"Kami ini startup..."
KALIMAT itu berulang kali keluar dari mulut Bambang Susantono, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), dalam wawancara khusus dengan Kompas.com di kantornya, kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Bukan tanpa alasan Bambang menyebut lembaga yang dipimpinnya sebagai startup. Secara kasatmata, kantor Otorita IKN menyerupai kantor perusahaan startup ketimbang lembaga negara.
Suasananya tidak kaku, hampir tidak ada sekat, dan didominasi oleh anak-anak muda. Rasanya tak ada yang menyangka kantor tersebut merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang berusaha mewujudkan mimpi memindahkan ibu kota.
Pernyataan Bambang yang menyebut Otorita IKN sebagai startup tidak hanya terlihat dari suasana kantor.
Bambang mengungkapkan, lembaga yang dipimpinnya ini baru aktif bekerja sejak Januari, sekitar satu tahun setelah Undang-Undang IKN diketok Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kini, Otorita IKN mengemban tugas berat dalam pemindahan ibu kota, yang akan ditandai dengan upacara peringatan kemerdekaan ke-79 Indonesia di IKN, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada 2024.
Ia menegaskan, pembangunan IKN adalah sebuah pekerjaan jangka panjang yang tidak akan pernah berhenti hanya dalam waktu dua tahun.
"Sekali lagi, jangan dilihat ini dua tahun semuanya, waduh, Aladin datang begitu ya simsalabim selesai. Enggak begitu, karena ini kota akan dibangun terus," kata Bambang.
Selama satu jam lebih Bambang menjawab berbagai pertanyaan mengenai perkembangan pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Bambang juga angkat bicara mengenai tantangan yang ia hadapi dalam membangun ibu kota baru, termasuk optimismenya mengenai proyek ambisius memindahkan ibu kota.
Berikut hasil wawancara lengkap Kompas.com bersama Bambang Susantono dalam format tanya jawab:
Sambil tersenyum dan sorot mata yang optimistis, Bambang menyebutkan IKN bukanlah kota yang dirancang untuk lima tahun ke depan, melainkan puluhan tahun mendatang, sebagai bagian dari visi 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.
"2045 itu seperti apa sih kota? Saya bicara dengan begitu banyak institusi di internasional dan tampaknya enggak ada satu pun yang punya, katakanlah, satu visi yang sama di 2045 itu kota tuh akan seperti apa?" ujar Bambang.
Bambang juga memastikan, IKN yang diimpikan bukanlah sebuah kota yang monoton dan penghuninya tak hidup bagaikan robot.
Seperti kota-kota lainnya, Bambang ingin IKN juga menjadi kota yang “hidup” dengan interaksi antara penghuni-penghuninya, yang bukan hanya aparat negara.
"Keragaman itulah yang akan nanti membuat kota ini tidak hanya layak huni, liveable, saya selalu menyebutnya loveable," kata Bambang.
Apa sih yang dicita-citakan presiden dalam membangun IKN? Bagaimana Anda menerjemahkannya?
Ada visi besar dari beliau untuk melakukan transformasi ke depan, visi itu salah satunya adalah IKN, salah satu ya. Karena kami ini juga meletakan IKN dari visi 2045, kami hanya bagian dari visi 2045 di mana Indonesia diharapkan nanti mentas dari berpenghasilan menengah ke berpenghasilan tinggi, dan seterusnya, dengan kesejahteraan yang lebih baik, dengan satu distribusi dari pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya yang lebih baik.
Tahun 2045 itu seperti apa sih kota? Saya bicara dengan begitu banyak institusi di internasional dan tampaknya enggak ada satu pun yang punya katakanlah satu visi yang sama di 2045 itu kota tuh akan seperti apa.
Ada yang bilang seperti Avatar, banyak drone di atas, mungkin juga terjadi seperti itu karena kami pun misalnya menjalin MoU dengan Hyundai untuk membuat sky taxi, drone besar yang bisa terbang. Kemudian untuk logistik kemungkinan besar kita akan memakai drone juga.
Jadi kalau ada sesuatu yang berseliweran di atas, terus mobilnya itu tanpa awak, ya itu mungkin, semuanya smart ya, dari rumah kita atau dari jalan kita bisa ngatur pakai apps 'eh saya mau minum kopi nih'. Itu yang disebut smart living ya, dan dalam pandangan beliau, inilah transformasi untuk hidup, bekerja, dan belajar.
Jadi transformasi untuk living, working dan learning istilahnya, itu yang ingin beliau wujudkan sehingga ini bukan hanya membangun kota, membangun bangunan segala macam, bukan, tapi ada transformasi yang akan terjadi di sana dan itu generasi Anda yang mungkin yang akan menikmati.
Kita ingin membuat terobosan dengan smart living, digitalisasi yang masih memperhatikan aspek-aspek lingkungan, dan aspek yang saya sebut equity atau equitable.
Lalu bagaimana untuk meyakinkan generasi muda bahwa proyek IKN ini bukan proyek yang menghamburkan uang, tapi memang benar-benar masa depan itu ada di IKN dan akan ada transformasi tersebut?
Good point, satu, lihat yang di belakang itu yang saya rekrut itu muda-muda enggak? They are the owner nanti. (Kami mewawancarai Bambang di Lantai 17, Menara Mandiri 2 Senayan, Jakarta, yang open space dan penuh dengan pegawai yang masih “kinyis-kinyis”).
Jadi saya memberikan ruang buat mereka untuk melakukan kreativitas, inovasi, dan sebagainya. Itu sangat penting karena kadang-kadang apa yang saya pikirkan berbeda dengan apa yang mereka mau. Contoh, generasi Anda kan generasi now nih, semuanya mau instan, me, my time, and now.
sebetulnya kita ingin membuat terobosan-terobosan dengan smart living, digitalisasi yang masih memperhatikan aspek-aspek lingkungan, green begitu ya, dan aspek-aspek yang saya sebut equity atau equitable.
Dalam bahasa Indonesianya, equitable ini bukan equity yang finansial tapi equity yang berkeadilan, equitable, jadi kita tidak menutup ruang buat income tertentu tapi membuka ruang untuk berbagai macam strata masyarakat.
Contohnya nih ya, yang gampang sih di PP kita yang baru ya PP insentif itu, kita membebaskan pajak untuk UMKM di sana. Jadi UMKM bisa melakukan upaya usahanya di sana dengan lebih baik lagi, harapan kita gitu karena mereka salah satu sokoguru juga untuk ekonomi kita.
IKN ini kan ditargetkan menjadi green city yang melebihi Singapura dan Paris, bagaimana mengelola ekspektasi bahwa ini akan lebih bagus dari green city itu?
Yang kami lakukan sekarang adalah membuat roadmap dan cetak biru yang bagus, sekali lagi ini bukan proyek hanya 2 tahun sampai 5 tahunan, ini program sampai 15-20 tahun sehingga keberadaan peta jalan, roadmap atau cetak biru, itu sangat penting. Apa yang kami lakukan sekarang adalah mencoba untuk menggalang dukungan internasional.
Satu tadi UN ya, tapi dengan Asian Development Bank misalnya kita juga membuat peta jalan untuk carbon netral di tahun 2045, itu untuk climate change ya. Kemudian kita sedang dalam diskusi dengan Pemerintah Finlandia, misalnya bagaimana kita mengukur happines index, saya mau orang yang tinggal di situ bahagia, bagaimana caranya, Finlandia kan salah satu negara yang sangat bahagia katanya.
Tidak hanya itu, tapi kemudian untuk biodiversity misalnya, karena yang kita akan lakukan di sini akan menghutankan kembali, itu narasi yang memang belum ditangkap oleh semua pihak terutama internasional ya bahwa yang kita lakukan adalah reforestation. Di masa lalu kita banyak di-accuse, banyak dituduh, banyak disalahkan karena deforestasi, di mana ada illegal mining, illegal logging segala macamlah.
Justru yang kita lakukan sekarang adalah melakukan reforestasi sehingga hutan produksi yang ada sekarang di lapangan, kalau teman-teman datang ke lapangan itu kan melihatnya hutannya kok kecil-kecil eucalyptus ya karena hutan produksi, itu nanti yang akan dijalin lagi menjadi tropical forest, hutan tropis. Itu yang di situ sebenarnya kita sangat dipuji, sangat dinanti oleh international audience.
Sehingga kemarin ketika saya roadshow ke Amerika, di UN atau di Washington, atau di San Fransisco, bahkan sebelumnya di Singapore dan sebagainya. Narasi ini yang sangat ditangkap oleh investor karena investor itu sekarang memberikan bobot yang sangat besar untuk ESG ya, ESG adalah environment, social, dan government.
Jadi dengan narasi ini mereka sangat tertarik gitu, dan saya sebut (ke) mereka bahwa Indonesia ini dengan Nusantara (IKN) mungkin adalah satu harapan dunia untuk melakukan terobosan global campaign.
Ada tiga hal yang kita lakukan di sini. Satu, yang climate change tadi ya karena dari 256.000 hektare kan 65 persen akan menjadi hutan tropis, ini akan menjadi carbon sink, tempat menyerap karbon. Sehingga kalau kita punya target 2045 jadi carbon neutral city, itu akan sangat memberikan satu optimisme buat dunia dalam global campaign atau climate change.
Kedua, begitu kita mampu nanti melakukan terobosan untuk tropical forest, jadi yang sekarang hutan produksi yang cuman satu-satu itu nanti jadi hutan benar-benar hutan itu biodiversity-nya akan meningkat, plasma nutfah akan meningkat. Nah di situlah nanti juga orang bisa melihat bahwa ini bagian dari pengkayaan biodiversity yang merupakan global campaign juga.
Nah yang terakhir yang juga saya sebutkan tadi bahwa kita juga bagian dari global campaign dari SDGs, sustainable development goals. Jadi misalnya ada program-program untuk pemberdayaan perempuan ya akan kita perkuat, saya sih ingin nanti ada chief gender officer di kantor saya yang khusus melihat bahwa pemberdayaan perempuan kemudian pemuda dan sebagainya itu mendapatkan porsi yang jauh lebih baik dibandingkan kota-kota yang biasa.
Contoh-contoh ini yang membuat narasi ini dan meyakinkan international audience selama ini ya sehingga kita bisa mendapatkan dukungan yang bagus. Sekarang ini kira-kira sudah lebih dari 10 dukungan MoU dari berbagai pihak tentang hal-hal ini.
Presiden pernah mengatakan tahun 2024 ibu kota sudah di Nusantara, bukan Jakarta, bagaimana teknisnya? Apa benar kita sudah pindah ibu kota di 2024?
Saya kira 2024 itu nanti Presiden akan mengeluarkan peraturan presiden ya untuk memindahkan ibu kota secara formal. Apa yang terjadi tentu step by step ya, enggak semua pindah langsung brek begitu kan.
Mungkin di dalam batch pertama nanti akan ada 17.000-an, 12.000 ASN, 5.000 TNI Polri yang akan pindah. Ini harus kita pindahkan dengan sebaik-baiknya, harapan kami di Otorita, yang pindah tuh bisa bilang begini, 'Eh rugi lho yang enggak pindah'.
Jadi akan step by step dan itu akan ada balancing antara ketersediaan fasilitas, ketersediaan tempat bekerja, dan lain-lain, dan ketersediaan untuk kebutuhan sehari-hari.
Apa itu kebutuhan sehari-hari? Ya misalnya orang kan begitu pindah ke sana kalau sakit perut atau sakit apa kan harus ada rumah sakit, harus ada klinik. Kemudian nanti kalau membawa putra-putrinya harus ada sekolahnya, kalau ingin hangout ada tempatnya, ada coffee shop, tempat ngopi segala macam.
Kalau kangen pecel lele, ada di sana yang jual pecel lele, begitu kan. Bakso, pecel lele, yang UMKM juga kita berikan tempat. Jadi orang yang pindah ke sana itu bisa merasakan bahwa pindah itu oke.
Apakah sudah mulai digencarkan bahwa tahun depan ibu kota kita sudah baru lho?
Saya kira itu akan terlihat dengan sendirinya ya. Pertengahan tahun 2023 mungkin akan kelihatan lebih masif konstruksinya di lapangan, kemudian nanti insya Allah swasta juga mulai melakukan aktivitas di lapangan sehingga yang kita lihat nanti adalah suatu orkestrasi yang cukup baik.
Sekali lagi, jangan dilihat ini 2 tahun semuanya, waduh, Aladin datang gitu ya simsalabim selesai, enggak gitu karena ini kota akan dibangun terus. Itu sebabnya tadi cetak biru penting, peta jalan penting, sehingga semua bisa melihat ini kita menuju ke suatu arah yang benar-benar kita sebagai bangsa juga nanti akan bangga lihat Nusantara ini menjadi kota yang cerdas, kota yang green, kota yang inklusif, kota yang resilience.
Bapak mengatakan bahwa Otorita ingin ASN yang pindah ke sana bersyukur dipindah, bagaimana Otorita melihat antusiasme ASN untuk pindah saat ini?
Kalau kita lihat, ada kementerian yang melakukan jajak pendapat ya, cukup besar lho yang mau pindah. Terutama bagi mereka yang muda, kemudian mereka juga yang merasa dengan pindah ke ibu kota karirnya akan lebih baik, kalau untuk ASN ya. Jadi ada pertimbangan itu, 'daripada saya dipindah misalnya ke daerah lain, saya pindah ke ibu kota baru, karier saya akan meningkat'.
Jadi ada pertimbangan-pertimbangan seperti itu di samping juga yang pertama kali ditanya biasanya, 'Pak WiFi-nya bagus enggak di sana?' Itu saja pertama, saya bilang kita sudah pernah melakukan beberapa kegiatan di titik nol misalnya di mana kita terhubung dengan 5 benua misalnya, ada dengan diaspora kita pernah.
Kemudian dengan berbagai macam kampus itu ada sekitar 50 kampus di dunia yang kita terhubung dengan generasi muda, kita pernah buat acara, dua-duanya bagus lho.
Jadi boleh dibilang itu enggak ada split second, kayak orang ngobrol. Jadi saya kira nanti kalau nanti ada 5G segala macam akan lebih baik lagi. Jadi sekarang kita bukan hanya sandang, pangan, papan, satu lagi apa? Pulsa, hehehe.
Ya saya kira, surprisingly buat saya ya, banyak yang tertarik untuk pindah. Tadinya kita juga sama berpikir kan ini mau pada pindah enggak, tapi ternyata 'Pak di sana bisa trekking Pak ya?' begitu, ada jalur trekking-nya.
'Digitalnya pokoknya bagus Pak ya' 'bagus', sudah tenang mereka kalau sudah ada itu. Kemudian tadi, 'coffee shop ada enggak' seperti di Chillax. Kita akan bikin seperti itu juga dan kita bikin tidak hanya yang middle income tapi juga yang UMKM.
Makanya saya sebut tadi ada pecel lelenya, ada kopi tertentu, dan kemudian ada baksonya segala macam supaya UMKM-nya hidup, teman-temannya juga bisa merasakan hal-hal yang seperti itu.
Keragaman itulah yang akan nanti membuat kota ini tidak hanya layak huni, liveable, saya selalu menyebutnya loveable.
Artinya yang tinggal di IKN bukan ASN saja ya? Masyarakat non-ASN juga akan tinggal di sana?
Iya, harus, menurut saya justru harus mix ya, diversity atau keragaman itu harus terjadi. Yang kita ingin hindari adalah kota ini menjadi kota yang membosankan, yang cuma kota, yang hanya tentang government affairs semuanya hanya kepemerintahan dan bukan kota yang hidup.
Itu sebabnya saya selalu bilang bahwa kota ini harus mempunyai soul, harus mempunyai roh, harus hangat, harus orang senang masuk ke kota itu.
Kan teman-teman sering traveling, kadang-kadang ke kota yang bagus tapi terus enggak dapat tuh, dingin begitu ya, enggak ada interaksinya, kurang. Tapi ada juga kota yang begitu kita masuk senang kita, ada auranya, itulah the soul of the city. Rohnya dari city itu yang kita ciptakan, dan itu sebetulnya inti dari pembangunan dari Nusantara itu.
Jadi kalau balik lagi ke pertanyaan tadi, harus menurut saya, keragaman itulah yang akan nanti membuat kota ini tidak hanya layak huni, liveable, saya selalu menyebutnya loveable. Jadi sementara ini kalau foto jadi gini nih (logo hati), loveable city.
Dengan demikian akan ada perpindahan masyarakat dalam jumlah banyak, sedangkan alasan kita pindah ibu kota adalah karena Jakarta sudah overpopulasi. Bagaimana memastikan hal itu tidak terjadi lagi? Sebab, kemunculan titik pertumbuhan kerap menciptakan masalah yang sama.
Jadi yang pertama tentu kita harus disiplin terhadap tata ruang yang ada, rencana tata ruang, rencana detail tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan skala 1:1.000 itu harus benar-benar mencerminkan KPI.
Kan kalau kita lihat undang-undang, PP segala macam, kan ada misalnya prinsip-prinsip kota 10 menit, 70 persen dari trip atau orang yang bepergian akan diangkut oleh angkutan umum, semuanya harus green misalnya ya, itu harus dipenuhi. Dan kita akan all out untuk menjaga itu, itu satu.
Yang kedua kita juga akan bekerja sama dengan daerah-daerah sekitar, karena yang kita takut nanti di dalamnya bagus, tapi kemudian nanti begitu agak keluar sedikit justru timbul permukiman-permukiman yang tidak tertata. Kan tadi disebut sprawl seperti itu yang timbul.
Untuk itu maka masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah itu juga harus diberikan ruang fasilitasnya. Jadi ada rusunami, rusunawa, rusun milik atau rusun sewa yang kita bangun untuk mereka yang penghasilan rendah sehingga semua elemen masyarakat itu tertata.
Ini sebenarnya kita mulai dengan hunian pekerja konstruksi. Kalau kita lihat di lapangan ada 22 tower. Ini kita ingin benar-benar me-uwongke para pekerja ya. Biasanya itu para pekerja itu keleleran lho, di bedeng-bedeng enggak karuan. Ini enggak.
Kita ciptakan nanti atapnya solar power panel, tenaga surya, airnya juga dari recycle, ada faskes, ada mushalanya, tentunya nanti akan diperbanyak, ada kantinnya, semua tentu nanti akan digital di situ kantinnya. Ini suatu langkah awal di mana kita nanti akan mentransformasi lagi ke depan. Contoh itu ya.
Di usia kerja Otorita IKN yang baru efektif selama 3 bulan, Bambang mengakui bahwa tantangan utamanya saat ini adalah mengelola ekspektasi publik mengenai pemindahan ibu kota.
Sebagai pemimpin dalam satu organisasi yang masih belia, Bambang juga berhadapan dengan masalah belakang meja seperti menyiapkan anggaran, hingga merekrut pejabat-pejabat yang akan ada di bawah kendalinya.
Bambang pun angkat bicara soal masalah-masalah yang dihadapi Otorita IKN di lapangan, mulai dari penolakan warga hingga potensi adanya mafia tanah.
Jadi efektifnya baru 3 bulan kerja ya?
Iya, kalau dari sisi organisasi yang mempunyai anggaran ya, kita punya DIPA sendiri itu baru Januari, Februari itu baru cair, Maret itu baru mulai berjalan.
Di balik blueprint IKN, ada berapa anak-anak mudanya?
Sekitar 100-an. Jadi memang ada yang struktural, ya tadi itu deputi-deputi, lalu direktur. Kami kebanyakan yang muda-muda begini, kita ingin mereka tidak thinking outside the box, tapi thinking without the box.
Jadi dari sekian ratus tadi apakah semua fresh graduate? Latar belakang pendidikannya seperti apa?
Macam-macam. Jadi ada fresh graduate, ada diaspora kita panggil pulang. Termasuk saya kan diaspora, disuruh membantu. Kemudian kita juga sering merintis dengan LPDP supaya mereka yang dapat beasiswa itu nanti juga bisa balik dulu ke sini. Itu duit dari masyarakat, tolong sumbangkan waktu dan ilmunya untuk masyarakat, begitu.
Kita juga berencana membuka internship, juga untuk disertasi, tesis. Ini saya bocorkan, kemarin beberapa universitas besar itu ingin membuat ini sebagai living lab bagi mereka. Jadi proyek-proyek mereka kan biasanya ada kelas-kelas itu, contohnya Stanford. Saya kemarin ke sana dan mereka sangat tertarik untuk membuat itu jadi lab. Juga ada beberapa universitas ternama lain yang tertarik, tapi belum teken kontrak. Nanti kalau sudah teken saya declare.
Sejak dilantik jadi kepala Otorita IKN, pasti ada hambatan dan sebagainya, pengalamannya apa? Yang membuat lancar dan hambatannya apa?
Membangun kota itu enggak mungkin kita cuma 5-10 tahun. Butuh 15-20 tahun atau bahkan lebih, dan itu harus dimulai dari sekarang, itu satu sisi. Jadi ekspektasi bahwa 2 tahun di 2024 itu ada sesuatu yang di-deliver, padahal kita tahu bahwa membangun kota itu nggak mungkin 2 tahun kan, semua orang juga tahu begitu ya.
Di satu sisi, kita harus memberikan suatu confidence, suatu kepercayaan bagi semua pihak bahwa ini proyek ataupun program ataupun langkah-langkah ini memang sudah dimulai secara terstruktur.
Jadi yang akan saya lakukan sebetulnya membuat suatu fondasi karena sudah pasti bahwa dari sekarang hingga 2045 itu kan it goes beyond my term, term saya kan paling lama cuma 5 tahun begitu ya. Jadi yang saya harus lakukan adalah membuat suatu solid foundation.
Itu di satu sisi, jadi ada satu ekspektasi, di sisi lain saya harus menyiapkan organisasi, organisasi ini baru beroperasi tahun ini lho, kami ini startup, kayak yang dilihat di belakang ini (Bambang duduk membelakangi belasan anak muda yang sedang bekerja di meja-meja mereka), kan memang startup, baru 2 bulan 3 bulan nih kita mempunyai budget, anggaran, dan sebagainya, mengisi personel dan sebagainya.
Jadi walaupun tahun lalu saya dan Pak Dony (Wakil Kepala Otorita) ditunjuk tapi kan kami tahun lalu menyiapkan segala sesuatunya ya bahkan kita dibantu tim transisi tahun lalu, tapi tahun ini baru main nih, ceritanya begitu.
Jadi ada satu sisi organisasi yang harus dikembangkan secepatnya. Kompas menyebutkan ini seperti bayi yang harus berlari, di sisi lain ada ekspektasi yang melambung yang harus kita jaga. Saya kira itu yang paling unik dari penugasan di posisi ini sekarang.
Kita punya dokumen yang disebut One MPP, one map, one plan, one policy. Satu peta, satu kebijakan, satu perencanaan
Selama setahun ini, bagaimana caranya untuk mengelola ekspektasi publik dan untuk memastikannya tercapai?
Ya itu uniknya, kita belum punya anggaran sendiri, orang-orangnya juga masih direkrut, jadi kita melakukan apa yang disebut 4K. 4K itu adalah kita melakukan komunikasi dengan semua elemen masyarakat, kita melakukan koordinasi utamanya dengan para pelakunya, kemudian kita akan berkolaborasi dan konsolidasi.
Jadi ada 4K yang kita lakukan, itu yang kita lakukan karena kita memang secara unit organisasi setahun yang lalu itu memang belum tertata rapi, kita baru saja kira-kira dua bulan lalu semua deputi terisi misalnya, dan itu nanti ke bawahnya akan terisi lagi direktur dan sebagainya.
Nah, untuk melakukan 4K ini kita memang akhirnya jemput bola, kita mempunyai apa yang disebut tahun lalu, yang paling menonjol adalah, kita punya dokumen yang disebut One MPP, one map, one plan, one policy. Satu peta, satu kebijakan, satu perencanaan.
Kenapa, kenapa harus menggunakan One MPP? Memang karena waktu kita masuk itu ada beberapa perencanaan yang kurang sinkron dari berbagai kementerian dan lembaga yang harus kita padukan, petanya juga harus satu, sehingga semua pegang peta yang sama, perencanaan yang sama, policy kebijakan juga harus sama karena sekarang mulai ada badan yang disebut badan otorita yang akan melakukan semua koordinasi.
Jadi itu yang kita produce tahun lalu, one MPP, sehingga semuanya sekarang mengacu pada satu dokumen yang sama. Nah, ini penting sekali supaya juga tidak terjadi tumpang tindih, tidak terjadi juga sesuatu yang akhirnya bertolak belakang ataupun tidak sinergi.
Misalnya, ada jalan ya, jalan itu harus diisi MUT (multi utility tunnel) dan itu semua utilitas itu nantinya akan masuk di dalam situ, jadi tidak ada lagi misalnya bongkar pasang, listrik di situ, fiber optik di situ, air bersih di situ, air kotor di situ dalam satu tempat. Ini kalau enggak sinkron artinya nanti akan jadi bongkar pasang di lapangan.
Di luar mengelola ekspektasi tersebut, masalah teknis yang dihadapi apa sih? Apakah ada tantangan yang kasat mata? Misalnya, penolakan masyarakat dari Kalimantan?
Saya menyebutnya bukan tantangan tapi bagaimana kita harus meyakinkan ya saudara-saudara kita di lapangan tuh. Saya merasa setelah teman-teman ini tertata nih, deputi-deputi saya, terutama teman-teman yang dari lokal ya, kita punya ada dua putra dan putri daerah, Ibu Doktor Myrna Safitri, satu lagi Pak Alimuddin.
Dua-duanya itu aktif sekarang melakukan komunikasi dengan berbagai pihak. Itu rasanya tensinya jauh berkurang, dalam arti mereka yang semula bingung, saya mengerti sih warga itu agak bingung karena di satu sisi dikebut suatu konstruksi ya oleh kementerian/lembaga tertentu, kami kan baru nih masuk, sementara mereka juga tidak mungkin tidak terinfokan secara luas, secara benar.
Sehingga sekarang begitu diberikan pengertian, misalnya ini tidak hanya ganti untung tapi ada kemungkinan untuk melakukan relokasi, relokasi itu mungkin juga dari satu tempat ke tempat lain yang jauh lebih baik. Jadi dengan komunikasi dan dialog yang baik ini menurut saya sih sekarang situasinya lebih kondusif ya di lapangan.
Tapi selain yang menolak, suuzonnya kita nih, mungkin ada juga yang memanfaatkan proyek IKN ini untuk cari untung. Misalnya kongkalikong dan sebagainya, ada temuan?
Ada beberapa kasus ya misalnya contohnya membuat suatu tempat untuk makan, logistik, dan sebagainya yang tidak berizin. Nah itu deputi pengendalian pelaksanaan kami itu langsung bergerak dengan aparatur pemerintah daerah untuk meminta itu dihentikan, itu contohnya seperti itu.
Jadi memang pasti ada, di satu proyek yang besar seperti ini orang yang ingin memanfaatkan situasi, atau ada yang sudah jualan kavling misalnya begitu ya, itu langsung kami hentikan karena memang berdasarkan peraturan perundangan kan enggak boleh sebenarnya, kita ada freezing sementara.
Hal-hal seperti itu terjadi pasti di lapangan dan itu tidak unik untuk proyek IKN saja tapi juga proyek besar lainnya juga sama saya kira di mana-mana, tapi yang jelas dengan mata dan telinga dari teman-teman yang ada di lapangan di sana ini akan bisa lebih ditata dan juga ditangani ya.
Kita sekarang ini ada 3 kantor, ini kantor start up gitu ya, kemudian di Balikpapan ada satu lagi kantor di mana kita juga berkantor di sana dan empat deputi sebetulnya akan lebih banyak di sana, dari tujuh deputi empat tentu akan banyak di sana.
Dan satu lagi di lapangan, di tempatnya hunian pekerja konstruksi (HPK) itu, kami ada satu lantai yang kami pakai untuk basecamp istilahnya supaya kami gampang melakukan koordinasi dan pelaksanaan di lapangan.
Meski usianya masih terbilang seumur jagung, Otorita IKN sudah bergerak cepat untuk mewujudkan mimpi memindahkan ibu kota negara tetapi tetap mematuhi kaidah pembangunan berkelanjutan.
Bambang menyebutkan, Otorita IKN sudah meneken 10 nota kesepahaman yang antara lain berkaitan dengan wacana menjadikan Nusantara sebagai kota cerdas atau smart city.
Ia juga menyebut bahwa sudah ada banyak investor yang menunjukkan ketertarikan untuk menanamkan modalnya di IKN.
"Kami di-backup oleh institusi internasional, kayak UNDP, ADB, USAID, macam-macamlah. Itu merupakan aliansi kami untuk memastikan apa yang disebut global campaign itu akan tercapai," ujar Bambang.
Di sisi lain, Bambang mengeklaim bahwa pembangunan IKN akan tetap memperhatikan lingkungan dan masyarakat setempat. Bahkan, kata dia, penduduk setempat sudah mulai dilatih dan dilibatkan supaya mereka dapat menikmati hidup di IKN kelak.
Tadi disebut ada 10 MoU untuk global campaign, apa saja?
Macam-macam ya, ada yang tentang smart city dengan USAID. Kemudian dengan korea tadi tentang teknologi maju di antaranya sky taxi kemudian SDGs itu dengan UN. Kita dalam proses juga tanda tangan dengan berbagai pihak yang lain yang kira-kira sebulan ke depan kita akan lihat banyak yang mulai tertata.
Sekali lagi ini startup baru lho, tiga bulan lho, tolong dipahami nih…
Ada Mou dengan UNDP terkait SDGs, berarti semua pergerakan di sana termasuk misalnya membangun jalan, penyediaan sarana transportasi, kemudian untuk pasokan material bangunan itu semua harus mengacu pada kaidah-kaidah di SDGs?
Iya, salah satunya misalnya untuk adaptasi untuk climate change, perubahan iklim, kita berupaya untuk membuat misalnya solusi-solusi berbasis nature jadi katakanlah nanti desainnya itu hijau, green design.
Kemudian dalam melakukan pekerjaan di lapangan itu selalu kita memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Bahkan Ibu Deputi Myrna yang membidangi lingkungan misalnya mengeluarkan suatu edaran agar para pekerja konstruksi itu berhati-hati kalau nanti ketemu binatang buas atau binatang liar, karena kalau enggak kan nanti tiba-tiba dibunuh saja begitu kan, ataupun nanti ketemu beruk, ketemu apa, ketemu monyet segala macam langkahnya menjadi langkah ofensif.
Nah kita ingin bahwa kehidupan antara people, nature, dan culture itu sesuai. Ini yang unik dari sustainable forest itu.
Termasuk ada jaminan pembangunan di sana misalnya tidak boleh mengabaikan masyarakat, menggusur sungai, misalnya begitu ya?
Kita berupaya menggunakan landscape yang ada, kemudian dengan masyarakat adat kita melakukan dialog-dialog sekarang. Kebetulan deputi yang membidangi sosial budaya ini kan dari lokal ya, jadi dia tentu lebih bisa untuk memahami, lebih bisa untuk melakukan dialog kepada para komunitas yang ada di lapangan.
Jadi apa yang kita lakukan adalah menjembatani antara mereka yang di lapangan, komunitas masyarakat yang ada, melakukan pelatihan-pelatihan misalnya, itu salah satu yang kita lakukan, kita sebut dengan reskilling dan upscaling.
Jadi ada emak-emak yang dilatih untuk hidroponik, lagi boom mereka, lagi hype nih karena banyak pekerja-pekerja baru kan butuh hidroponik sayur mayur di lapangan, wah mereka senang banget gitu, 'waduh Pak, laku keras Pak'. Ada yang dilatih jadi barista, ada yang dilatih jadi bakery segala macam, itu kita lakukan untuk supaya yang masyarakat ini nanti bisa masuk di dalam proses pembangunan di IKN. Jangan ditinggal, jangan jadi penonton, itu yang kami lakukan.
Kabupaten dan kota di sekitar itu ekspektasinya adalah menjadi salah satu support sistem dan penyangga, bagaimana otorita memberikan solusi?
Pertama kita melihat IKN ini dalam skala kecil ada Nusantara, ada 3 kota ekosistem, yakni Nusantara, Balikpapan, Samarinda. Tiga kota ini akan membentuk suatu regional development yang akan jadi lokomotif ke depannya.
Tapi di luar ini juga kita juga melihat-lihat daerah-daerah di sekitarnya yang sprawl tadi supaya semua harus tertata. Nah, itu bisa dengan mekanisme daerah mitra. Daerah mitra itu ada di UU, ada di PP bahwa daerah mitra tertentu. Daerah-daerah mitra tadi yang insyaallah kita akan bisa sama -sama membangun regional sekitar situ.
Sejauh ini ada 167 LoI (letter of interest) yang masuk ke kami.
Investor-investor yang sudah pasti berkomitmen dalam pembangunan berapa banyak?
Yang terjadi kan kalau swasta biasanya mereka melakukan satu studi dulu sebelum mereka benar-benar masuk untuk deal. Jadi sejauh ini ada 167 LoI (letter of interest) yang masuk ke kami.
Dari 167 itu swasta dalam negeri atau luar juga?
50 persen, 50 persen. Hampir sama antara dalam dan luar negeri. Kayaknya ke depan bertambah. Kenapa? Karena saya woro-woro. (Hasilnya) itu banyak sekali yang mau datang. Saya bilang, "seeing is believing", Anda silakan lihat di lapangan apa yang terjadi. Kalau narasi di luar kan selalu bilang wah ini akan merusak lingkungan, dan sebagainya.
You see it by yourself dan Anda dengar apa nanti yang akan kita lakukan dan kami enggak sendirian. Kami di-backup oleh institusi internasional. Kayak UNDP, ADB, USAID, macam-macam lah. Itu merupakan aliansi kami untuk memastikan apa yang disebut global campaign itu akan tercapai.
Investor-investor yang sudah teken LoI di bidang apa saja?
Yang populer itu teknologi ya, energi, transportasi, kesehatan cukup banyak, pendidikan juga cukup banyak, perumahan (housing) cukup banyak apartemenm dan lain-lain, mal oke pasti.
Greg Norman salah satu pegolf internasional juga sudah menghubungi kami untuk membuat suatu lapangan golf berskala internasional plus resort-nya. Tapi juga bukan hanya mereka. Sebelumnya Ciputra juga sudah mau buat 300 hektare, golf itu sudah ada tiga yang mau.
Nah, yang kita butuh dan belum ada adalah fasilitas yang kental dengan sosialnya. Misalnya, tempat-tempat ibadah. Kita juga belum ada yang menawarkan tempat pemakaman. Ini contoh, hal-hal yang kental sosialnya.
Kami ingin juga ada museum, ingin juga ada art district. Jadi bayangannya ada art, seperti di London ada teater-teater, lalu di New York ada Broadway, tapi ala Indonesia dan juga ada ala internasionalnya. Itu membuat kota tadi jadi punya roh. Orang ke sana enggak cuma urus sesuatu di kantor-kantor pemerintahan.
Orang yang mau nonton misalnya. Sekarang “Lion King” dan sebagainya kan enggak sampai Indonesia, sampainya di Singapura, yang nonton orang-orang Indonesia juga ke sana. Kenapa enggak kita bikin di sini. Ada iconic building misalnya kita ingin ada opera, teater.
Kalau Sydney ada opera house, nanti kita bentuknya apa, ya dengan keindonesiaan kita. Nah, ini contoh-contoh yang belum banyak diminati tapi kita berupaya mencari yang berminat untuk sektor-sektor ini agar kita bangun di IKN.