Rambutnya gondrong, gaya bicaranya ceplas ceplos. Nyaris selalu ada saja kata kasar dan umpatan keluar dari mulutnya.
Dia adalah Jason Ranti, salah satu musikus berbakat yang telah mewarnai blantika musik Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir.
Pria yang akrab disapa Jeje ini menjadi tokoh pembuka "Beginu" session II yang sudah tayang di channel Youtube Kompas.com sejak Selasa (9/3/2021), bertepatan dengan peringatan Hari Musik Nasional.
Selama hampir 2,5 jam, tak terhitung berapa banyak ucapan Jeje yang disensor. Pemimpin redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, mengulik banyak hal dari sosok Jeje.
Ia mengaku nyaman diwawancara langsung di studio miliknya.
Situasi rumah sendiri ini membuat ia lebih nyaman berbicara lepas tanpa filter, sesuatu yang ia sebut sangat jarang terjadi saat melakoni wawancara pada kesempatan yang lalu.
Baca Juga: Ketika Jason Ranti Bicara Karya sampai Bocoran Album Baru
Simak video selengkapnya di sini:
Penggemar musik indie mungkin sudah lama mengenal Jeje. Dahulu, ia adalah personel band Stairway to Zinna.
Bersama band tersebut, Jeje pernah merilis album bertajuk 'Asisi' pada 2012 serta album kompilasi 'Karol's Trip to Zinna'.
Selang beberapa tahun kemudian, Jeje memilih menjadi penyanyi solo. Album solo pertamanya dirilis 2017 bertajuk "Akibat Pergaulan Blues".
Dua tahun kemudian, pria kelahiran 22 Oktober 1984 ini menggelontorkan album kedua berjudul "Sekilas Info".
Pada tahun yang sama, Jeje mulai merambah peruntungan di dunia akting saat ikut serta dalam film "Koboy Kampus".
Ia memerankan sosok Pidi Baiq, penulis yang banyak dikenal publik secara luas lewat karyanya, Dilan 1990 dan Dilan 1991.
Baca Juga: Jason Ranti Ungkap Alasan Terima Jadi Pidi Baiq di Koboy Kampus
Tak hanya menciptakan lagu, Jeje juga dikenal hobi melukis. Berbagai lukisan terpajang di studio miliknya.
Selama pandemi yang menyebabkan sedikitnya permintaan konser, melukis jadi salah satu cara Jeje untuk mengisi waktu.
"Refleks alami aja. Gue mau main saham enggak bisa. Ya gue lakuin aja yang sekiranya natural buat gue, yang gue rasa tidak mengada-ngada atau membuat gue terlalu berusaha banget," kata dia.
Anda dapat membaca artikel ini secara runut atau memilih topik secara acak. Berikut ini pilihan menunya:
Inspirasi dalam berkarya ♦ Menyukai perjalanan ♦ Mengagumi Sapardi ♦ Jeje dan Iwan Fals
Di balik gayanya yang slebor, karya Jeje rupanya banyak terinspirasi oleh para penyair dan sastrawan terkemuka di Indonesia, yang kehidupannya jauh lebih sopan darinya.
Salah satu puisi terkenal mendiang WS Rendra berjudul "Nyanyian Angsa" merupakan salah satu karya seni yang banyak mempengaruhi kehidupan Jeje.
Nyanyian Angsa menceritakan perjalanan hidup Maria Zaitun, seorang wanita tuna susila yang dihakimi dan dipersulit taubatnya oleh pemuka agama.
Jeje menilai, Nyanyian Angsa merupakan gambaran dunia yang penuh dengan orang-orang yang sibuk menghakimi orang lain.
"Lo lebih sering jadi hakim buat orang lain ketimbang lo jadi JPO (jembatan penyeberangan orang) buat diri lo sendiri," ucap Jeje.
Bagi Jeje, manusia adalah mahluk multidimensi. Artinya tak ada orang yang benar-benar jahat maupun benar-benar baik, bahkan pemuka agama sekalipun.
Karena itu, Jeje mengaku sangat menghormati orang-orang yang tidak melakukan penghakiman atas orang lain.
Ia juga belajar banyak hal dari kisah orang-orang yang kerap dipersepsikan sebagai "orang jahat" oleh orang banyak, salah satunya pemimpin Nazi, Adolf Hitler.
Hitler dinilai memiliki sisi baik karena ia merawat seekor anjing, bukti bahwa Hitler juga merawat kehidupan. Ia juga menyukai karakter-karakter antagonis yang ada di dalam film.
"Gue suka Joker, karena jahat. Batman kan baik, tapi gue enggak suka," ujar Jeje.
Baca Juga: Menikmati Aksi Slebor Jason Ranti di Synchronize Fest 2017
Lirik pada lagu-lagu yang diciptakan Jeje bercerita banyak hal tentang kehidupan, mulai dari kritik sosial, kondisi negara hingga kejadian-kejadian kecil yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menciptakan lagu, Jeje hanya berusaha menyalurkan apa yang ia suka. Ia tak sama sekali berupaya menciptakan karya yang bertujuan untuk menggerakkan dan menginspirasi orang banyak.
"Gue buat apa yang pengen gue buat, apa yang gue suka, apa yang gue bisa, apa yang gue yakini. Perkara menggerakan hati orang, gue enggak tahu. Gue enggak nulis kitab suci, man," kata dia.
Jeje merupakan orang yang menyukai perjalanan. Sebab, hal itu jadi salah satu kesempatan terbaik baginya untuk menyerap ide untuk membuat lagu.
Menurut Jeje, perjalanannya menjadi sebuah hal yang sangat ampuh dalam membuat karya. Karena ada begitu banyak objek-objek yang bisa ia amati.
Kondisinya pun sangat berbeda dengan hanya berdiam diri di suatu tempat.
"Menurut gue waktu terbaik untuk menciptakan lagu adalah ketika di atas motor. Karena gue di perjalanan, gue bisa melihat awan, melihat orang, ada angin, pikiran gue ke mana-mana," ucap Jeje.
Jeje mengibaratkan karya seperti halnya benda hasil fermentasi. Ide-ide yang awalnya muncul terkadang harus dibiarkan dulu mengendap lama hingga tiba saatnya untuk dipanen.
"Satu dua tahun, kemudian baru tercipta atas pengalaman. Gue rasa itulah pentingnya perjalanan," ucap dia.
Selama pandemi yang sudah berlangsung hampir setahun terakhir, Jeje mengaku masih tetap menyempatkan diri berkeliling ke beberapa kota, kegiatan yang ia istilahkan dengan sebutan Tur Pandemi.
Tur saat pandemi berbeda dengan tur yang biasa dijalani Jeje. Karena tak ada sponsor yang membiayai.
Namun, Jeje mengaku lebih menikmati perjalanan saat tur mandiri ketimbang tur yang dibiayai sponsor. Ia lebih bebas menentukan titik peristirahatan maupun lokasi menginap.
Selain Rendra, penyair lain yang bisa dibilang punya pengaruh kuat dalam karier Jeje adalah Sapardi Djoko Damono.
Nama Sapardi bahkan disebut secara langsung dalam lagu ciptaan Jeje berjudul "Lagunya Begini Nadanya Begitu".
Kata Jeje, istrinya mengatakan bahwa "Lagunya Begini Nadanya Begitu" adalah lagu yang membuka jalan dalam karier bermusik Jeje.
Membuka jalan yang dimaksud di sini adalah karena lagu itulah ia jadi dikenal secara luas oleh masyarakat.
"Kalau menurut istri gue, gue berutang budi pada Pak Sapardi, karena itu lagu yang membuka jalan," ucap Jeje.
Baca Juga: In Memoriam Sapardi Djoko Damono
Meski mengagumi sosok Sapardi yang wafat Juli 2020 lalu, Jeje mengaku tak hapal seluruh karyanya.
Salah satu karya Sapardi yang paling ia suka adalah Hujan Bulan Juni.
Soal ini, Jeje punya cerita memalukan. Pada suatu ketika ia pernah diminta untuk ikut manggung dalam konser penggalangan dana untuk Sapardi yang tengah sakit.
Kegiatannnya diinisiasi oleh Ari Reda, salah satu murid kesayangan Sapardi.
Pada saat itu, Ari meminta Jeje untuk membacakan sebuah puisi berjudul "Dongeng Marsinah".
Setelah memainkan lagu dan selesai membacakan puisi, dengan polos Jeje mengatakan kepada penonton bahwa puisi tersebut adalah puisi karya Sapardi. Namun, ia ternyata salah.
Puisi "Dongeng Marsinah" adalah karya ciptaan Arya Dipayana, murid kesayangan Sapardi lainnya.
"(Setelah turun panggung) mbak Reda (datang dan bilang) Jeje, itu bukan puisinya Pak Sapardi. Gila, gue malu banget," ujar Jeje tertawa.
Pada konser penggalangan yang kedua, Sapardi sempat datang ke lokasi acara. Pada saat itulah Jeje sempat menyampaikan permohonan maaf atas kesalahannya.
Sapardi hanya tertawa mendengar ceritanya itu.
Baca Juga: Lirik dan Chord Lagu Lagunya Begini Nadanya Begitu - Jason Ranti
Banyak kalangan yang menilai Jeje punya banyak kesamaan dengan Iwan Fals. Seperti halnya Iwan, Jeje juga banyak memainkan lagu-lagu balada dengan lirik-lirik yang berisikan kritik sosial.
Namun, dengan segala hormat yang disampaikannya pada Iwan, Jeje menolak untuk disamakan dengan sang legenda.
"Dia legend, dia punya jalan dia sendiri, saya juga mau punya jalan saya sendiri," ucap Jeje.
Jeje mengibaratkan Iwan adalah orang yang sudah menebang semak belukar untuk membuat jalan setapaknya.
"Gue enggak mau di jalan setapak orang lain, yang mungkin itu enak. Kan gue punya pedang (untuk membuat jalan sendiri)," kata Jeje.
Soal sosok musisi yang punya nama lengkap Virgiawan Listanto itu sendiri, Jeje juga punya pengalaman lucu.
Jeje bercerita, kru-krunya punya bahasa-bahasa istilah yang hanya dapat dipahami oleh kalangan mereka sendiri.
Misalnya, mengatakan bunyi gitar yang fals dengan sebutan "gitarnya Iwan".
Pada suatu ketika saat Jeje satu panggung dengan Iwan di Makassar, ada seorang kru Jeje bernama Dado yang merasa tidak enak untuk menggunakan bahasa tersebut.
Karena ada kru Iwan yang juga sedang berada di lokasi yang sama.
Baca Juga: Jason Ranti: Gue Buat Karya Apa yang Gue Suka dan Yakini
Pada saat itu, kru Jeje dan kru Iwan sedang melakukan check sound.
Karena merasa tidak enak menggunakan istilah "gitarnya Iwan", Dado menggantinya dengan sebutan "gitarnya Dul", mengacu pada nama Dul Sumbang. Maksudnya adalah bunyi gitarnya, sumbang.
Namun, improvisasi Dado tak dipahami oleh kru lain yang bernama Toyeng.
Alih-alih membetulkan suara gitar yang sumbang, Toyeng malah mengira Dul yang dimaksud di situ adalah Dul Anak Sekolahan.
"Maksud lo apa nih? Gitarnya enggak disekolahin?" ucap Jeje menirukan ucapan Toyeng itu.
Setelah Dado mengatakan maksud yang sebenarnya, barulah Toyeng paham dan membetulkan suara gitar yang sumbang tadi.
Pada malam harinya, tibalah saat Jeje tampil bersama Iwan dalam satu panggung.
Saat jeda lagu, Jeje dan Iwan sempat terlibat percakapan di panggung dan disaksikan langsung penonton.
Iwan bertanya, apakah Jeje merasa menyesal datang ke Makassar. Sebab, saat itu Jeje tidak dalam kondisi fit.
Jeje menjawab, ia justru senang diajak manggung bareng.
Namun, ia mengatakan hal tersebut sambil membenarkan suara senar gitarnya. Sejurus kemudian, Jeje mendapati ada salah satu senarnya yang sumbang.
Dengan gaya slebor-nya, sontak ia berkata, "fals, a***ng". Suara Jeje didengar jelas oleh penonton karena posisi mulutnya berada dekat mikrofon.
Bagi yang tidak melihat peristiwa secara detail, perkataan Jeje bisa disalahartikan dengan memaki Iwan Fals.
"Terus sekian detik gue nyadar, di sebelah gue Iwan Fals. Oh my God!" ujar Jeje mencoba menggambarkan kepanikan yang dialaminya saat itu.
Baca Juga: Ada Jason Ranti di Album Baru The Flowers
Sadar bahwa Iwan punya fans yang fanatik, Jeje langsung buru-buru meminta maaf ke Iwan langsung di atas panggung dan di hadapan penonton.
Syukurlah, Iwan menangkap maksud Jeje. Iwan pun tak ambil pusing.
Setelah sesi duet usai, Jeje turun panggung dan dengan santai menyaksikan Iwan dari balik layar. Kepanikannya mereda.
Namun, kepanikan Jeje mendadak muncul lagi setelah salah satu krunya yang bernama Dodo menghampirinya.
"Je, tadi ngapain lu bilang Iwan Fals a***ng di atas panggung?" tutur Jeje menirukan ucapan Dodo ketika itu.
Mendengar pertanyaaan Dodo, Jeje kembali tak tenang. Ia beranggapan, banyak orang yang tidak melihat permintaan maafnya dan menganggap ia memaki Iwan di atas panggung.
Baca juga: Jason Ranti Beri Bocoran Album Ketiga: Ini Isi Hati Gue, Bukan Pikiran Gue
Ia pun menonton sisa konser dengan tidak tenang. Ia ingin konser segera selesai agar ia bisa bertemu Iwan Fals dan memintaa maaf sekali lagi.
Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Jeje langsung menghampiri Iwan dan kembali menyampaikan permintaan maaf, kali ini tanpa dilihat penonton.
Seperti sebelumnya, Iwan kembali menegaskan bahwa ia memahami apa yang Jeje maksud. Karena itu, Iwan tak ambil pusing.
"Puji Tuhan dia mengerti enggak ada apa-apa. Dia peluk gue," kenang Jeje.
Menurut Jeje, Iwan sempat menyampaikan nasihat agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.