur Made.

Voucer lewat OTA

Jaringan hotel Santika Indonesia Hotels & Resorts, Accor, dan DHM menjual sendiri voucer menginap di hotel-hotelnya.

Namun, sejumlah hotel berkolaborasi dengan travel agen online (online travel agent atau OTA). Penjualan melalui OTA pun beragam.

Traveloka, misalnya, menawarkan Buy Now Stay Later sejak 15 Juni 2020. Adapun Tiket.com menawarkan voucer Tiket FLEXI sejak pertengahan Juli 2020.

Senior Public Relations Executive Tiket.com Yosi Marhayati, menyebut penjualan voucer meningkat selama pandemi. 

“Sejauh ini, penjualan hotel telah naik mencapai 80 persen dari rata-rata penjualan sebelum adanya voucer Tiket FLEXI,” ujar Yosi, Minggu (9/8/2020).

Menurut Yosi, Tiket FLEXI juga mendorong kenaikan penjualan menginap di hotel di kisaran 70-100 persen.

Hotel-hotel yang voucer menginapnya paling diminati para calon tamu, sebut Yosi, adalah hotel bintang empat disusul hotel bintang tiga.

Terpisah, Head of Marketing Accommodation Traveloka Shirley Lesmana mengatakan, ada respons positif pengguna OTA tersebut sejak ada program Buy Now Stay Later.

“Hal ini terlihat dari meningkatnya angka pencarian akomodasi Traveloka pada Juni yang mencapai dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya,” kata dia kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2020).

Sementara di Traveloka, Shirley mengatakan, pemesanan lebih banyak terjadi pada hotel bintang tiga hingga bintang lima dengan total pemesanan lebih dari 80 persen.

Apakah menutup biaya operasional hotel?

Meski mendapat sambutan baik dari masyarakat yang sudah jemu di rumah, tetapi penjualan voucer tidak sepenuhnya cukup untuk menutup biaya operasional hotel.

“Kalau untuk menutupi biaya operasional tentunya tidak. Membantu sedikit, mungkin. Karena, biaya operasional sangat besar,” kata Ninik.

Tujuan penjualan voucer, ungkap Ninik, adalah untuk cash flow. Menurut dia, strategi ini cukup efektif di tengah pandemi. Setidaknya, operasional hotel tetap dapat berjalan. 

Senada dengan Ninik, Prita menuturkan bahwa penjualan voucer hotel cukup efektif untuk menjaga arus kas masuk.

Menurut Prita, kondisi ini masih lebih baik dibanding harus menutup hotel dan tak ada pemasukan sama sekali.

“Ini bagus banget karena setidaknya ada pendapatan yang masuk,” ujar Prita.

Meski begitu, Prita pun mengakui bahwa penjualan voucer tak akan bisa menutup biaya operasional hotel sekalipun seluruh unit Santika menawarkan voucer.

Chief Operating Officer Accor Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Asia Selatan Garth Simmons mengatakan pemilihan strategi penjualan voucer sudah menggunakan perhitungan matang.

Menurut Simmons, penjualan voucer fleksibel ini cukup efektif sebagai upaya bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Adapun Made menyebut, kalaupun tak terlalu laku tetap saja hasil penjualan voucer ini bisa membantu menutup sebagian biaya operasional hotel.

Deddy pun menyebut strategi penjualan voucer efektif untuk mengurangi kerugian selama pandemi meski tak bisa menutup seluruh biaya operasional hotel. 

Voucer fleksibel bakal jadi tren?

Made berpendapat, penjualan voucer menginap di hotel dengan periode fleksibel tidak akan menjadi tren jangka panjang.

Hal ini lantaran jika kondisi pasar sudah kembali normal maka penjualan akan kembali normal juga seperti biasa.

Tren staycation dengan pilihan voucer fleksibel, lanjut Made, adalah solusi sementara untuk menghadapi pandemi dan menggerakkan arus kas hotel.

Penjualan voucer dengan periode penggunaan yang fleksibel pun menurut Made tak akan jadi tren jangka panjang. Jika berkepanjangan, kata dia, ini malah bisa bikin hotel merugi.

Deddy Pranowo pun sependapat bahwa voucer fleksibel hanya akan berlaku selama pandemi Covid-19.

“Ini hanya untuk menyiasati arus kas hotel. Kami akan lihat perkembangan seperti apa karena masih ada evaluasi. Kami akan lihat pola pasarnya karena sangat dinamis,” ujar Deddy.

Namun, Ninik melihat ada kemungkinan penjualan voucer fleksibel bisa saja menjadi tren jangka panjang. Tentu, kata dia, penjualannya akan disesuaikan dengan situasi.

“(Karena) sebenarnya program menjual voucer sudah ada sejak sebelum pandemi, tetapi dengan harga normal,” kata Ninik.

Selama pandemi, lanjut Ninik, voucer terlihat menjadi tren karena dijual murah dengan masa berlaku yang panjang.

"Boleh dibilang tren tidak akan long term dengan harga pandemi,” ujar Ninik.

Prita pun menyebut ada saja peluang voucer fleksibel jadi tren jangka panjang. Hanya saja, imbih dia, periode berlakunya mungkin tak akan sepanjang yang ditawarkan selama pandemi ini.

Dari OTA, Yosi melihat voucer fleksibel bisa jadi tren jangka panjang. Karena, kata dia, fleksibilitas dalam pemilihan waktu menginap merupakan kebutuhan konsumen. Di era new normal pun menurut dia situasi dan kondisi dapat berubah sewaktu-waktu.

Adapun Shirley berpendapat, voucer fleksibel akan jadi tren atau tidak akan tergantung pada respons masyarakat. 

“Pandemi Covid-19 menciptakan situasi yang penuh ketidakpastian. Karenanya, fleksibilitas menjadi salah satu pertimbangan penting bagi para konsumen,” ujar Shirley.

Menurut Shirley, perilaku konsumen akan terus dipantau sembari mencermati perkembangan situasi ke depan. 

Evaluasi atas program ini juga disebut Simmons akan terus dilakukan untuk menentukan kelanjutan ke depan sesuai kebutuhan masyarakat. 

Sejauh ini, respons masyarakat terpantau cukup antusias. Beragam pembatasan aktivitas yang cepat atau lambat bikin orang bosan jadi salah satu dugaan sebab.

“Saat pandemi seperti ini, liburan yang paling mudah direncanakan adalah menginap di hotel dekat rumah,” ujar Yosi.

Simmons pun mencermati voucer yang mereka tawarkan cenderung laris untuk hotel di kawasan destinasi wisata. Itu pun, yang terlihat lebih diminatiSenada dengan hal tersebut, Chief Operating Officer Accor Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Asia Selatan Garth Simmons mengatakan, penjualan voucer menginap di beberapa destinasi wisata sangat diburu.

Kendati demikian, hotel-hotel tersebut paling diminati oleh warga setempat untuk melakukan staycation. Hotel-hotel di Jakarta dan sekitarnya, misalnya.

“Sejauh ini, hasil penjualan voucer menunjukkan tren positif dengan kota yang paling diminati yaitu Jakarta dan Bali,” kata Chief Operating Officer Accor Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Asia Selatan Garth Simmons kepada Kompas.com, Jumat (21/8/2020).

 

 Kembali ke awal artikel....

 

 

TIPS 3: PAHAMI PROTOKOL KESEHATAN HOTEL
DI ERA NEW NORMAL

MEMATUHI protokol kesehatan saat staycation di hotel adalah hal mutlak. Sebab, dengan mematuhi aturan, kamu menjaga diri serta orang di sekililing dari penularan Covid-19.

Perlu diketahui, hotel-hotel di Indonesia mengacu kepada buku panduan protokol kesehatan yang diterbitkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

Buku panduan itu terdiri dari dua pokok materi. Materi pertama adalah panduan umum dan yang kedua adalah panduan khusus.

Panduan umum berisi tentang tata kelola hotel dan restoran, seperti memperhatikan info terkini serta imbauan pemerintah pusat dan daerah terkait Covid-19.

Kemudian, ada pula panduan tentang standar operasional prosedur (SOP), penyediaan imbauan tertulis, serta panduan penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan.

Berikut protokol kesehatan menginap di hotel saat new normal.

Panduan dari Kemenparekraf 

Saat di pintu masuk hotel

Saat di lobby hotel

Saat di kamar

Saat di restoran

Saat di fasilitas hotel dan area publik lain

Protokol kesehatan di grup hotel

Banyak grup hotel membangun pula protokol di lingkungan internal masing-masing. Dua di antaranya adalah dari Marriot Hotel dan Daffam Hotel. Seperti ini protokol mereka: 

 Marriot Hotel 

Jaringan hotel and resort Marriottt International menerapkan protokol khusus dalam merespons situasi pandemi virus corona (Covid-19).

Director, Loyalty Partnership Marketing Marriott Intenational South East Asia, Lindsey Bradley, mengungkapkan, Marriottt memiliki tradisi panjang dalam menetapkan standar kebersihan tinggi dalam perawatan kamar tamu dan ruang publik hotel.

"Kesehatan dan keselamatan para tamu serta rekan kami adalah yang paling penting," kata Lindsey dalam keterangan pers kepada Kompas.com

Pada April 2020, ungkap Lindsey, Marriott meluncurkan platform multi-cabang untuk meningkatkan standar kebersihan serta norma-norma dan perilaku perhotelan.

Hal tersebut untuk memenuhi tantangan kesehatan dan keselamatan baru terkait pandemi saat ini.

Marriottt Global Cleanliness Council

Lindsey menuturkan, Marriott membentuk Marriottt Global Cleanliness Council untuk mengatasi pandemi Covid-19 di tingkat hotel.

Marriottt Global Cleanliness Council berfokus pada pengembangan tingkat standar kebersihan, keramahtamahan, dan perilaku yang dirancang meminimalkan risiko, serta meningkatkan keselamatan bagi tamu dan rekan Marriottt.

Teknologi

Marriottt meluncurkan teknologi selama beberapa bulan ke depan, termasuk penyemprot elektrostatik dengan disinfektan berstandar rumah sakit untuk membersihkan permukaan di seluruh hotel.

Menurut Lindsey, teknologi penyemprotan elektrostatik tersebut menggunakan klasifikasi disinfektan tertinggi yang direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengobati patogen yang dikenal.

Alat tersebut dapat dengan cepat membersihkan dan mendisinfeksi seluruh area, termasuk kamar tamu, lobi, pusat kebugaran dan area publik lainnya.

Selain itu, Marriott juga tengah menguji teknologi cahaya ultraviolet untuk membersihkan kunci kamar tamu dan perangkat yang dibagikan karyawan.

Perubahan prosedur kebersihan

Area permukaan akan dirawat secara menyeluruh dengan disinfektan berstandar rumah sakit. Pembersihan juga dilakukan dengan frekuensi yang meningkat di area umum.

Di kamar para tamu, Marriott mewajibkan semua area permukaan dibersihkan secara menyeluruh dengan disinfektan berstandar rumah sakit.

Marriottt juga akan menempatkan tisu disinfektan di setiap kamar untuk penggunaan pribadi para tamu.

Kontak tamu

Lindsey menuturkan, Marriott akan menggunakan papan nama di lobi untuk mengingatkan para tamu untuk menjaga protokol jarak sosial.

Selain itu, para tamu juga dapat memilih untuk menggunakan telepon mereka untuk check-in, mengakses kamar, membuat permintaan khusus dan memesan layanan kamar yang akan dikemas dan dikirim langsung ke pintu tanpa kontak.

Keamanan Pangan

Program keamanan pangan Marriottt mencakup pedoman sanitasi yang ditingkatkan dan video pelatihan untuk semua rekan operasional yang mencakup praktik kebersihan dan disinfektan.

Marriott memodifikasi pula praktik operasional untuk bersantap di dalam kamar dan merancang pendekatan baru untuk prasmanan.

Meeting

Lindsey menuturkan, Marriott tengah mempersiapkan pedoman baru untuk meeting dan event yang akan melibatkan mulai dari perencana acara, pengaturan acara, pengaturan makanan dan minuman, layanan staf, dan kebersihan & ventilasi.

"Hari ini, hotel kami di seluruh Asia Pasifik bekerja untuk memastikan bahwa mereka memenuhi pedoman terbaru tentang kebersihan dari otoritas kesehatan setempat untuk menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi para tamu," ujar Lindsey.

Dia melanjutkan, seiring waktu ketika tamu berada di hotel Marriott, mereka akan melihat sejumlah tambahan untuk proses pembersihan yang dirancang dengan standar lebih tinggi.

Adapun standar tersebut berkaitan dengan protokol, seperti jarak sosial yang mencakup opsi tanpa kontak seperti check-in seluler.   

"Kami sedang mempertimbangkan semua aspek operasi F&B (food  and beverages) termasuk penggabungan jarak sosial dan layanan makanan tergantung pada pedoman pemerintah daerah dan permintaan," kata Lindsey.

Daffam Hotel

Jaringan hotel Daffam menyiapkan pula protokol kesehatan untuk 23 unitnya yang tersebar di Indonesia, baik untuk karyawan maupun tamu.

"Protokol kesehatan dan keamanan sesuai anjuran pemerintah mulai dari pintu masuk ke hotel dengan disinfektan yang signifikan. Di semua area hotel sudah dilakukan berlapis," kata Ninik Haryanti selaku Public Relations & Sales Manager Dafam Hotel Management, Senin (29/6/2020).

Cuci tangan

Protokol diterapkan mulai dari tamu memasuki area hotel, proses check-in hingga check-out dan meninggalkan area hotel.

Protokol kesehatan tersebut yaitu tamu diwajibkan menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir di depan main entrance lobby.

Kemudian tamu akan melakukan pengukuran suhu tubuh dan menggunakan hand sanitizer.

Jaga jarak 

Setelah itu, tamu dipersilahkan masuk ke dalam area hotel dengan menaati aturan physical distancing dengan jarak aman satu meter yang telah dibuat oleh pihak hotel.

Jaga jarak aman itu berlaku saat mengantri di depan counter reception, melakukan check-in, saat duduk di area lobby.

Lalu saat menunggu atau memasuki lift, dibatasi hanya lima orang saja dengan arah menghadap secara berlawanan. Hal ini juga diberlakukan di meeting room jarak antar kursi diatur dengan jarak minimal satu meter.

Wajib masker

Bagi tamu yang menginap, hotel akan memberikan masker sebagai syarat utama. Tamu peserta meeting juga diterapkan hal yang sama yaitu wajib menggunakan masker.

Lalu pengukuran suhu tubuh kembali, dan menggunakan hand sanitizer sebelum memasuki ruangan meeting.

Selain itu, hand sanitizer juga di sediakan di seluruh area public hotel, sehingga tamu dapat membersihkan dan menjaga tangan selalu bersih.

Pegawai hotel 

Protokol kesehatan ini juga berlaku untuk semua karyawan Dafam Hotels. Saat memasuki area hotel karyawan diharuskan menggunakan masker, melalui body sanitizer box, pengukuran suhu tubuh, dan menggunakan hand sanitizer.

Saat bertugas pun seluruh karyawan diwajibkan menggunakan standar APD (Alat Pelindung Diri), yaitu masker, hand glove (sarung tangan karet), dan kaca mata goggles.

"Alat pelindung kerja mulai dari masker hingga sarung tangan sekali pakai sudah menjadi salah satu bagian dari seragam karyawan hotel," kata Ninik.

Menurut Ninik, perusahaannya juga menempatkan karyawan sebagai aset yang harus dijaga dan dilindungi. Ini pun diyakini akan memperkuat kepercayaan tamu bahwa lingkungan hotel tersebut memang aman dan bersih. 

 

 

 Kembali ke awal artikel....