JEO - Peristiwa

Kali Pertama,
dalam Sehari
60 Pasien Covid-19
di DKI Jakarta Sembuh

Sabtu, 11 April 2020 | 23:15 WIB

Ini rekapitulasi dan catatan tren data kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta. Tersedia data jumlah pasien positif, sembuh, meninggal, masih dirawat, serta dalam isolasi mandiri. Data disajikan berupa tren akumulasi di DKI Jakarta dan tren detail per kecamatan.

SEJAK 26 Maret 2020, Kompas.com menyediakan artikel yang khusus memperbarui catatan data harian wabah virus corona (Covid-19) di DKI. Catatan ini dibuat per kelurahan. Semua dalam wujud infografik interaktif.

Lalu, mulai 7 April 2020, catatan tersebut dilengkapi pula dengan infografis berbasis peta dan gradasi warna yang memperlihatkan kepadatan kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta per kecamatan.

 

Dua olahan data di atas bersumber dari laman corona.jakarta.go.id. 

Di luar itu, tercantum pula pergerakan data kasus positif Covid-19 se-Indonesia. Kali ini, data merujuk pada laman Covid19.go.id. 

 

Telusuri: Update Data Kasus Covid-19 di DKI Jakarta, per Kelurahan

 

Dari semua pergerakan data harian tersebut, Kompas.com mencermati kabar baik yang muncul pada 11 April 2020, merujuk data per pukul 09.00 WIB pada hari itu.

Pada 11 April 2020, data yang dilansir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan pasien sembuh bertambah 60 orang, menjadi 142 orang.

Baru kali ini tercatat lonjakan jumlah pasien sembuh dalam sehari sampai 60 orang, sejak informasi jumlah pasien dapat diakses publik.

Jumlah 142 memang baru 7,46 persen dari total 1.903 pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta.

Namun, 60 orang sembuh dalam sehari dari infeksi virus ini di satu provinsi tetaplah kabar baik. Capaian ini bahkan belum terjadi di tingkat nasional.

Tren data

Berikut ini rincian pergerakan data tambahan total pasien positif Covid-19. Masing-masing infografik ini memuat rincian pasien sembuh, dirawat, menjalani isolasi mandiri, dan meninggal.

Untuk infografik berisi tren data, tekan tombol play (segitiga di dalam lingkaran) di bagian bawah grafik untuk melihat tren data pada kurun 31 Maret 2020 sampai 11 April 2020.

Total akumulasi

Dari total pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta, sekitar 38 persen tidak diketahui domisili tempat tinggalnya di Ibu Kota. 

Lalu, sekitar 4,73 persen pasien belakangan diketahui memang tidak berdomisili di DKI Jakarta. Mereka berasal dari luar Ibu Kota tetapi mendapatkan perawatan di rumah sakit rujukan di DKI Jakarta.

 

Data detail per 11 Maret 2020

 

Tren perubahan data harian:

 

Per kecamatan:

Adapun infografik berikut ini memperlihatkan pergerakan kasus Covid-19 per kecamatan di DKI Jakarta.

Silakan ikuti petunjuk tanda panah navigasi di bawah infografik untuk mendapatkan data detail kecamatan yang Anda kehendaki. Urutan sesuai abjad pertama nama kecamatan.

Klik tanda play di bawah infografik untuk melihat tren pergerakan datanya.

 

Adapun infografik berikut ini memperlihatkan pergerakan kasus Covid-19 per kecamatan di

Informasi ini baru belakangan muncul setelah ada tambahan sistem informasi yang dibuka untuk publik, besutan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta. 

Sebelumnya, data yang diunggah untuk publik digarap oleh Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik DKI Jakarta saja.

Meski demikian, semua unggahan data tersebut bersumber dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Yang berbeda hanya tampilan dan kelengkapan kategori data yang diunggah.

Catatan soal data

Sebagai catatan, tidak hanya menyoal data di DKI Jakarta, kualitas penyajian dan pengolahan data—setidaknya dari kasus Covid-19—di Indonesia harus diakui masih butuh peningkatan.

Mengapa?

Setidaknya dari lima data provinsi di Pulau Jawa dan satu data nasional, sinkronisasi data masih sering tidak sesuai harapan. Bukan soal jeda waktu pelaporan, tentu saja, tetapi soal angka yang beda.

Itu belum lagi menghitung tidak sinkron-nya data kabupaten kota dengan data provinsi, bahkan antara data dalam tabel dan tampilan peta.

Terlepas dari segala urusan teknis di belakang layar ini, apresiasi tetap harus disampaikan untuk setiap upaya transparansi dan keterbukaan informasi sejauh ini. Lalu, setiap kabar baik harus pula kita gaungkan untuk menjaga optimisme dan semangat.

Bersamaan, setiap pergerakan data—bahkan untuk data yang menyesakkan hati—harus jadi pengingat kita bersama bahwa wabah ini hanya bisa kita lewati bila kita semua bersama-sama berupaya menghentikan penyebarannya.

 

Baca juga: Mengapa Jaga Jarak sampai Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona?

 

Pengingat

Penghormatan setinggi-tingginya dan dukungan mari kita sampaikan kepada para tenaga medis yang berada di garis depan penanganan wabah ini.

Mari sejenak kita tepikan sisi gelap birokrasi dan komersialisasi di industri kesehatan yang kerap mencekik dengan tarif dan menyesakkan dalam pelayanan.

Tenaga medis juga manusia yang pasti adalah anak seseorang, ayah atau ibu seseorang, kerabat seseorang, dan atau kolega seseorang. Tak beda seperti kita semua, bukan?

Konon, Stalin adalah orang yang pernah mengatakan bahwa satu kematian merupakan tragedi dan selebihnya hanyalah statistik. 

Namun, kita semua pasti tahu, bahwa setiap kematian sejatinya adalah tragedi. Terlebih lagi bila kematian itu seharusnya bisa kita cegah atau setidaknya kita minimalisasi dengan langkah seperti jaga jarak dan lebih memperhatikan kebersihan diri.

 

Barangkali, pada akhirnya virus corona ini adalah pengingat bagi kita semua atas hal-hal dasar yang bisa jadi memudar dalam keseharian kita selama ini.

Pengingat soal adab—untuk bersin, batuk, atau membuang ludah—, kebersihan diri—minimal cuci tangan dengan air mengalir selama beberapa waktu—, dan tentu saja kemanusiaan—tentang mereka yang berjuang di garis depan mengatasi wabah ini, juga soal kita yang harus saling jaga dan saling menghidupi untuk dapat bersama-sama melewati wabah ini.

Tabik.