Film bukanlah sekadar kamera, sutradara, dan para pemain. Film bukan pula sebatas tambahan tata lampu, genset, atau jajaran post-production.~Hikmat Darmawan~
Dalam kerangka industrinya, lanjut Hikmat, setiap film adalah sebuah perusahaan tersendiri. Di sini, aspek kebudayaan—yakni sebuah medium seni dan nilai-nilai yang jadi fondasinya—menjadi basis bagi sebuah bentuk kegiatan ekonomi yang kompleks.
Baca juga: Music Scoring, Elemen Penting Film yang Sering Terabaikan
SELAMA 16 bulan pandemi Covid-19 mencengkeram Indonesia sejak Maret 2020, buka tutup bioskop terjadi. Ibu Kota jadi satu lokasi yang pasti mengalaminya, mengingat provinsi ini adalah episentrum pandemi.
Namun, penutupan bioskop juga terjadi di wilayah lain. Katakanlah bukan karena lonjakan angka kasus Covid-19, penutupan bioskop di luar Ibu Kota juga adalah upaya mencegah perluasan penyebaran wabah Covid-19.
Faktanya, 69 persen bioskop Indonesia pada 2018 tercatat ada di Pulau Jawa, dari total 343 bioskop yang terdata. Konsentrasi lokasi bioskop ini pun tidak banyak berubah, saat jumlah bioskop tercatat mencapai 517 pada 2020.
Ini belum bicara layar film yang dibentangkan dari sebaran bioskop yang sudah njomplang tersebut. Dominasi layar terkembang dan jumlah penonton tentu saja tetap di Pulau Jawa.
Artinya, penutupan bioskop di Pulau Jawa tersebab pandemi bisa dibilang nyaris menutup seluruh bioskop dan menghentikan pemutaran layar lebar di Indonesia. Mati suri terjadi.
Bersamaan, situasi ekonomi yang tak pasti atau bahkan menurun drastis akibat pandemi pun membuat orang meminggirkan pilihan ke bioskop sekalipun dimungkinkan. Duit harus diirit.
Saat itu, CGV Indonesia membuka empat bioskopnya di Jakarta mulai 21 Oktober 2020. Adapun XXI baru membuka lagi jaringan bioskopnya di Ibu Kota pada 16 November 2020, sekalipun sudah mengantongi izin juga pada Oktober 2020.
XXI sejatinya sudah lebih awal memulai beroperasi kembali, yaitu sejak 17 Oktober 2020, tetapi semuanya di luar Jawa.
"Salah satu kendala yang dihadapi adalah keterbatasan film yang akan ditayangkan, baik film Hollywood maupun film Nasional," ungkap Head of Corporate Communications & Brand Management Cinema XXI, Dewinta Hutagaol, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (18/10/2020).
Waktu itu, di wilayah yang dimungkinkan bioskop buka, hanya 25 persen kapasitas diisi penonton. Syarat lain yang dberlakukan adalah pemenuhan ketentuan protokol kesehatan sesuai aturan yang diberlakukan pemerintah sesuai kondisi masing-masing daerah.
Pembukaan kembali bioskop barulah makin banyak dilakukan pada medio November 2020, menggunakan syarat dan ketentuan yang sama.
Ini seturut keluarnya izin dari Pemprov DKI Jakarta untuk menambah "kuota" penonton menjadi 50 persen kapasitas, berlaku mulai 4 November 2020. Izin beroperasi kembali bioskop secara nasional juga dibuka pada 16 Desember 2020.
Namun, pintu bioskop kembali tertutup begitu pemerintah mengeluarkan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 3 Juli 2021.
Barulah, setelah tinggal segelintir daerah terkena PPKM Level 4 pada kurun 16-20 September 2021, pintu bioskop dinyatakan buka lagi di seluruh Indonesia. Ini hanya berlaku untuk daerah yang dikenai PPKM Level 2 dan 3.
BEROPERASI kembali setelah sekian lama terkena pembatasan bahkan tutup, sejumlah persiapan pun dilakukan oleh pemilik jaringan dan pengelola bioskop.
Public Relation and Corporate Communication CGV Marsya Gusman mengatakan, CGV menghadapi tantangan terkait pembukaan bioskop kembali.
“Untuk tantangan yang dihadapi CGV terkait pembukaan bioskop adalah waktu ya, karena kan persiapannya betul-betul sangat singkat,” ujar Marsya, saat dihubungi, Jumat (17/9/2021).
Dalam waktu yang singkat—antara pengumuman dibolehkan buka dan waktu pembukaan pintu bioskop lagi—CGV harus menyiapkan sejumlah film yang bakal diputar, mengatur jadwal putarnya, serta mengadaptasi aturan protokol kesehatan yang baru sesuai aturan pemerintah.
Di masa PPKM, protokol kesehatan lama diberlakukan di semua bioskop CGV. Itu mulai dari penempatan hand sanitizer, tanda pengingat social distancing, hingga tanda jaga jarak di dalam teater.
Sejumlah aturan baru diterapkan pula oleh CGV sesuai aturan pemerintah, seperti penggunaan aplikasi PeduliLindungi dan calon penonton telah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19.
"(Juga), usia minimal 12 tahun, terapkan prokes di seluruh area CGV, aturan makan dan minum ikuti kebijakan kota setempat, dan maksimal kapasitas 50 persen,” kata Marsya kepada Kompas.com.
Tak hanya itu, Marsya memastikan, disinfeksi menggunakan disinfektan dilakukan secara berkala di dalam teater seusai pemutaran film. Kemudian, untuk sementara, penonton dilarang makan dan minum di seluruh area bioskop.
"Persiapan yang kami lakukan paling banyak melakukan (disinfeksi menggunakan) disinfektan dan memberikan sign untuk social distancing di area bioskop,” jelas Marsya.
Sementara itu, terkait jam operasional, jadwal pemutaran film terakhir rata-rata adalah pukul 18.45 WIB.
Marsya pun mengimbau pengunjung untuk lebih dahulu mengunduh aplikasi PeduliLindungi guna mencegah kerumunan atau antrean panjang.
Berbicara mengenai antusiasme penonton, Marsya mengatakan, cukup baik pada hari pertama pembukaan. Meskipun, film yang diputar merupakan film lama dan belum ada film dari negeri sendiri.
Dengan rata-rata keseluruhan teater terisi 40 persen, film yang paling banyak disaksikan adalah Black Widow dan The Suicide Squad.
"Traffic lebih lebih banyak saat jam pulang kerja kalau weekday,” kata Marsya.
Di daerah, masyarakat banyak tidak punya handphone
Jeda di antara jadwal pemutaran film sebaiknya diperpanjang waktunya
PANDEMI Covid-19 yang masih terus berlanjut membuat pengusaha bioskop berpikir keras untuk sekadar tetap bertahan.
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengungkapkan, beratnya upaya bioskop bertahan di tengah pandemi ini lewat perbandingan dengan krisis moneter 1997/1998.
Selama pandemi, pemasukan turun drastis menjadi kisaran Rp 1,5 juta per malam.
Sebagai pengusaha bioskop selama puluhan tahun, Djony menyebut bahwa kondisi usahanya di tengah pandemi adalah yang teberat.
"Saya ini dari 1975 usaha bioskop sampai sekarang. Pasang surutnya sudah kami alami. Ini yang paling berat. Tahun 97-98 yang kerusuhan itu masih tidak separah ini," ucap Djonny kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).
Pendapatan yang didapat dari bioskop yang masih dimungkinkan beroperasi pun bak remah-remah saja.
"Hanya 15 persen, loh, pendapatannya dari keadaan normal dulu (sebelum pandemi), tapi ya kami hadapilah,” kata Djonny lagi.
Djonny membeberkan, pendapatan kotor satu bioskop independen sebelum pandemi berkisar Rp 20-30 juta per malam. Selama pandemi, pemasukan turun drastis menjadi kisaran Rp 1,5 juta per malam.
Satu lokasi bioskop, lanjut Djonny, bisa merugi hingga Rp 150 juta per bulan lantaran minimnya penonton tetapi harus tetap mengeluarkan biaya operasional.
Dalam upaya mengurangi beban biaya operasional, Djonny mengungkapkan, setidaknya 60-70 persen karyawan bioskop harus dirumahkan sementara dan selamanya.
Kini, Djonny berharap langkah nyata dari pemerintah untuk membantu para pengusaha bioskop yang disebutnya menyumbang ke kas daerah.
“Pak Jokowi tinggal instruksikan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Ekonomi, Kementerian BUMN untuk membantu,” ujar Djonny.
Salah satu bantuan yang diharapkan para pengusaha bioskop adalah pengurangan biaya tagihan listrik. Pasalnya, hampir setengah pengeluaran mereka adalah untuk membayar listrik.
Dengan pendapatan bersih pada 2020 tersebut, CGV membukukan kerugian Rp 455,839 miliar, berkebalikan total dengan keuntungan Rp 83,246 miliar pada 20019 dan Rp 35,229 miliar pada 2018.
Harga per lembar sahamnya pun terjungkal, padahal dalam dua tahun sebelumnya ada di tren menanjak.
Setali tiga uang, kinerja MD Pictures di lantai bursa sama muramnya sepanjang 2020. Merujuk laporan tahunan MD Pictures pada 2020, rumah produksi ini membukukan kerugian Rp 58,797 miliar, berkebalikan 180 derajat dibanding laba Rp 60,957 miliar pada 2019.
Selama 2020, MD Pictures memang masih mencatatkan penjualan senilai Rp 122,366 miliar. Namun, buat pembanding, pada 2019 angka penjualannya tembus Rp 250,246 miliar.
Situasi berkebalikan penuh juga terjadi pada harga per lembar saham MD Pictures pada 2020. Dari memberi laba senilai enam rupiah pada 2019, per lembar saham MD Pictures turun harga dengan kisaran nominal yang sama pada 2020.
Hingga kuartal kedua 2021, kinerja kedua perusahaan di lantai bursa masih jeblok. Sempat terangkat pada Maret-April 2021, kinerja kedua saham perusahaan di lantai bursa itu masih remang-remang sekalipun ada pemberlakuan uji coba pembukaan kembali bioskop mulai 16 September 2021.
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Maret 2021 memperkirakan kontribusi industri film, animasi, dan video nasional terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2020 anjlok menjadi minus 0,3 persen.
Terlihat tipis saja. Namun, pada 2017 kontribusi industri ini ke PDB tercatat pernah mencapai 10,30 persen dengan tren lima tahun terakhir memperlihatkan gairah yang terus meningkat.
Sejatinya, kinerja industri kreatif—termasuk film—sempat digadang-gadang bakal melanjutkan tren kenaikan yang tercatat hingga 2019. Apa daya, asa diempas "lawan" tak kasat mata dalam rupa pandemi Covid-19.