JEO - Insight

16 Bulan
Berdarah-darah,
Bioskop
Berjuang Bangkit
dari Mati Suri Terburuk sejak 1998

Kamis, 23 September 2021 | 11:05 WIB

Selama 16 bulan, bioskop tutup demi pencegahan penularan dan penanganan pandemi Covid-19. Kini, bioskop diizinkan buka lagi mulai 16 September 2021.
 
Namun, tantangan tak serta-merta tiada. Kinerja selama pandemi menyerang disebut sebagai yang terburuk sejak krisis moneter pada 1998.
 
Ini catatan, proyeksi, dan harapan dari industri perfilman.

 
ENAM BELAS bulan berlalu sejak kasus pertama virus corona atau Covid-19 diumumkan di Tanah Air. Selama enam belas bulan itu juga, industri hiburan dan pariwisata mati suri.
 
Di antara yang terhantam telak oleh pandemi dari industri ini adalah perfilman dan bioskop.
 
Bagaimana tidak, bioskop terpaksa ditutup atas nama mencegah penularan virus corona dari kerumunan di satu lokasi tertutup yang mungkin terjadi di dalam area bioskop. 
 
Mati surinya bioskop berarti pula berhentinya asap dapur mengebul dari ribuan orang yang bekerja di industri perfilman, tak hanya bioskop.
 
Film bukanlah sekadar kamera, sutradara, dan para pemain. Film bukan pula sebatas tambahan tata lampu, genset, atau jajaran post-production
 
~Hikmat Darmawan~
Sepanjang buka-tutup dan pembatasan yang membuat bioskop mati suri, para pekerja seni di industri ini pun kudu putar otak dan banting tulang untuk bertahan hidup. Kisah mereka antara lain terungkap dalam JEO Apa Kabar Perfilman Indonesia di Masa Pandemi?.
 
Seperti diungkap Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta Hikmat Darmawan, film bukanlah sekadar kamera, sutradara, dan para pemain.
 
Lewat opini di harian Kompas edisi 9 September 2021 berjudul Menunggu "Jalan Tol" bagi Seni Budaya, Hikmat menyebut film bukan pula sebatas tambahan tata lampu, genset, atau jajaran post-production.
 
"Ada infrastruktur teknologi, regulasi, distribusi, ekshibisi, modal insani berskala besar (padat karya), juga dampak berganda (multiplier effect) pada bisnis kuliner, mode, jasa penginapan, transportasi, dan sebagainya," tulis Hikmat.

Dalam kerangka industrinya, lanjut Hikmat, setiap film adalah sebuah perusahaan tersendiri. Di sini, aspek kebudayaan—yakni sebuah medium seni dan nilai-nilai yang jadi fondasinya—menjadi basis bagi sebuah bentuk kegiatan ekonomi yang kompleks. 

Baca juga: Music Scoring, Elemen Penting Film yang Sering Terabaikan 

Setelah berentet kebijakan penutupan dan pembatasan pembukaan bioskop, pemerintah mengizinkan bioskop melakukan uji coba buka lagi mulai 16 September 2021. 
 
Apakah kali ini uji coba pembukaan bioskop akan benar-benar mengawali babak baru kebangkitan industri film dari mati suri?
 
 
 

BUKA TUTUP BIOSKOP
DI TENGAH PANDEMI

Pengunjung menyaksikan film yang diputar di salah satu bioskop di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (4/11/2020). Pemerintah Kota Palembang kembali mengizinkan bioskop kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Pengunjung menyaksikan film yang diputar di salah satu bioskop di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (4/11/2020). Pemerintah Kota Palembang kembali mengizinkan bioskop kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

SELAMA 16 bulan pandemi Covid-19 mencengkeram Indonesia sejak Maret 2020, buka tutup bioskop terjadi. Ibu Kota jadi satu lokasi yang pasti mengalaminya, mengingat provinsi ini adalah episentrum pandemi.

Namun, penutupan bioskop juga terjadi di wilayah lain. Katakanlah bukan karena lonjakan angka kasus Covid-19, penutupan bioskop di luar Ibu Kota juga adalah upaya mencegah perluasan penyebaran wabah Covid-19. 

Faktanya, 69 persen bioskop Indonesia pada 2018 tercatat ada di Pulau Jawa, dari total 343 bioskop yang terdata. Konsentrasi lokasi bioskop ini pun tidak banyak berubah, saat jumlah bioskop tercatat mencapai 517 pada 2020.

Ini belum bicara layar film yang dibentangkan dari sebaran bioskop yang sudah njomplang tersebut. Dominasi layar terkembang dan jumlah penonton tentu saja tetap di Pulau Jawa. 

Artinya, penutupan bioskop di Pulau Jawa tersebab pandemi bisa dibilang nyaris menutup seluruh bioskop dan menghentikan pemutaran layar lebar di Indonesia. Mati suri terjadi.

Bersamaan, situasi ekonomi yang tak pasti atau bahkan menurun drastis akibat pandemi pun membuat orang meminggirkan pilihan ke bioskop sekalipun dimungkinkan. Duit harus diirit.  

Buka tutup bioskop

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, pertama kali melarang pembukaan bioskop pada kurun 23 Maret 2020 hingga 5 April 2020.
 
Larangan ini ternyata terus berlanjut seturut ledakan kasus Covid-19 yang pada waktu itu menempatkan Ibu Kota sebagai episentrum. 
 
Angin segar sempat dirasakan di Jakarta saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan bakal mengizinkan bioskop di Ibu Kota beroperasi kembali mulai 29 Juli 2020.
 
Namun, jumlah kasus positif Covid-19 yang masih terus bertambah pada saat itu membuat pembukaan kembali bioskop berakhir menjadi wacana.
 
Angin sejuk berembus lagi saat Pemprov DKI Jakarta kembali mengemukakan wacana soal pembukaan bioskop sejalan dengan penetapan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi pada 14-27 Agustus 2020.
 
Lagi-lagi, rencana pembukaan bioskop di Ibu Kota itu tak terealisasi. Revisi SK Disparekraf Nomor 2976 Tahun 2020 tentang Perpanjangan PSBB Masa Transisi dalam Penanganan Pencegahan Penularan Covid-19 di Sektor Usaha Pariwisata, membatalkannya.
 
Setelah setidaknya dua kali gagal buka lagi, akhirnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengizinkan pembukaan kembali bioskop di Ibu Kota mulai 11 Oktober 2021. 
Pengunjung berbincang saat akan menonton film di salah satu bioskop di Jakarta, Rabu (21/10/2020). Sejumlah bioskop di Ibu kota kembali beroperasi setelah mendapatkan izin dari Pemprov DKI Jakarta dengan jumlah penonton dibatasi maksimal 25 persen dari total kapasitas.
ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Pengunjung berbincang saat akan menonton film di salah satu bioskop di Jakarta, Rabu (21/10/2020). Sejumlah bioskop di Ibu kota kembali beroperasi setelah mendapatkan izin dari Pemprov DKI Jakarta dengan jumlah penonton dibatasi maksimal 25 persen dari total kapasitas.

Saat itu, CGV Indonesia membuka empat bioskopnya di Jakarta mulai 21 Oktober 2020. Adapun XXI baru membuka lagi jaringan bioskopnya di Ibu Kota pada 16 November 2020, sekalipun sudah mengantongi izin juga pada Oktober 2020.

XXI sejatinya sudah lebih awal memulai beroperasi kembali, yaitu sejak 17 Oktober 2020, tetapi semuanya di luar Jawa.

"Salah satu kendala yang dihadapi adalah keterbatasan film yang akan ditayangkan, baik film Hollywood maupun film Nasional," ungkap Head of Corporate Communications & Brand Management Cinema XXI, Dewinta Hutagaol, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (18/10/2020).

Waktu itu, di wilayah yang dimungkinkan bioskop buka, hanya 25 persen kapasitas diisi penonton. Syarat lain yang dberlakukan adalah pemenuhan ketentuan protokol kesehatan sesuai aturan yang diberlakukan pemerintah sesuai kondisi masing-masing daerah.

Pembukaan kembali bioskop barulah makin banyak dilakukan pada medio November 2020, menggunakan syarat dan ketentuan yang sama.

Ini seturut keluarnya izin dari Pemprov DKI Jakarta untuk menambah "kuota" penonton menjadi 50 persen kapasitas, berlaku mulai 4 November 2020. Izin beroperasi kembali bioskop secara nasional juga dibuka pada 16 Desember 2020.

Namun, pintu bioskop kembali tertutup begitu pemerintah mengeluarkan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 3 Juli 2021.

Barulah, setelah tinggal segelintir daerah terkena PPKM Level 4 pada kurun 16-20 September 2021, pintu bioskop dinyatakan buka lagi di seluruh Indonesia. Ini hanya berlaku untuk daerah yang dikenai PPKM Level 2 dan 3.

Bangun dari mati suri

Bioskop punya kesempatan bangun dari mati suri. Sejumlah jaringan bioskop besar dan independen di Tanah air kembali membuka pintu teater mereka per 16 September 2021 secara bertahap.
 
Apakah kali ini uji coba pembukaan bioskop—terminologi yang dipakai pemerintah—akan benar-benar mengawali babak baru kebangkitan industri film dari mati suri?
 
Apakah kejenuhan publik selama pandemi akan mendorong mereka berbondong-bondong mendatangi bioskop lagi demi sebuah hiburan dan tontonan—yang berdasarkan riset itu ada di antara pilihan selain berwisata dan ketemu kerabat yang lama tak jumpa?
 
Baca juga: 5 Insight Travel dari Pandemi
 
 

  

  << Kembali ke menu artikel 

TANTANGAN
BIOSKOP BUKA LAGI

Karyawan membersihkan kursi penonton saat hari pertama pembukaan kembali Cinepolis Cinemas di Plaza Renon, Denpasar, Bali, Jumat (17/9/2021). Bioskop di wilayah Bali kembali beroperasi dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19, membatasi kapasitas di dalam studio, tidak menjual makanan dan minuman, serta mewajibkan pengunjung menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF
Karyawan membersihkan kursi penonton saat hari pertama pembukaan kembali Cinepolis Cinemas di Plaza Renon, Denpasar, Bali, Jumat (17/9/2021). Bioskop di wilayah Bali kembali beroperasi dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19, membatasi kapasitas di dalam studio, tidak menjual makanan dan minuman, serta mewajibkan pengunjung menggunakan aplikasi PeduliLindungi.

BEROPERASI kembali setelah sekian lama terkena pembatasan bahkan tutup, sejumlah persiapan pun dilakukan oleh pemilik jaringan dan pengelola bioskop.

Public Relation and Corporate Communication CGV Marsya Gusman mengatakan, CGV menghadapi tantangan terkait pembukaan bioskop kembali.

“Untuk tantangan yang dihadapi CGV terkait pembukaan bioskop adalah waktu ya, karena kan persiapannya betul-betul sangat singkat,” ujar Marsya, saat dihubungi, Jumat (17/9/2021).

Dalam waktu yang singkat—antara pengumuman dibolehkan buka dan waktu pembukaan pintu bioskop lagi—CGV harus menyiapkan sejumlah film yang bakal diputar, mengatur jadwal putarnya, serta mengadaptasi aturan protokol kesehatan yang baru sesuai aturan pemerintah.

Di masa PPKM, protokol kesehatan lama diberlakukan di semua bioskop CGV. Itu mulai dari penempatan hand sanitizer, tanda pengingat social distancing, hingga tanda jaga jarak di dalam teater.

Sejumlah aturan baru diterapkan pula oleh CGV sesuai aturan pemerintah, seperti penggunaan aplikasi PeduliLindungi dan calon penonton telah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19. 

"(Juga), usia minimal 12 tahun, terapkan prokes di seluruh area CGV, aturan makan dan minum ikuti kebijakan kota setempat, dan maksimal kapasitas 50 persen,” kata Marsya kepada Kompas.com.

Aturan Pembukaan Kembali Bioskop Mulai 16 September 2021 - (KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO)

Tak hanya itu, Marsya memastikan, disinfeksi menggunakan disinfektan dilakukan secara berkala di dalam teater seusai pemutaran film. Kemudian, untuk sementara, penonton dilarang makan dan minum di seluruh area bioskop.

"Persiapan yang kami lakukan paling banyak melakukan (disinfeksi menggunakan) disinfektan dan memberikan sign untuk social distancing di area bioskop,” jelas Marsya.

Sementara itu, terkait jam operasional, jadwal pemutaran film terakhir rata-rata adalah pukul 18.45 WIB.

Marsya pun mengimbau pengunjung untuk lebih dahulu mengunduh aplikasi PeduliLindungi guna mencegah kerumunan atau antrean panjang.

Berbicara mengenai antusiasme penonton, Marsya mengatakan, cukup baik pada hari pertama pembukaan. Meskipun, film yang diputar merupakan film lama dan belum ada film dari negeri sendiri.

Dengan rata-rata keseluruhan teater terisi 40 persen, film yang paling banyak disaksikan adalah Black Widow dan The Suicide Squad.

"Traffic lebih lebih banyak saat jam pulang kerja kalau weekday,” kata Marsya.

Tantangan di daerah

Berbeda dengan Jakarta, bioskop di daerah masih sepi. Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengungkapkan, euforia pembukaan kembali bioskop belum terasa.
 
"Penontonnya masih sepi. Htungan jari, penontonnya,” kata Djonny kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).
Di daerah, masyarakat banyak tidak punya handphone
Djonny lantas mengungkapkan kendala yang dihadapi pengelola bioskop di daerah. Rupanya, diduga terkait aturan penggunaaan aplikasi PeduliLindungi.
 
"Di daerah, masyarakat banyak tidak punya handphone. Karena harus pakai aplikasi PeduliLindungi, mau masuk bagaimana karena enggak ada handphone,” ujar Djonny.
 
Padahal, kata dia, sudah 70 persen jaringan bioskop independen di daerah kembali beroperasi.
 
Oleh karenanya, Djonny berharap pemerintah bisa memberikan solusi guna meringankan para pengusaha bioskop independen di daerah.
 
“Sudah divaksin dua kali tetapi handphone tidak punya,” ulang Donny tentang dilema calon penonton bioskop di daerah.
 

Ada khawatir

Bioskop memang sudah kembali beroperasi tetapi film karya anak bangsa belum bisa disaksikan oleh moviegoers di Tanah Air. Film-film asing masih merajai daftar tayang hampir semua jaringan bioskop hingga pekan terakhir September 2021. 
 
Produser Starvision Chand Prawez mengaku masih ada ruang khawatir untuk langsung tancap gas saat ini. Jejak nuansa ketidakpastian dari pandemi masih kental. Namun, dia berjanji film nasional akan segera ada lagi. 
 
"Bioskop buka September (2021). Saya kan juga harus mempersiapkan filmnya, harus promo segala macam. November sudah ada," kata Parwez, saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/9/2021).
 
Parwez mengaku tak ingin tergesa-gesa memasukkan film hanya karena pemberitaan bioskop dibuka kembali. Menurut dia, ada beberapa elemen penting yang tetap dijaga Starvision agar film sukses menggaet penonton. 
 
"Kan film itu main bukan seperti kita bikin bakso hari ini terus dijajakan hari itu. (Film) butuh promosi, kesiapan, butuh engagement dengan calon penontonnya. Itu yang akan kami lakukan," kata Parwez. 
 
Senada, Raam Punjabi dari MultiVision Plus atau MVP juga tak ingin gegabah memasukkan film ke bioskop. Memantau situasi sembari berharap kasus Covid-19 terus turun dan bioskop benar-benar beroperasi normal masih jadi pilihannya. 
 
"Alasannya karena tidak ada kepastian, waktu itu. Kalau sekarang sudah ada kepastian, akan kami jalankan," kata Raam Punjabi saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/9/2021). 
 
Meski masih ada ruang khawatir, Starvision menyiapkan Yowis Ben 3 untuk tayang November 2021. Chand Parwez pun menjanjikan setelah film ini tayang akan ada terus film lain besutan mereka tayang di bioskop. 
 
Starvision juga berencana segera merilis film Yuni ke bioskop. Film garapan Kamila Andini ini baru saja memenangkan Platform Prize di Toronto International Film Festival 2021. 
 
"Saya akan mulai dengan Yowis Ben 3. Mudah-mudahan Yuni juga bisa rilis di Desember (2021), insyaAllah,” ucap Chand Parwez.
 

 

Saran epidemiolog

Saat izin buka bioskop menyertakan batasan maksimal penonton di angka 25 persen kapasitas, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, memberikan sejumlah saran bagi para pengelola bioskop.
 
Hingga wabah Covid-19 benar-benar bisa dikendalikan, pembatasan jumlah penonton tetap penting menurut Dicky. Pasalnya, kata dia, risiko penyebaran virus corona jauh lebih besar di dalam ruangan ketimbang di luar ruangan.

“Tidak bisa dipungkiri risiko penyebaran virus di indoor lebih besar.  Risiko penularan tetap ada. Ya, memang saat ini kondisinya dilematis. Yang bisa kita lakukan, disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk meminimalisir penyebaran virus corona,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Rabu (21/10/2020).

Pertama, Dicky menyarankan screening kondisi kesehatan penonton memang tidak bisa ditawar. Waktu itu, dia bahkan menyarankan screening dilakukan lewat ketentuan pembelian tiket secara online yang menyertakan checklist tentang kondisi kesehatan calon penonton.

Kedua, Dicky berpendapat, manajemen bioskop sebaiknya membatasi pengunjung berdasarkan domisili atau cakupan asal wilayah. 
 
Menurut dia, ini bisa meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19 berdasarkan perkembangan data kasus di suatu wilayah sekaligus memudahkan bila nantinya diperlukan pelacakan (tracing) ketika ada temuan kasus yang dikaitkan dengan aktivitas bioskop.
Jeda di antara jadwal pemutaran film sebaiknya diperpanjang waktunya

Ketiga, jeda di antara jadwal pemutaran film sebaiknya diperpanjang waktunya. Menurut Dicky, jeda waktu yang lebih panjang diperlukan untuk mengatur sirkulasi udara, membersihkan bioskop, dan mendisinfeksi ruangan bioskop.

Keempat, Dicky menyarankan petugas kebersihan bioskop mendapat pelatihan khusus dari otoritas kesehatan atau pemerintah daerah. Ini untuk memastikan standar kebersihan benar-benar terpenuhi. 

“Kalau di luar negeri, biasanya ada pelatihan dan mendapat sertifikat. Jadi memang diajarkan bagaimana standarnya mendisinfeksi benda-benda di dalam ruangan. Bukan sekadar bersih-bersih, lap ini, lap itu , semprot-semprot,” ujar Dicky. 
 
Dicky juga menggarisbawahi kewajiban pengelola bioskop untuk melindungi keselamatan karyawannya yang menangani kebersihan dan melayani penonton. 
 
Kelima, seturut kebijakan yang sekarang berlaku, Dicky pada waktu itu juga menekankan untuk sementara waktu tidak ada aktivitas makan dan minum di area bioskop.
 
Tujuannya, meminimalisasi peluang siapa pun di area bioskop membuka masker, hal yang pasti terjadi ketika ada aktivitas makan dan minum. 
 
Keenam, penegakan ketat protokol kesehatan untuk Covid-19. Ini tidak bisa ditawar, mulai dari disiplin penggunaan masker tanpa adegan diperosotin apalagi dilepas, beserta aturan-aturan turunannya. 
 
Boleh gembira tapi tetap kudu waspada dan saling jaga. 
 
  << Kembali ke menu artikel 

BERDARAH-DARAH, TERBURUK SEJAK 1998

Suasana hari pertama pembukaan kembali bioskop CGV Mal Central Park, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Kamis (16/9/2021)
KOMPAS.com/SONYA TERESA
Suasana hari pertama pembukaan kembali bioskop CGV Mal Central Park, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Kamis (16/9/2021)

PANDEMI Covid-19 yang masih terus berlanjut membuat pengusaha bioskop berpikir keras untuk sekadar tetap bertahan.

Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengungkapkan, beratnya upaya bioskop bertahan di tengah pandemi ini lewat perbandingan dengan krisis moneter 1997/1998.

Selama pandemi, pemasukan turun drastis menjadi kisaran Rp 1,5 juta per malam.

Sebagai pengusaha bioskop selama puluhan tahun, Djony menyebut bahwa kondisi usahanya di tengah pandemi adalah yang teberat.

"Saya ini dari 1975 usaha bioskop sampai sekarang. Pasang surutnya sudah kami alami. Ini yang paling berat. Tahun 97-98 yang kerusuhan itu masih tidak separah ini," ucap Djonny kepada Kompas.com, Jumat (17/9/2021).

Pendapatan yang didapat dari bioskop yang masih dimungkinkan beroperasi pun bak remah-remah saja. 

"Hanya 15 persen, loh, pendapatannya dari keadaan normal dulu (sebelum pandemi), tapi ya kami hadapilah,” kata Djonny lagi.

Djonny membeberkan, pendapatan kotor satu bioskop independen sebelum pandemi berkisar Rp 20-30 juta per malam. Selama pandemi, pemasukan turun drastis menjadi kisaran Rp 1,5 juta per malam.

Satu lokasi bioskop, lanjut Djonny, bisa merugi hingga Rp 150 juta per bulan lantaran minimnya penonton tetapi harus tetap mengeluarkan biaya operasional.

Dalam upaya mengurangi beban biaya operasional, Djonny mengungkapkan, setidaknya 60-70 persen karyawan bioskop harus dirumahkan sementara dan selamanya.

Kini, Djonny berharap langkah nyata dari pemerintah untuk membantu para pengusaha bioskop yang disebutnya menyumbang ke kas daerah.

“Pak Jokowi tinggal instruksikan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Ekonomi, Kementerian BUMN untuk membantu,” ujar Djonny.

Salah satu bantuan yang diharapkan para pengusaha bioskop adalah pengurangan biaya tagihan listrik. Pasalnya, hampir setengah pengeluaran mereka adalah untuk membayar listrik. 

Kinerja industri

Situasi yang dihadapi industri perfilman, termasuk bioskop, terpotret pula di data Bursa Efek Indonesia (BEI). CGV dari jaringan bioskop dan MD Pictures dari rumah produksi adalah potret industri yang melantai di bursa saham nasional. 
 
Dikutip dari laporan keuangan tahunan 2020 CGV, jaringan bioskop ini mencatatkan kinerja hancur lebur selama 2020. Total pendapatan bersih CGV selama 2020 tercatat Rp 255,838 miliar, hanya di kisaran seperlima kinerja pada 2019 senilai Rp 1,415 triliun dan seperempat kinerja pada 2018 senilai Rp 1,184 triliun. 
Satgas Covid-19 Kota Surabaya, Jawa Timur, mengecek kembali kesiapan bioskop dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat setelah mendapat izin untuk beroperasi kembali, Selasa (14/9/2021).
DOK PEMKOT SURABAYA
Satgas Covid-19 Kota Surabaya, Jawa Timur, mengecek kembali kesiapan bioskop dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat setelah mendapat izin untuk beroperasi kembali, Selasa (14/9/2021).

Dengan pendapatan bersih pada 2020 tersebut, CGV membukukan kerugian Rp 455,839 miliar, berkebalikan total dengan keuntungan Rp 83,246 miliar pada 20019 dan Rp 35,229 miliar pada 2018.

Harga per lembar sahamnya pun terjungkal, padahal dalam dua tahun sebelumnya ada di tren menanjak.

Setali tiga uang, kinerja MD Pictures di lantai bursa sama muramnya sepanjang 2020. Merujuk laporan tahunan MD Pictures pada 2020, rumah produksi ini membukukan kerugian Rp 58,797 miliar, berkebalikan 180 derajat dibanding laba Rp 60,957 miliar pada 2019.

Selama 2020, MD Pictures memang masih mencatatkan penjualan senilai Rp 122,366 miliar. Namun, buat pembanding, pada 2019 angka penjualannya tembus Rp 250,246 miliar.

Situasi berkebalikan penuh juga terjadi pada harga per lembar saham MD Pictures pada 2020. Dari memberi laba senilai enam rupiah pada 2019, per lembar saham MD Pictures turun harga dengan kisaran nominal yang sama pada 2020.

Hingga kuartal kedua 2021, kinerja kedua perusahaan di lantai bursa masih jeblok. Sempat terangkat pada Maret-April 2021, kinerja kedua saham perusahaan di lantai bursa itu masih remang-remang sekalipun ada pemberlakuan uji coba pembukaan kembali bioskop mulai 16 September 2021. 

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Maret 2021 memperkirakan kontribusi industri film, animasi, dan video nasional terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2020 anjlok menjadi minus 0,3 persen.

Terlihat tipis saja. Namun, pada 2017 kontribusi industri ini ke PDB tercatat pernah mencapai 10,30 persen dengan tren lima tahun terakhir memperlihatkan gairah yang terus meningkat.

Sejatinya, kinerja industri kreatif—termasuk film—sempat digadang-gadang bakal melanjutkan tren kenaikan yang tercatat hingga 2019. Apa daya, asa diempas "lawan" tak kasat mata dalam rupa pandemi Covid-19. 

Menjaga asa

Tampaknya, perjalanan masih panjang bagi industri perfilman dan bioskop untuk kembali ke performa terbaik mereka. Namun, harapan baik tetaplah harapan baik yang harus dijaga dan dirawat.
 
Salah satu upaya untuk itu adalah dengan kita bersama-sama menjalani kehidupan baru selepas pandemi Covid-19, termasuk memastikan protokol kesehatan dan standar kesehatan tak mengendur. Jangan kasih kendor!
 
Pilihan lain yang ada di depan mata jika kita tak saling jaga dan ketat menjalankan protokol kesehatan adalah perekonomian yang tak kunjung bergerak, yaitu saat kita terus saja berkutat dengan lonjakan berulang kasus Covid-19 karenanya.
 
Apakah kita belum kapok juga berdarah-darah karena pandemi? Keputusan ada di kita sendiri.
  

 << Kembali ke menu artikel