Tampang bule tapi berbahasa Jawa, itu Londokampung. Yang satu lagi, Korea Reomit, orang Korea tapi medok pakai basa walikan ala Malang. Kenalan, yuk...
YOUTUBE membuat banyak orang menguji diri seberapa bisa jadi kreatif untuk dapat menjaring sebanyak-banyaknya penonton.
Para YouTuber—pembuat konten di YouTube—pun berlomba-lomba membuat konten menarik.
Ada yang menjelajah berbagai daerah untuk berburu kuliner, review film atau lagu, atau unboxing berbagai barang yang sedang jadi perbincangan.
Di kalangan artis yang menjadi YouTuber, prank atau ngerjain keluarga atau rekan-rekannya menjadi konten andalan.
Pilihan lain, bicara kehidupan pribadi, cerita perjalanan, atau belanja barang mewah. Belakangan, social experiment seperti menjajal jadi gelandangan, dilakukan juga oleh selebritis.
Dari semua itu, ada yang lumayan tidak biasa, yaitu warga negara asing membuat konten YouTube dengan bahasa Indonesia, bahkan bahasa daerah.
Dua di antara mereka yang membuat konten dengan model terakhir di atas adalah Londokampung dan Korea Reomit.
Yuk, kenalan dengan orang-orangnya....
BERKEBANGSAAN Australia, David Andrew Jephcottt atau yang akrab disapa Cak Dave, terkenal dengan kanal Londokampung di YouTube.
Tampang bule totok tapi berbahasa Jawa medok, itulah Cak Dave. Itu juga kenapa akunnya bernama Londokampung.
Bahasa Jawa yang dipakai Cak Dave adalah logat Surabaya, alias Suroboyoan.
Cak Dave fasih berbahasa Indonesia dan Jawa karena saat kecil pindah ke Indonesia mengikuti kedua orangtuanya, Heather Jephcott dan Hume Jephcott. Waktu itu dia berumur 18 bulan.
Sempat sebentar tinggal di Bandung, Jawa Barat, keluarga Dave pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Itulah kenapa bahasa Suroboyoan-nya medok dan melekat.
Teman-teman memanggilnya Dapit Kecepit. Kakaknya, Nathan, dipanggil Tan Ketan.
"Kita kan belajar bahasa, bahasa pertama, di umur segitu, kan? Nah, aku di Surabaya kan sejak umur dua tahun, karena di Bandungnya itu enam bulan. Jadi langsung bahasa campur-campur," ujar Dave kepada Kompas.com pada pertengahan 2019.
Cerita masa kecilnya bergaul dengan arek-arek Surabaya menjadi salah satu konten video Dave. Di situ, dia bercerita, teman-teman memanggilnya Dapit Kecepit. Kakaknya, Nathan, dipanggil Tan Ketan.
Menurut teman-teman masa kecil itu, kedua panggilan tersebut lebih gampang daripada pelafalan nama David dan Nathan.
Pergaulan sejak kecil itu membuatnya sangat fasih berbahasa Jawa ala Surabaya. Logatnya kini sudah tidak bisa lagi dibedakan dengan arek asli.
Bila mendengarkan Dave berbicara, tanpa melihat sosoknya sama sekali, melalui telepon misalnya, orang akan menyangka sedang mendengar arek Suroboyo berbicara.
Lalu pada 2016, Dave mendapatkan ide dari rekannya untuk membuat video dengan konsep WNA berbahasa Suroboyoan.
"Ide temanku. Awalnya cuma iseng, ya buat yang bule tapi Jawa, ngono (WNA tapi berbahasa Jawa gitu)," kata Dave.
Konten awal hanya berisi lagu. Yang satu memang lagu berbasa Jawa, sementara yang satu lagi berbahasa Inggris yang liriknya lalu diubah menjadi bahasa Jawa.
"Diobok-obok terus We Don't Talk Anymore tapi tak ganti basa Jawa. Bikin dua, langsung banyak viewer-nya," tutur Dave.
Begitu fasihnya Dave Jephcott berbahasa Jawa Suroboyoan, orang yang hanya mendengar suaranya akan mengira dia benar-benar arek Suroboyo asli.
Ide ini rupanya mencuri perhatian masyarakat Surabaya. Di media sosial, nama Cak Dave ramai dibicarakan karena wajahnya yang sangat londo—sebutan bagi orang kulit putih di masyarakat Jawa—tapi berbahasa Jawa.
Begitu fasihnya Dave Jephcott berbahasa Jawa Suroboyoan, orang yang hanya mendengar suaranya akan mengira dia benar-benar arek Suroboyo asli.
Karena sukses, Dave pun mempertahankan konsep itu saat membuat video-video berikutnya.
Dave aktif mengunggah video dengan konsep prank. Mula-mula dia acak memilih orang untuk diajak berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Ketika yang diajak bicara tidak dapat meladeni pertanyaannya, Dave pun berpura-pura menelepon temannya. Nah, di situ dia berbicara menggunakan bahasa Jawa.
Prank tersebut direkam tim Dave secara tersembunyi. Pada akhirnya, tentu saja, "korban" prank Dave tetap diberitahu.
Dave tak menyangka bahwa konsap prank ini disukai oleh penonton setianya.
"Kalau subscriber-nya enggak langsung banyak. Subscriber banyak itu setelah bikin prank. Tapi kalau viewer itu banyak di Facebook, dan di-repload akun lain," ujar dia.
Menjadi YouTuber terkenal di Indonesia membuat keluarga Dave berbangga. Malah, tak jarang Dave mengajak keluarga untuk berkolaborasi.
Misal, saat membahas awal mula Dave berbahasa Jawa, dia mengajak orangtuanya, Hume Jephcott dan Heather Jephcott.
Kadang, Dave juga mengajak sang kakak, Nathan Jephcott, yang juga bisa berbahasa Surobyoan meskipun kini tinggal di Australia.
"Ya kalau pulang aku ajak sekalian bikin video, sambil tak tes bahasa Jawanya," ujar Dave.
Popularitas Dave di Indonesia lantas membuat keluarganya ingin juga belajar berbahasa Jawa Suroboyoan.
"Jadinya saudara-saudaraku banyak yang pengin diajari bahasa Jawa gara-gara lihat videoku," tutur dia sembari tergelak.
Ayah satu anak ini mengaku ingin lebih serius lagi mengelola channel YouTubenya. Dave mengatakan, ia ingin menambah personel untuk membantunya dalam membuat konten.
"Soalnya pas di Jakarta itu lihat Raffi Ahmad, ada satu orang yang ngomong 'Gini ya, ngomong gini.' Pengin sebenarnya kayak gitu," ucap pria yang menikahi perempuan Surabaya ini.
Maksudnya, kata dia, ada personel yang memang khusus memberi masukan tentang cara bicara saat tampil di video.
"Sada yang ngasih tahu gimana ngomongnya, tapi bukan apa yang harus diomongin ya," lanjut Dave.
Dave juga ingin tetap berkarya di Indonesia. Dia malah mengaku belum punya bayangan aktivitas jika harus pulang ke negaranya.
"Kalau pulang, aku jadi apa? Ngajar bahasa Jawa? Takutnya enggak laku, enggak payu," kata Dave, lagi-lagi sambil tergelak.
Dalam video berjudul "Bule Bersaudara Fasih Bahasa Jawa" di kanal Londokampung, Dave dan Cak Natan, begitu ia menyebut kakaknya di kanal itu, berbincang jarak jauh.
Obrolan itu bertujuan memperkenalkan sang kakak, termasuk soal pekerjaan, keluarga, dan kenangan Nathan tentang Indonesia. Tentu, percakapan berlangsung dalam bahasa Jawa.
Salah satu cerita yang dituturkan Nathan adalah ketika ia membunuh tikus.
"Mbok pateni nganggo apa? (Kamu membunuhnya memakai apa?" tanya Dave.
"Brick," jawab Nathan.
Dave mencoba menjelaskan arti "bricks" ke dalam bahasa Jawa. Awalnya ia menyebut "batubara".
"Basa Jawane apa ya batubara iku? Aku kok lali," kata Dave.
"Bata," ujar Nathan.
Ternyata Nathan masih ingat dengan banyak kata-kata dalam bahasa Jawa yang ia kenal sejak kecil.
Dalam perbincangan itu, mereka berdua sepakat berbincang menggunakan bahasa Inggris ala Jawa. Mereka menyebutnya Jonglish, alias Jawa English.
Contohnya, "Sedikit-sedikit kamu bisa" menjadi "little-little you can". Atau, "masuk angin" menjadi "enter wind".
Percakapan Jonglish Dave dengan Nathan sangat klop. Mereka bisa saling mengimbangi dan mengisi.
Dave seperti melafalkan "sun" (matahari) tidak seperti pelafalan bahasa Inggris yang benar, tetapi dibaca sesuai bunyi hurufnya dalam bahasa Indonesia.
Bagian lucu adalah saat Nathan sampai tak paham adalah ketika Dave menyebut cheese dengan Jonglish yang jadi terdengar seperti chest. Begitu juga saat sweet terdengar menjadi pelafalan sweat.
Untuk frasa, Jonglish kakak beradik ini antara lain menyebut matahari terbenam sebagai when the sun in the down, bukannya sunset.
Sampai saat berbincang dengan Kompas.com, Dave belum pernah tampil di layar lebar meski sudah kerap berakting di video-video prank-nya.
"Tapi aku enggak main film, karena enggak suka punya bos. Ini kerja sendiri, enggak ada yang nyuruh dan ngejar-ngejar ayo upload," kata Dave.
Dave mengaku ada juga sejumlah pertimbangan lain setiap kali mendapat tawaran bermain film, termasuk merasa kurang percaya diri.
"Kalau film, aku agak grogi. Aku kurang PD. Ada beberapa tawaran, tapi biasanya mereka minta aku jadi bule yang tua. Aku agak gimana ya," kata dia.
Selain itu, Dave juga memikirkan kanal YouTube-nya. Kalau ia tinggal berakting, kata Dave, ia harus menyiapkan video yang banyak.
Kecuali, kata dia, kalau proses produksi film itu juga boleh menjadi konten untuk kanal YouTube-nya.
"Jadi yang kalau aku shooting itu ya bisa bikin konten sama pemain-pemainnya, sama sutradaranya. Jadi YouTube tetap bisa jalan," ujar Dave.
Jadi terkenal ternyata juga punya konsekuensi untuk proses kreatif Dave. Dia tak memungkiri, semakin terkenal dirinya, makin sulit juga dia membuat prank.
"Kalau kita kreatif sebenarnya sih gampang saja. Cuma prank-nya, kalau misalnya mencari orang yang tidak kenal aku, yo angel (susah)," ujar Dave.
Untuk itu Dave dan tim kerap mengubah konsep prank dengan menambahkan sedikit modifikasi.
"Mangkannya, sekarang kalau kenal ya enggak masalah. Jadi kalau misalnya idenya matang, pasti ada yang menarik," kata Dave.
Seperti saat ia melakukan prank di drive thru dalam video berjudul "Bule Jowo Prank Drive Thru Pakai Bahasa Jawa (Feat. Andy Sugar)". Rupanya salah satu pegawai restoran cepat saji itu mengenal Dave.
"Sering nonton YotuTube-nya," kata pegawai tersebut.
"Wis subscribe durung? (sudah subscribe atau belum?)" tanya Dave.
"Suwun yo," kata Dave sembari tertawa.
Ia mengaku juga tak bisa menggunakan konsep melakukan prank pada sang istri seperti yang dilakukan oleh kebanyakan YouTuber dari kalangan selebritas.
"Banyak yang gagal. Nah itu yang buat sempat yang aduh gagal, ya cari ide lagi. Kalau artis kan bisa ngeprank istrinya, atau keluarganya. Aku juga harus gitu. Tapi di Surabaya ini kurang artis. Aku ngeprank sapa?" ujar Dave.
Satu hal yang ingin dipelajari Londokampung adalah bahasa Jawa krama inggil atau bahasa halus.
Krama inggil biasanya digunakan saat berbicara kepada orang yang lebih tua atau dihormati.
Saat ini yang dikuasai Dave adalah bahasa Jawa ngoko, yang biasa dipakai dengan lawan bicara yang lebih muda atau seumuran.
"Pengin belajar bahasa Jawa halus, krama. Tapi bahasa krama yang dipakai di Jawa Timur. Karena kalau bahasa krama yang di Jawa Tengah, orang Jawa Timur enggak ngerti," kata Dave.
Dave juga ingin mendapatkan kesempatan belajar bahasa daerah lain di Indonesia.
Dia mengaku ingin belajar itu agar bisa berbincang dengan orang yang lebih tua dari dirinya.
"Pokoknya aku kalau keiling Jawa aku pengin bisa ngomong sama orang tua," ujar Dave.
Sejauh ini, Dave mengaku baru menambah kosa katanya dalam bahasa Jawa krama inggil justru setelah menjadi YouTuber.
"Kalau dapat kata-kata baru, ya aku aplikasikan. Aku jujur saja, sejak jadi YouTuber ini baru tahu ada pakai bahasa inggih (iya), mboten (tidak). Sebelumnya enggak tahu. Berarti di saya enggak pernah ngomong sama orang tua," ucap Dave.
Tak hanya bahasa Jawa saja. Dave juga ingin mendapatkan kesempatan belajar bahasa daerah lain di Indonesia.
"Belajar bahasa lain, misalnya Madura, enggak harus fasih, misalnya kalau ketemu orang Sunda, siapa tahu bisa dibuat konten juga, umpamanya bisa basa-basi bahasa Sunda," kata Dave.
BILA Dave menggunakan bahasa Jawa berlogat Surabaya, yang satu ini kental dengan logat Malang. Di YouTube, yang ini dikenal sebagai Korea Reomit.
"Halo, guys! Welcome back to Korea Reomit. Bersama aku lagi orang Korea yang medok."
Sapaan itu sangat akrab di kalangan anak muda penonton YouTube.
Itulah sapaan khas Korea Reomit. Sesuai namanya, kanal tersebut milik pemuda asal Korea Selatan. Si pemilik bernama Jang Hansol.
Dilahirkan di Korea Selatan pada 8 Mei 1994, Hansol diboyong keluarganya ke Malang, Jawa Timur, sejak berusia 4 tahun.
Cerita kepindahan keluarganya ini muncul dalam vlog berjudul Ceritanya Aku Bisa Sampai di Malang.
Ia bersekolah dari TK hingga SMA di Kota Malang. Semuanya sekolah umum Indonesia, bukan sekolah internasional seperti orang-orang asing menyekolahkan anak-anak mereka saat di Indonesia.
Bahasa Indonesia dan Jawa yang awalnya asing, menjadi bahasa sehari-hari
Saat itu keluarganya harus pindah karena mengalami kebangkrutan. Jang Hansol kecil yang kebingungan, awalnya mengira hanya akan berlibur di Malang.
"Sampai saat itu aku masih ngerasa kita ini liburan. Tapi kok enggak pulang-pulang. Panjang lagi perjalanannya," kata Jan Hansol dalam video.
"Sampai suatu hari aku mulai lupa kalau aku dari Korea," imbuh Jang Hansol.
Lambat laun Jang Hansol menyesuaikan diri, mulai dari makanan, budaya, hingga bahasa.
"Bahasa Indonesia dan Jawa yang awalnya asing, menjadi bahasa sehari-hari," ucap Hansol.
Kini Hansol selalu merindukan rawon, pecel, dan trancam—makanan khas Jawa Timur—yang ia kenal sejak kecil.
Hansol mengaku bingung bila bicara tentang pulang. "Pulang ke Malang atau Korea?" tanya dia.
Seperti yang dialami Dave Jephcott, Hansol kecil bisa menguasai bahasa yang asing baginya, khususnya bahasa Jawa, dengan cepat.
Gaya bicaranya saat berbahasa Jawa tidak ada bedanya dengan anak muda Malang pada umumnya.
Jangankan berbahasa Jawa, bicara dalam bahasa Indonesia pun ia terdengar sangat medok,
Karena itu banyak yang tidak percaya ia orang asli Korea serta berayah dan ibu Korea tulen.
Hansol mengakui hal itu dalam vlog pertamanya, Perkenalan + 5 makanan berkesan, yang diunggah pada 23 Agustus 2016.
Pemilihan nama Korea Reomit pun menunjukkan dua identitasnya sekaligus, sebagai orang Korea dan arek Malang.
“Korea” menunjukkan ia orang Korea sedangkan "Reomit" berasal dari kata “Timoer” atau Timur yang dibaca dari belakang, seperti basa walikan khas Malang.
Hansol selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan campuran bahasa Jawa Malangan dalam setiap videonya.
Celetukannya pun masih gaya Malang. Misal, “Mosok, se?” atau “Iyo, a.”
Selain itu, pelafalannya untuk menggambarkan sesuatu yang “sangat” juga khas Jawa Timur khususnya Malang, yakni menambahkan vokal “u”.
Dua kakak perempuannya pun sangat medok saat berbahasa Jawa atau Indonesia.
Contohnya, “buagus” untuk menggambarkan “sangat bagus”, “uapik” untuk “sangat apik”, atau “uenak” untuk “sangat enak”.
Ketika berbicara dengan teman-teman SMP atau SMA-nya di Malang, Hansol akan menjadi pemuda Malang 100 persen.
Tanpa melihat wajah Hansol dan teman-temannya mengobrol, pendengar percakapan itu akan langsung menyimpulkan mereka adalah sekelompok arema alias arek Malang.
Hal itu bisa dilihat dari vlog-vlog Hansol ketika ia bertandang ke Malang yang diunggah di kanal Korea Reomit pada Desember 2018.
Kemampuan berbahasa Jawa tidak hanya dimiliki Hansol di keluarga Jang. Dua kakak perempuannya pun sangat medok saat berbahasa Jawa atau Indonesia.
Kadang-kadang Hansol mengajak kakak-kakaknya dalam vlognya. Mereka biasanya berbicara dalam bahasa Korea terutama bila ada orang lain.
Hansol kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Namun tanpa mereka sadari, celetukan dalam bahasa Jawa selalu terlontar dalam obrolan kakak beradik itu.
Konten Korea Reomit kini semakin beragam. Hansol tidak hanya menyajikan vlog, tetapi juga mukbang (makan), tips diet, cerita kehidupan di Korea, tips berwisata ke Korea, hingga peristiwa dan kasus yang terjadi di Korea.
Ia juga membuat konten kuliner, seperti membandingkan makanan cepat saji franchise internasional yang dijual di Korea dengan versi yang pernah ia rasakan di Indonesia.
Ketika dunia Kpop dikejutkan dengan perceraian pasangan Song Joong Ki dan Song Hye Kyo, Hansol pun membahasnya di Korea Reomit. Ia menjelaskan tentang proses perceraian di Korea Selatan.
Hansol juga membicarakan kasus kelab malam Burning Sun yang diduga melibatkan Seungri—yang ketika itu ia masih menjadi anggota boyband BIGBANG.
Saat media Korea Dispatch menjadi sorotan karena mengungkap percakapan antara seorang saksi dengan Kim Hanbin atau B.I tentang narkoba, Hansol memberi gambaran tentang Dispatch.
Ia juga mengartikan transkrip percakapan antara Hanbin dengan saksi tersebut satu per satu.
Hansol, yang kini kembali tinggal di Korea Selatan, pernah menjadi salah satu YouTuber yang diundang bertemu Presiden Joko Widodo, dalam kunjungan ke Seoul.
Di acara "Korea Indonesia Meet Up" itu Hansol memanfaatkan kesempatan berbicara dengan Jokowi dalam bahasa Jawa.
Ia mengabadikan pengalaman itu dalam vlog yang ia beri judul Aku tanya pak Jokowi pakai Bahasa Jawa!!
"Saya Hansol Jang, orang Korea, tapi besarnya di Malang," kata Hansol saat memperkenalkan diri kepada Jokowi. Ia juga meminta izin mengambil gambar.
Hansol lantas memberanikan diri bertanya dengan menggunakan bahasa Jawa halus.
"Kula badhe tanglet, Pak (saya mau tanya, Pak). Kalau jadi pemimpin yang baik itu gimana, Pak?" tanya Hansol.
Jokowi pun menjawab pertanyaan itu. "Mau mendengar rakyat, mau mendengar keluhan-keluhan rakyat, mau berkomunikasi, ketemu dengan rakyat," jawab Jokowi.
Mengaku gugup saat membuat video itu, Hansol menyebut pengalamannya bertemu dan berbincang dengan Jokowi sebagai pengalaman tak terlupakan.
Pengenalan Hansol terhadap Indonesia, termasuk bahasanya, membuat dia dipercaya masuk dalam tim produksi acara Running Man. Ini program populer di Korea Selatan dan Indonesia.
Sebelum tim Running Man tiba di Yogyakarta untuk melakukan syuting, Hansol datang lebih awal. Ia harus memastikan kesiapan lokasi juga akomodasi untuk para bintang Running Man.
Dalam video yang berjudul Pengalaman Kerjaku bersama Running Man di Yogyakarta, terlihat cara Hansol mengecek lokasi yang akan digunakan syuting Running Man bersama aktor kenamaan Lee Kwang Soo dan Jeon So Min.
Ia juga membantu tim produksi Running Man berkomunikasi dengan warga setempat.
Sebagai orang yang 16 tahun tinggal di Pulau Jawa, Hansol juga yang menyarankan pada tim Running Man untuk mematuhi peraturan-peraturan saat akan mendatangi pantai selatan.
Dalam video yang dipecah menjadi lima episode ini, Hansol terlihat tak leluasa mengambil gambar saat proses syuting berlangsung.
Meski demikian, ia berbagi pengalaman menjalani syuting dengan dua aktor kenamaan Korea dan tim dari Running Man yang ternyata begitu melelahkan.
Sebagai YouTuber, Hansol telah memiliki lebih dari 2 juta subscribers. Ia juga memiliki banyak penggemar.
Ketika berkunjung ke Jakarta, Hansol kerap mendapat sambutan meriah dari penggemarnya bak bintang Kpop.
"Bala-bala", begitu Hansol biasa menyapa penonton video-videonya, sering memberinya hadiah. Ada yang memberinya kaus atau makanan yang bisa dinikmati di Korea.