JEO - Insight

Menjawab Desas-desus Krisis Air Bersih di Ibu Kota Nusantara

Rabu, 22 Juni 2022 | 05:52 WIB

ISU krisis air bersih membayangi Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dijejali gagasan besar sebagai kota yang hijau, modern, dan efisien.

Desas-desus itu tak sembarangan muncul. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, wilayah Kalimantan Timur, tempat IKN berada, didominasi jenis tanah latosol dan gambut.

Untuk tanah jenis latosol, meskipun memiliki tingkat penyerapan air dan daya tahan yang baik, tingkat keasamannya cenderung tinggi (pH 4 hingga 6).

Diketahui, air yang masuk ke kategori laik minum mengandung pH 7 (netral).

Prinsipnya, semakin rendah kadar pH, tingkat keasamannya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi kadar pH, semakin basa kadarnya.

Tingkat kesuburan tanah latosol juga rendah karena telah mengalami pencucian serta mengandung unsur besi dan aluminium yang tinggi.

Baca juga: Pembangunan Dua Fasilitas Air untuk IKN Dikebut, Ada yang Diharapkan Selesai Tahun Ini

Adapun untuk jenis tanah gambut yang mengisi sisa kawasan Kalimantan Timur sama-sama memiliki kadar keasaman air yang tinggi (pH 3 hingga 5).

Selain persoalan jenis tanah, banyaknya kegiatan industri ekstraktif di Kalimantan Timur juga mengakibatkan air tanah semakin tidak laik untuk dikonsumsi.

Kondisi tersebut ditambah lagi dengan data dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV yang menunjukkan bahwa wilayah IKN bukan terletak di daerah cekungan air tanah (CAT).

Peta Cekungan Air Tanah di kawasan IKN

Atas faktor geologi itu, pemerintah tidak dimungkinkan untuk memanfaatkan air bawah permukaan tanah untuk konsumsi sehari-hari sebagaimana yang dilakukan di pulau-pulau besar di Indonesia.

Akan tetapi di sisi lain, wilayah Kalimantan Timur dianugerahi curah hujan dengan intensitas cukup baik sepanjang tahun.

Begitu pula spesifik di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, yang menjadi Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.

Sebagai contoh tahun 2019. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Penajam Paser Utara, rata-rata curah hujan di kecamatan itu mencapai 178,17 mm. Angka yang tidak jauh berbeda juga terjadi di kecamatan sekitarnya.

Sekadar gambaran, curah hujan rendah memiliki rentang 0-100 mm. Curah hujan menengah/sedang memiliki rentang 100-300 mm, sedangkan curah hujan tinggi berada di angka 300-500 mm dan sangat tinggi berada di atas 500 mm.

Melimpahnya air dari langit membuat lima sungai besar berikut anak-anak sungainya yang mengalir di Kecamatan Sepaku tidak pernah kekurangan debit air.

Sekitar 38.160 jiwa (BPS; 2021) yang bermukim di dalamnya pun tidak pernah merasakan kekeringan.

Baca juga: Problematika Ibu Kota Nusantara: Patok Sudah Terpasang, Sosialisasi Tak Kunjung Datang

KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON
Kepala Balai Wilayah Sungai (BSW) Kalimantan IV, Harya Muldianto, ketika ditemui di ruang kerjanya di Samarinda, Kalimantan Timur, 24 Mei 2022.

Kepala BWS Kalimantan IV Harya Muldianto mengungkapkan, berdasarkan kondisi geologi dan klimatologi itu, pemerintah memutuskan untuk membangun proyek penyuplai air baku bagi IKN dengan memanfaatkan air permukaan tanah.

Proyek itu yakni Bendungan Sepaku Semoi dan Intake Sungai Sepaku, yang sama-sama terletak di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Jarak kedua proyek itu hanya sekitar 10 kilometer.

Ini merupakan bagian dari proyek perintis pembangunan Ibu Kota Nusantara.

”Tinggal kita bikin annual reservoir atau tampungan tahunan. Karena pada saat tertentu, agak rendah debit airnya, tetapi pada saat lainnya, besar debitnya,” ujar Harya.

Pada pertengahan Mei 2022, tim JEO Kompas.com berkesempatan untuk mengunjungi dua proyek yang diklaim menjadi jawaban atas isu krisis air bersih di IKN masa depan itu.

KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO
Tim JEO Kompas.com sedang mengunjungi proyek Intake Sungai Sepaku yang terletak di Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Proyek ini bakal menjadi penyuplai air baku bagi Ibu Kota Nusantara.

Bendungan Sepaku Semoi

Bendungan Sepaku Semoi terletak di Desa Sukaraja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Bendungan ini mengambil aliran Sungai Tengin.

Bendungan yang didesain setinggi 25 meter dan panjang 450 meter itu direncanakan memiliki volume tampung sebesar 10 juta meter kubik.

Adapun air baku yang dihasilkan dari bendungan tersebut mencapai 2.500 liter per detik.

Produksi air baku itu akan dialokasikan ke Kota Balikpapan dan Ibu Kota Nusantara. Alokasinya adalah 500 liter per detik untuk Kota Balikpapan dan 2.000 liter per detik untuk Ibu Kota Nusantara.

Baca juga: Jokowi: Enggak Akan Ada Masyarakat IKN yang Dirugikan, Jaminan Itu!

Jaringan distribusi air baku ke Balikpapan direncanakan memiliki panjang 46 kilometer. Sementara itu, jaringan ke IKN, khususnya Kawasan Inti Pusat Pemerintahan, memiliki panjang 17,1 kilometer.

Selain sebagai pemasok air baku, Bendungan Sepaku Semoi juga akan berfungsi sebagai pereduksi banjir sekaligus sebagai destinasi wisata.

Pembebasan lahan pada proyek ini sudah mencapai 100 persen. Tidak ada kendala berarti dalam proses tersebut. 

Rencananya, proyek yang dimulai tahun 2020 dan dikerjakan oleh kontraktor PT Brantas Abipraya itu rampung pada Desember 2023.

Pengamatan di lapangan, beberapa konstruksi bendungan tampak sudah terbangun, yakni akses masuk ke bendungan, tembok pelimpah (spillway), dan pengelak. Sementara itu, area maindam tampak masih dilakukan penggalian dan penimbunan.

Tercatat, ada sekitar 160 pekerja yang menjalankan 12 ekskavator, 20 dump truck, dan dua kendaraan perata jalan. Kebanyakan, alat berat aktif bekerja di area maindam.

HSE Inspector proyek Waduk Sepaku Semoi Andy Ridwan yang ditemui di lokasi mengungkapkan, sejauh ini tidak ada kendala berarti dalam pengerjaan bendungan.

“Ya paling ada beberapa area yang masih dilalui petani sawit, jadi agak menghambat alat berat bekerja. Makanya, kami patroli setiap hari untuk menginformasikan ke warga tersebut,” ujar Andy.

Baca juga: Jokowi Perintahkan Kementerian/Lembaga Terkait Gencarkan Sosialisasi IKN

Selain itu, cuaca yang tidak menentu juga menjadi kendala. Sebab, proses pengerjaan harus dihentikan apabila hujan deras melanda.

Per Mei 2022 ini, progres pengerjaan bendungan telah mencapai 40 persen.

Bendungan Sepaku Semoi

Intake Sungai Sepaku

Proyek Intake Sungai Sepaku terletak tidak terlalu jauh dari Bendungan Sepaku Semoi. Masih berada di desa yang sama, jarak keduanya kurang dari 10 kilometer saja.

Berbeda dari Bendungan Sepaku Semoi yang memanfaatkan air pada Sungai Tengin, sumber air bagi Intake adalah Sungai Sepaku.

Proyek yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya ini didesain memiliki total area sebesar 277 hektar dengan kapasitas 3.000 liter per detik.

Rencananya, seluruh air baku yang dihasilkan akan didistribusikan ke IKN.

Direksi Lapangan Balai Wilayah Sungai IV Kalimantan Alesandro Sejo Luden mengungkapkan, proyek Intake Sungai Sepaku ini memiliki konstruksi yang cukup berbeda dibandingkan Bendungan Sepaku Semoi.

“Kalau Intake ini, kami meninggikan dasar sungai sehingga airnya mengalir ke rumah pompa setelah diendapkan dulu lumpurnya. Setelah dari rumah pompa, akan dialiri ke Instalasi Pengolahan Air (IPA),” ujar Luden di lokasi. 

Baca juga: Pembangunan Infrastruktur Dasar IKN 2022-2024 Butuh Rp 43,73 Triliun Menteri Basuki Minta Dana ke Menkeu

Melalui jaringan pipa sepanjang 8,4 kilometer, air baku pun akan didistribusikan ke IKN.

Luden mengungkapkan, air baku dari Intake Sepaku ini akan diberikan treatment khusus agar dapat langsung diminum dari keran.

Rencananya, proyek yang dimulai pada Oktober 2021 ini ditargetkan rampung pada April 2023.

Adapun per Mei 2022, progres proyek baru mencapai sekitar 10 persen.

“Kami masih mengerjakan fisik akses proyek dan pembentukan kontur tanah sesuai dengan denah. Jadi ada bagian yang dikeruk, ada yang ditimbun. Tahun ini ditargetkan selesai Juni,” ujar Luden.

Saat tim JEO Kompas.com berkunjung ke proyek itu, dari 58 bidang lahan, tercatat sebanyak 56 bidang lahan sudah dibebaskan. Tersisa dua bidang lahan seluas 273 meter persegi yang masih terkendala. 

Pemilik satu bidang lahan diketahui masih berada di luar kota. Sementara itu, pemilik satu bidang lagi masih perlu divalidasi karena data yang diberikan berbeda dari data yang di Kementerian ATR/BPN.

Meski demikian, situasi itu tak jadi kendala. Sebab, dua bidang lahan yang dimaksud bukan terletak di inti proyek. Persoalan itu pun hanya bersifat administratif sehingga tinggal menunggu waktu.

"Letaknya (dua bidang tanah yang belum dibebaskan) tidak signifikan. Di pinggir denah. Jadi enggak ada masalah," lanjut Luden.

Baca juga: ASN Pindah ke IKN, Enggak Perlu Nyicil Rumah, Semua Gratis

Baru-baru ini, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimoeljono menginstruksikan untuk mempercepat pengerjaan Intake Sungai Sepaku.

Pihak kontraktor tengah menyiapkan action plan dalam rangka mempercepat pembangunan.

Intake Sungai Sepaku

Berkah, air bersih melimpah

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Harya Muldianto mengungkapkan, ada dua tahap periode penyediaan air baku bagi Ibu Kota Nusantara, yakni tahap pertama pada 2024 dan tahap terakhir pada 2045. 

Pada 2024, kebutuhan air baku berasal dari Bendungan Sepaku Semoi serta Intake Sepaku. 

Bendungan Sepaku Semoi akan memproduksi 2.500 liter per detik. Sebanyak 500 liter per detik akan dialirkan ke Kota Balikpapan. Selebihnya, yakni 2.000 liter per detik akan dialirkan ke Ibu Kota Nusantara. 

Sementara itu, Intake Sungai Sepaku akan memproduksi 3.000 liter per detik. Seluruhnya akan dialirkan ke Ibu Kota Nusantara. Namun, sampai 2024, produksinya baru akan dibuka 1.000 liter per detik. 

"Jadi, kebutuhan sampai 2024, akan disediakan 1.000 liter per detik dari Intake Sungai Sepaku dan 2.000 liter per detik dari Bendungan Sepaku Semoi. Totalnya ada 3.000 liter per detik air bersih kami siapkan," ujar Arya. 

Baca juga: Lokasi KIPP IKN Nusantara Diklaim Bebas Banjir 100 Tahunan

Memasuki tahap terakhir, yakni 2045, data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan, kebutuhan air baku bagi Ibu Kota Nusantara yakni 7.200 liter per detik. 

Merujuk tahapan pembangunan sebagaimana  tertuang di Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Nusantara, 2045 merupakan tahun terakhir pembangunan. 

Pada periode 2040-2045 (tahap V), pembangunan sosial, infrastruktur dan lingkungan, serta industri dan pengembangan kawasan IKN sudah rampung. Tinggal perluasan sekaligus penyempurnaan beberapa sektor saja. 

Kebutuhan air baku pada tahap terakhir, lanjut Arya, diambil dari optimalisasi Intake Sungai Sepaku sebanyak 3.000 liter per detik, Bendungan Sepaku Semoi, ditambah Bendungan Batu Lepek yang pengerjaan konstruksinya akan dimulai pada tahun 2030.

"Nanti Intake Sungai Sepaku sudah full capacity ditambah Bendungan Sepaku Semoi menjadi 5.000 liter per detik dan pada 2030 akan ditambah lagi suplai air baku dari Bendungan Batu Lepek yang bisa memproduksi 4.300 liter per detik," papar Arya. 

"Jadi, pada periode 2035-2045, total sudah tersedia air baku 9.300 liter per detik. Sementara, catatan Bappenas, kebutuhannya hanya 7.200 liter per detik. Kita masih punya sekitar 2.100 liter per detik air baku cadangan," lanjut dia. 

Baca juga: Sejumlah Proyek IKN Masuk Tahap Tender, Ada Jalan Hingga Pengendali Banjir

Bahkan, bila dalam perkembangannya aktivitas di kawasan IKN meningkat pesat dan otomatis kebutuhan air baku meningkat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyiapkan pembangunan Intake Sungai Mahakam berkapasitas 5.000 liter per detik. 

Arya melanjutkan, secara simultan, Direktorat Cipta Karya Kementerian PUPR juga akan menyiapkan Instalasi Pengolahan Air (IPA) agar air hasil suplai dari sejumlah instalasi itu dapat langsung diminum. 

"Nanti standar KPI di IKN itu tap water, drinking water. Bukan sekadar air bersih, tetapi sudah air minum. Seperti di luar negeri," ujar Arya. 

Skema Infrastruktur Air Baku bagi IKN

Bagaimana air bersih untuk warga?

Kabar pembangunan proyek infrastruktur penyuplai air bersih di Desa Sukaharjo itu sampai ke telinga warga di Kelurahan Pemaluan. 

Kedua daerah itu bersama 10 desa dan tiga kelurahan lainnya masih bagian dari Kecamatan Sepaku, kawasan Ibu Kota Nusantara. 

Warga di kelurahan tertua di Kecamatan Sepaku itu mayoritas tidak pernah mendapatkan air bersih.

Sehari-hari, mereka mengandalkan air dari Sungai Mentawir beserta anak sungainya dan air dari sumur bor. 

"Sampai sekarang kami masih konsumsi air dari Sungai Mentawir untuk mandi, cuci, dan lain-lain. Tapi untuk minum dari air (sumur) bor," ungkap Kepala Adat Paser Kelurahan Mentawir, Sahnan (53). 

Baik air sungai maupun air dari sumur bor tampak keruh dan berbau tidak sedap. 

KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO
Kepala Adat Suku Paser, Shahnan saat berbincang dengan Kompas.com di kediamannya, Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Sabtu (21/5/2022).

Sebagian warga dengan kondisi keuangan baik, minum dari air hasil penyulingan seharga Rp 5.000 per galon. 

Warga lainnya bernama Lamale (60) mengungkapkan hal senada. 

Bahkan, ia mengungkapkan, air di Sungai Mentawir dan anak-anak sungainya telah tercemar akibat lubang bekas tambang batu bara yang tidak kunjung direklamasi. 

“Memang sih ketika perusahaan pertama itu datang untuk membuka tambang, dia bekerja sama dengan masyarakat untuk lapangan pekerjaan. Tetapi, setelah habis batunya, (lubang bekas tambang) ditinggal begitu  saja. Itu asal muasal lubang pertama,” ujar Lamale. 

Baca juga: Mengupas Masalah di Balik Pemindahan Ibu Kota Nusantara

Lubang bekas tambang itu, sambung Lamale, terkoneksi dengan dua anak Sungai Mentawir di mana sejak dahulu menjadi sumber air bersih penduduk desa. 

Sejak lubang bekas tambang eksis sekitar tahun 2000, air anak sungai menjadi tercemar sehingga tidak dapat dikonsumsi lagi. 

Suatu hari, pernah ada warga yang mencoba membuat kolam budi daya ikan. Awalnya, warga itu mengumpulkan air tadah hujan. 

Beberapa waktu kemudian, warga itu mengaliri kolam dengan air anak sungai yang terkoneksi dengan lubang bekas tambang. Selang beberapa waktu, ikan di dalam kolam mati semuanya. 

Oleh sebab itu, pembangunan Bendungan Sepaku Semoi, Intake Sungai Sepaku dan proyek penyuplai air lainnya sangat diharapkan menjadi akhir penantian warga Mentawir untuk dapat menikmati air bersih. 

KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO
Lamale, warga Desa Mentawir. Ia mengungkapkan perihal pencemaran air bersih yang disebabkan oleh lubang bekas tambang di dekat desanya.

Kepala BWS Kalimantan IV Harya Muldianto mengakui, memang belum semua warga di Kecamatan Sepaku saat ini dapat menikmati air bersih. 

Air bersih baru mengalir ke daerah-daerah padat penduduk yang titiknya sedikit. 

"Ada Instalasi Pengolahan Air yang dibangun tahun 2021. Kapasitasnya 30 liter per detik, tapi baru beroperasi 15 liter per detik dan memang belum bisa mencakup keseluruhan," ujar Harya. 

Baca juga: Pemerintah Diminta Cermati Masukan Soal Proyek IKN

Sementara itu, mayoritas warga yang tinggal terpencar-pencar masih mengandalkan air tadah hujan, serta air dari sungai, sumur, dan embung. 

Harya mengatakan, seiring dengan tersedianya air bersih di kawasan Ibu Kota Nusantara, pastinya peluang ketersediaan jaringan sampai ke permukiman penduduk juga bakal muncul. 

Selanjutnya, tinggal pemerintah daerah berkeinginan dan bekerja keras untuk menyediakan jaringan air bersih dari tempat penampungan ke permukiman warga yang selama ini mendambakannya. 

Dok. Humas Pemprov Kaltim
Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Isran Noor.

Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor memastikan, masyarakat yang bermukim di kawasan IKN akan menikmati air bersih. 

Ia mengatakan, air yang tersedia untuk masyarakat tidak hanya sekadar air baku, melainkan air bersih yang bisa langsung diminum. 

"Untuk sumber air, yang jelas di IKN bisa langsung diminum oleh masyarakat yang berada di kawasan IKN," ujar Isran, dikutip dari laman resmi Dinas Komunikasi dan Informasi Pemerintah Provinsi Kaltim, akhir Mei 2022. 

Isran menekankan, pembangunan IKN bukanlah proyek kecil. Pembangunan ibu kota baru ini melibatkan tekonologi yang canggih sehingga mampu menjawab isu krisis air bersih. 

"Tidak ada masalah dengan sumber air, bahkan reservoirnya juga sudah dibangun," lanjut dia.