JEO - Insight

Tren Motor Retro:
Dari Gaya sampai Harga

Minggu, 28 November 2021 | 13:43 WIB

Motor retro jadi tren yang makin kasat mata. Model klasik tak pernah pudar memikat. Ini jejak tren motor retro di Indonesia dari masa ke masa, dari gaya sampai harga. 


TREN sepeda motor di Indonesia mengalami pergeseran, seturut yang terjadi di industri global. Salah satu yang kentara, gaya retro atau klasik.

Kehadiran tren retro itu antara lain bisa dilihat dari sepeda motor yang diluncurkan para produsen motor untuk menapaki aspal Tanah Air. Motor-motor besutan baru hadir dengan tampilan lawas dalam balutan teknologi terkini. 

Cek ombak sudah dilakukan bertahun-tahun, tetapi tampaknya masa dan pasar yang tepat baru datang belakangan. Begitu gaya retro melejit, tren senada pun merambah ranah motor custom

Meski dua tahun berjalan dicengkeram pandemi, pasar motor Indonesia masih tetap disuguhi varian-varian baru motor bergaya klasik, termasuk pada 2021. 

Ini cerita dan data dari masa ke masa. Simak juga sejarah model-model motor custom, terutama yang berbasis retro. Jangan terlewat pula pantauan harga dan varian-varian baru motor retro yang mengaspal di Tanah Air.

Buat catatan, harga-harga yang tertera dalam keseluruhan artikel ini dapat berubah sewaktu-waktu untuk banderol terkini. Jangan lupa cek ulang selalu sebelum salah merogoh kantong. 

 

 M E N U: 

MOTOR RETRO
DAN
GAYA HIDUP

Ilustrasi motor retro skutik.
SHUTTERSTOCK/IVANDRI DARUSSALAM
Ilustrasi motor retro skutik.

SALAH satu merek yang menjajaki segmen retro cukup awal di Indonesia adalah Honda. Pada 2010, misalnya, Honda melansir skutik Honda Scoopy.

Honda memang tidak menyebutnya sebagai motor retro klasik. Namun, dibandingkan skutik lain di kelasnya, tampilan Scoopy lebih klasik sehingga disebut sebagai retro modern.

Di kelasnya, Scoopy bersaing dengan Yamaha Fino yang secara model juga berdesain retro modern.

Test drive Honda Scoopy yang makin lincah diajak bermanuver.
KOMPAS.com/STANLY RAVEL
Test drive Honda Scoopy yang makin lincah diajak bermanuver.

Ahmad Muhibbuddin, General Manager Corporate Communication Astra Honda Motor (AHM), mengatakan, Scoopy diluncurkan pada 2010 karena ada pasar yang bisa dibidik dari tampang retro modern selain skutik yang berdesain masa kini seperti Honda Beat dan Vario.

"Kami melihat saat itu ada segmen yang memiliki karakteristik ingin tampil beda dan menjadi trendsetter melalui sepeda motor yang unik fashionable dan modern sebagai identitas jati dirinya," kata Muhib kepada Kompas.com, Kamis (15/10/2020).

Soal pasar, Muhib mengatakan pasar motor retro khususnya di segmen skutik cukup baik meski tidak sebesar yang lain.

Di Honda, lanjut Muhib, penjualan Scoopy tetap tidak sebesar Beat yang merupakan tulang punggung penjualan terutama di segmen skutik kelas bawah. Selama 10 tahun mengaspal, total penjualan Scoopy di Indonesia mencapai kisaran empat juta unit.

Selain Scoopy, Honda juga punya sederet produk lain yang menyasar segmen klasik retro. Berbeda dengan merek lain yang mayoritas merilis motor naked sport pada tahun-tahun belakangan ini, Honda malah memilih kembali membawa sejumlah motor retro.

Honda Super Cub C125 di GIIAS 2018
KOMPAS.com/STANLY RAVEL
Honda Super Cub C125 di GIIAS 2018

Pada 2018, misalnya, Honda meluncurkan motor retro cub Honda Super Cub C125. Meluncur pertama kali di GIIAS 2018, motor ini dibanderol Rp 55 juta dan langsung menjadi motor bebek termahal di Indonesia.

Menariknya, dengan banderol yang tidak murah itu Honda justru panen Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) dan waktu indennya bisa lebih dari setahun

Saat peluncuran Super Cub C125, Honda memang tahu benar pasar di Indonesia. Saat itu tren bebek retro tengah naik daun. Honda Astrea Grand Series, misalnya, sedang banyak dicari dan direstorasi.

Baca juga: Serba-serbi Motor Restorasi dan NOS: Dari Definisi sampai Investasi

Stylish

Tren bebek retro pun lalu merebak dan jadi "mainan" anak muda. Tren tersebut berkembang secara linier dengan tren motor custom yang juga ikut naik daun.

Berlanjut, pada 2020, Honda meluncurkan lagi bebek retro, yaitu Honda CT125. Motor ini meluncur pada pertengahan Agustus 2020.

(Motor retro) tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup pengendaranya.

~Ahmad Muhibbuddin

Secara fisik, Super Cub C125 berbeda dengan CT125. Honda CT125 disebut sebagai bebek treking atau bebek yang bisa dibuat untuk kegiatan off road alias adventure ringan. 

Saat meluncur, CT125 menggusur singgasana Super Cub C125 sebagai bebek termahal. Motor ini dibanderol Rp 75 juta di penjualan perdana, ketika harga Super Cub C125 pun sudah naik menjadi Rp 72 juta.

"Honda Super Cub C125 dan CT125 sudah dikenal secara luas sebagai motor legendaris di dunia," ujar Muhib.

Menurut Muhib, Honda melihat antusiasme konsumen terhadap kedua produk tersebut cukup tinggi. Karenanya, mereka sengaja memberikan pilihan kepada konsumen premium yang ingin berkendara dengan tampilan stylish sebagai bagian dari gaya hidup.

"Dalam masa pandemi pun peminat kedua motor tersebut masih ada," ujar Muhib.

Honda Super Cub CT125. Gambar diambil pada 3 Juni 2020.
SHUTTERSTOCK/MR B-KING
Honda Super Cub CT125. Gambar diambil pada 3 Juni 2020.

Tak jauh beda dengan Super Cub C125, penyerapan CT125 juga cukup baik. Daftar inden CT125 pun panjang meski secara harga setara dengan motor sport full fairing 250 cc 2-silinder.

Selain Super Cub C125 dan CT125, Honda juga meluncurkan Honda Monkey Z125 bersama dengan ADV150 pada GIIAS 2019.

Honda Monkey merupakan salah satu motor ikonik Honda yang sudah eksis sejak tahun 60-an. Motor ini lahir kembali dengan wujud dan teknologi yang lebih modern.

Muhib mengatakan, kehadiran motor-motor retro tidak bisa dilepaskan dengan gaya hidup.

"(Motor retro) tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup pengendaranya, mendukung aktivitas mereka dalam pemenuhan gaya hidup sesuai karakter masing-masing konsumen," ungkap Muhib.

⇐ Kembali ke awal artikel 

PERAN KAWASAKI

Ilustrasi motor retro Kawasaki.
SHUTTERSTOCK/RAINANDSUNDAY
Ilustrasi motor retro Kawasaki.

KAWASAKI merupakan salah satu pelopor tren motor klasik retro di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Ini sejalan pula dengan jargon tak resmi pabrikan asal Jepang tersebut, yaitu "ingin menciptakan tren, bukan ikut arus".

Salah satu tren yang berhasil dibuat oleh Kawasaki adalah motor sport full fairing kelas 250 cc. Pada 2008, Kawasaki meluncurkan Ninja 250 sebagai pionir motor sport 250 cc 2-silinder.

Kehadiran motor ini yang lalu membawa Yamaha meluncurkan YZF-R25 dan Honda dengan CBR250RR.

Selain Ninja 250, Kawasaki juga menaikkan kembali tren motor trail dengan menghadirkan KLX150. Ini masih dilanjut lagi dengan pemunculan motor bergaya supermoto, yaitu D-tracker 150.

Di segmen retro

Posisi Kawasaki sebagai salah satu peletak fondasi tren juga tak terkecuali di motor retro klasik.

Kawasaki W175 SE 2021
DOKUMENTASI KAWASAKI MOTOR INDONESIA
Kawasaki W175 SE 2021

Bisa dibilang, Kawasaki yang membesarkan segmen ini saat meluncurkan Kawasaki W175 pada November 2017 di acara Kawasaki Bike Week 2017. 

Meski W175 dikatakan sebagai produk sukses Kawasaki di segmen retro klasik, sebelumnya pabrikan ini sudah lebih dulu menjajaki pasar yang sama lewat Kawasaki Estrella 250 pada 2014.

Michael C Tanadhi, Head & Sales Promotion Kawasaki Motor Indonesia (KMI), menyebut Estrella 250 sebagai tonggak Kawasaki bermain di ceruk retro klasik.

"Estrella 250, tahun 2014, saat itu peminatnya cukup baik. Cuma waktu itu kendalanya ada di harga. Waktu itu harganya di atas Rp 60 juta dan market-nya belum besar," kata Michael kepada Kompas.com pada Senin (12/10/2020).

Baca juga: Si Klasik Kawasaki Estrella 250 Meluncur Segera

Sadar ada peluang, Michael menyebut Kawasaki mulai melakukan survei kepada konsumen. Hasil survei mengatakan bahwa konsumen suka model retro tapi ingin harga yang lebih terjangkau.

Itulah yang kemudian mendorong Kawasaki merilis W175, yang saat itu bisa dikatakan sendirian di kelasnya.

"Kami survei konsumen, ternyata ingin harga yang lebih terjangkau sebab pada akhirnya mereka ingin meng-custom motornya sendiri," kata Michael. 

Terjegal pandemi

Michael mengatakan, terhitung sejak awal 2018, penjualan Kawasaki W175 cukup baik. Jika tidak ada pendemi Covid-19, kata dia, pasar motor retro seharunya terus tumbuh sampai 2022.

Penjualan diperkirakan baru melandai sesudah itu karena memang telah mencapai puncak. Namun, pandemi menggoyang banyak prediksi, termasuk milik Kawasaki.

"Kalau tidak ada pandemi, market-nya akan terus tumbuh. Forecast (ramalan) kami waktu itu sampai lima tahun pertama (terus tumbuh), baru kemudian menemukan titik stabilnya, puncaknya," ungkap Michael.

Pada 2019, lanjut Michael, penjualan W175 Series—yakni W175, W175 Cafe, dan W175TR—tercatat kurang lebih sebanyak 9.000 unit. 

"(Penjualan) terkoreksi pastinya karena pandemi. Terkoreksinya itu lebih sama dengan turunnya market, tapi sebetulnya masih on the track. Penurunannya bisa 50 persen," sebut Michael.

Meski demikian, Kawasaki tetap memanjakan konsumen Tanah Air dengan menambah pilihan warna W175 varian SE pada 2021

Strategi

Soal strategi, Michael menyebut Kawasaki berupaya merangsang pasar dengan meluncurkan varian serupa dalam waktu yang relatif berdekatan.

Contohnya, setelah melansir W175, pabrikan mengeluarkan juga W175 Cafe, yakni varian yang bergaya cafe racer, pada Januari 2019. Lalu, pada November 2019 diluncurkan pula W175TR yang bergaya scrambler.

"Kami berinovasi supaya market-nya bisa tumbuh. Itu salah satu rencana kita," katanya.

Kawasaki W175TR
DOKUMENTASI KAWASAKI MOTOR INDONESIA
Kawasaki W175TR

Meski kini Kawasaki punya sejumlah varian untuk motor retro serupa, konsumen ternyata lebih suka edisi standar. Terbukti, penjualan W175 lebih tinggi ketimbang saudara-saudaranya.

"Saat ini penjualan W175 paling tinggi sebanyak 50 persen, W175 Cafe 30 persen, dan W175TR 20 persen," ungkap Michael pada 2020. 

Menurut Michael, kecenderungan konsumen memilih varian standar itu sebagai hal wajar. Sebab, kata dia, konsumen lebih banyak memilih W175 agar dapat di-custom sesuai selera.

"Kami survei, kebanyakan dimodif sendiri atau dibuat harian karena motornya memang enak," imbuh dia.

Padahal, tidak hanya tampilannya yang klasik, fitur Kawasaki W175 pun terbilang klasik jika tidak mau dibilang ketinggalan zaman.

W175 mengusung mesin 177 cc, 4-tak, SOHC, satu silinder. Mesin ini masih berpendingin udara dan pakai karburator lansiran Mikuni VM24.

Tenaganya diklaim mencapai 13 Ps pada 7.500 rpm dan torsi 13,2 Nm pada 6.000 rpm. Tenaga dikirim ke roda belakang pakai transmisi 5 percepatan.

⇐ Kembali ke awal artikel 

UJI NYALI BENELLI

Ilustrasi motor retro klasik.
SHUTTERSTOCK/IMAGINESIA
Ilustrasi motor retro klasik.

MEREK yang ikut memasarkan sepeda motor bergaya retro klasik ialah Benelli. Merek asal Italia itu melansir Benelli Imperiale 400 di IIMS Motobike Expo 2019 yang digelar pada 29 November-1 Desember 2019.

Steven Kentjana, Presiden Direktur Benelli Motor Indonesia (BMI), mengatakan, Benelli berani membawa Imperiale 400 ke Indonesia karena pasarnya memang ada.

"Kami melihat (Benelli) pusat punya (produk) Imperiale dan motor ini cukup sukses di India. Di India bisa head to head dengan Royal Enfield. Saya melihat, kenapa tidak (di Indonesia)? Saya lihat ada kesempatan. Saya coba, ada respons positif dari market," ungkap Steven kepada Kompas.com, Senin (12/10/2020).

Benelli Imperiale 400
DOKUMENTASI BENELLI MOTOR INDONESIA
Benelli Imperiale 400

Untuk penjualan, Steven mengaku tidak berekspektasi terlalu tinggi. Namun, kalau Royal Enfield saja bisa punya pasar sendiri, artinya ada juga kesempatan buat merek lain di segmen sama.

"Kami tidak muluk-muluk. Model seperti ini yang sudah eksis kan Royal Enfield. Saya melihat ini kesempatan juga untuk merek lain yang genrenya retro dan harga kompetitif," kata dia.

Saat pertama kali diluncurkan di pengujung 2019, Imperiale 400 dibanderol Rp 79 juta dengan mesin 400 cc.

"Dibilang head to head dengan Royal Enfield juga tidak sama persis, karena kubikasinya 400 cc. Royal Enfield itu 350 cc dan 500 cc. Kami di tengah-tengah," imbuh Steven.

Royal Enfield Classic 500 dengan gaya retro Bobber. Gambar diambil di Bangkok, Thailand, pada April 2019.
SHUTTERSTOCK/KONGFOTO
Royal Enfield Classic 500 dengan gaya retro Bobber. Gambar diambil di Bangkok, Thailand, pada April 2019.

Menurut Steven, konsumen motor retro klasik berbeda dibanding pengguna motor segmen lain. Secara desain, penggemar motor dengan desain ini lebih tersegmentasi dan biasanya ingin beda dari orang lain.

"Karena desain begini itu (retro klasik) eye catching dan tidak mainstream. Tapi, itu dia, kembali ke selera konsumen," kata dia.

Selain Imperiale 400, Benelli juga punya motor bergaya retro dengan kubikasi lebih kecil, yaitu Benelli Motobi 152. Motor ini bahkan sudah bergaya cafe racer dengan jok belakang ala buntut tawon.

Sebagai motor sport naked, banderol Benelli Motobi 152 cukup bersaing, yaitu Rp 21,5 juta on the road (OTR) Jakarta.

Pada 2021, Benelli juga menghangatkan pasar Indonesia dengan meluncurkan varian skutik retro besutannya.  

⇐ Kembali ke awal artikel 

PENGARUH
GAYA RETRO
KE MOTOR CUSTOM

Ilustrasi gaya motor custom.
SHUTTERSTOCK/RNDSGN STUDIO
Ilustrasi gaya motor custom.

TREN motor baru bergaya retro diikuti banyak pabrikan. Tidak hanya pabrikan Eropa, pabrikan Jepang juga meluncurkan motor bergaya retro.

Hadirnya motor retro ini memberikan dampak pula pada dunia motor custom. Modifikasi motor di dunia custom menjadi lebih banyak.

Andi Akbar, builder Katros Garage, mengatakan, custom sudah ibarat bukan kata kerja lagi. Kata tersebut, lanjut dia, sudah menjadi tren.

“Tren motor custom ini banyak yang hanya ubahan, modifikasi, bukan custom. Ubahannya juga sederhana saja, lebih ke daily use. Contohnya, gaya tracker yang daily use,” ujar pria yang akrab disapa Atenx tersebut, kepada Kompas.com, Rabu (11/3/2020).

Tren neo custom

Menurut Atenx, kehadiran motor modern bergaya retro dapat membuat motor custom bergaya Neo bermunculan.

“Dengan hadirnya motor-motor (bergaya retro) seperti (Yamaha) XSR 155 bisa memunculkan genre baru yang masuk. Mungkin gaya-gaya neo custom itu akan mulai bermunculan,” kata Atenx.

Yang dimaksud gaya neo custom, lanjut Atenx, dibilang futuristis juga bukan karena masih menganut gaya-gaya klasik yang sebelumnya ada.

Simak juga: Adu Spesifikasi Motor Sport Neo Retro Yamaha, XSR 155 vs FZ-X

Modifikasi dan custom sepeda motor tak punya "sekat" pasti. 

Adapun skema custom memiliki banyak aliran modifikasi. Sebut saja di antaranya adalah gaya chopper, cafe racer, tracker, dan scrambler.

Ada skema yang terbilang mirip sehingga sulit dibedakan, sebaliknya ada yang jadi benar-benar tampilan baru.

Namun, pada akhirnya, modifikasi dan custom sepeda motor memang tak punya "sekat" pasti. 

Chopper

Ilustrasi motor custom bergaya chopper.
SHUTTERSTOCK/DMITRIYNABOKA
Ilustrasi motor custom bergaya chopper.

Motor custom dengan gaya chopper sudah ada sejak lama, tepatnya sesudah Perang Dunia II. Saat itu, tentara Amerika Serikat banyak yang menginginkan sepeda motor yang lebih ringan, ramping, dan cepat, seperti motor-motor Eropa.

Karenanya, mereka memodifikasi motornya dengan melepas atau memotong bagian-bagian yang dirasa tidak perlu atau tidak penting. Dari sinilah muncul istilah "chopper".

Bagian yang diubah mulai dari desain tangki yang dibuat lebih kecil, sepatbor dilepas, jok menjadi single seater, hingga memotong sasis bagian belakang. Bagian lain juga dibuat lebih minimalis, seperti lampu depan dan lampu belakang.

Sejak saat itu, gaya chopper terus berkembang. Basis motornya juga bukan hanya Harley-Davidson. Banyak yang mulai menggunakan merek lain. Tren chopper ini pun lalu merambah Eropa dan Asia.

Cafe racer

Ilustrasi motor custom bergaya cafe racer.
SHUTTERSTOCK/XP SMALL UMBRELLA
Ilustrasi motor custom bergaya cafe racer.

Gaya cafe racer yang berkembang pada motor custom belakangan ini berawal dari era 1950-an di London, Inggris. 

Istilah cafe racer mengacu pada anak muda yang hobi nongkrong di kafe dan balapan dari satu kafe ke kafe lain. Salah satu tempat lahirnya cafe racer adalah Ace Cafe di London yang masih berdiri hingga sekarang.

Para anak muda ini akan menantang siapa pun dan mencari siapa yang tercepat menuju kafe tujuan.

Tujuan utamanya adalah menembus kecepatan hingga 100 mil per jam atau sekitar 160 kilometer per jam. Jika ada yang bisa menembus batas kecepatan tersebut, dia akan mendapat kehormatan.

Motor-motor yang digunakan tentunya adalah motor keluaran Inggris pada saat itu, seperti Triumph, BSA, AJS, dan Norton, yang semuanya bukan motor balap. Jadi, untuk bisa mencapai kecepatan tersebut, ada beberapa bagian yang dimodifikasi.

Komponen yang dirasa tidak berguna akan dilepas agar bobot motor semakin ringan. Setelah itu, setang diganti model clip on atau clubman dan tangki dibuat lebih panjang. Tujuannya, posisi berkendara semakin merunduk sehingga lebih aerodinamis.

Tracker dan scrambler

Asal usul motor custom bergaya tracker berawal dari ajang balap flat track yang terkenal di Amerika Serikat sejak puluhan tahun lalu. 

Balapan flat track yang sudah digelar sejak berdekade silam merupakan cikal bakal yang melahirkan gaya motor custom flat tracker dan scrambler. Foto ini adalah balapan 2017 DTX Superprestigio Flat Track di Pau San Jordi, Spanyol, yang berlangsung pada 16 Desember 2017.
 
Balapan flat track yang sudah digelar sejak berdekade silam merupakan cikal bakal yang melahirkan gaya motor custom flat tracker dan scrambler. Foto ini adalah balapan 2017 DTX Superprestigio Flat Track di Pau San Jordi, Spanyol, yang berlangsung pada 16 Desember 2017.

Balapan yang dilakukan di atas pasir ini menggunakan ban semi-offroad. Biasanya, tracker mempunyai posisi duduk lebih tegak bagi pengendara. 

Ciri khas lain pada tracker ialah punya buntut yang meruncing yang seolah jadi antitesis dari buntut tawon pada cafe racer.

Adapun gaya scrambler pada dasarnya sangat mirip dengan tracker, tetapi ground clearence di model scrambler lebih tinggi untuk menghindari lumpur atau bahaya off road lain. 

Scrambler juga menampilkan ban lebih menonjol untuk nuansa off road yang lebih baik.

Ilustrasi motor retro gaya scrambler
SHUTTERSTOCK/KOJEK90 STUDIO
Ilustrasi motor retro gaya scrambler

Sejak era 60-an, produsen motor juga meluncurkan produk dengan gaya scrambler. Yang sampai sekarang ada, antara lain Ducati Scrambler dan kini Kawasaki W175 TR.

Perbedaan lain antara tracker dan scrambler adalah posisi knalpot. Tracker masih dapat menggunakan knalpot dengan model di bawah, sementara scrambler esensinya silencer harus berada di atas ala motor enduro.

Wahyu Diwa, builder dari Diwa Creative Studio di bilangan Depok, Jawa Barat, mengatakan, gaya tracker dan scrambler mempunyai kesamaan karena keduanya masih dalam genre dual purpose atau semi-adventure.

"Ciri keduanya biasanya seperti ban yang digunakan rata-rata dengan tampilan kasar layaknya enduro dengan setang lebar ala trail," kata Wahyu kepada Kompas.com.

Gaya turunan

Modifikasi roda dua sangat luas, karena itu selalu ada pengembangan termasuk untuk aliran modifikasi.

Tracker, misalnya. Saking banyak yang kepincut, gaya tracker berkembang antara lain dengan kemunculan modifikasi yang disebut street tracker. Arah ubahannya bikin tunggangan lebih nyaman dan sesuai untuk perkotaan.

Ilustrasi motor retro gaya street tracker.
SHUTTERSTOCK/KOJEK90 STUDIO
Ilustrasi motor retro gaya street tracker.

Scrambler pun sama. Model motor dengan ban tapak kasar untuk off road ringan-menengah punya sub lain seperti city scrambler.

Sebutan-sebutan ini sebetulnya hanya julukan dari orang-orang agar motor dengan gaya vintage lebih pas dengan teknologi motor zaman sekarang atau ketika dikendarai di aspal.

⇐ Kembali ke awal artikel 

YANG BARU DI 2021

Ilustrasi motor retro
SHUTTERSTOCK/VECTOR POT
Ilustrasi motor retro

PANDEMI sudah mencengkeram bumi pertiwi selama dua tahun berjalan. Kabar baiknya, pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas publik dan ekonomi yang pelan-pelan mulai bergerak lagi pun bersambut dengan kehadiran motor-motor baru bergaya retro.

Pemain lama dan baru menjejalkan lagi pilihan-pilihan baru motor retro untuk pasar Indonesia. Di antara mereka ada Honda, Kawasaki, Triumph, GPX, dan Benelli. 

Beradu di segmen selera yang sama, Vespa Sprint dan Kymco Like 150i berebut hati penyuka skuter matik (skutik) bergaya klasik. Harga menjadi pembeda kentara. Vespa Sprint dibanderol Rp 47,6 juta sementara Kymco 150i mematok label Rp 29,9 juta, keduanya harga on the road (OTR) Jakarta. 

Baca juga: Komparasi Vespa Sprint vs Kymco Like 150i, Siapa Lebih Baik?

Deretan skutik di pasar Indonesia pun diramaikan lagi dengan kehadiran Benelli Panarea 125 pada 2021. Pabrikan ini berniat menggugah ingatan dan minat pasar bahwa Benneli punya line-up skutik dalam jajaran produknya.

Benelli Panarea
KOMPAS.com/GILANG SATRIA
Benelli Panarea

Mengusung mesin 125 cc, Benelli Panarea menjadi penantang pasar Honda Scoopy, Honda Genio, Vespa LX, Vespa Sprint, dan Kymco 150i, meski dengan rentang harga berbeda sesuai segmennya. 

Buat contoh saja, Benelli Panarea dibanderol Rp 24,8 juta untuk OTR Jakarta sementara Honda Scoopy di kisaran Rp 21,125 OTR Jakarta. 

Selain mengandalkan jajaran motor retro yang sudah lebih dulu ada, Honda meramaikan pasar Indonesia dengan menghadirkan varian terbaru Monkey pada 2021.

Honda Monkey terbaru meluncur di Indonesia
DOK AHM
Honda Monkey terbaru meluncur di Indonesia

Motor legendaris selama enam dekade terakhir ini dibanderol Rp 79,345 juta OTR Jakarta, dengan pilihan warna banana yellow, pearl nebula red, dan pearl shining black. Honda Monkey sudah meramaikan pasar Indonesia sejak 2019. 

Baca juga: Komparasi Benelli Panarea dengan Honda Scoopy

Memperkuat jejak sebagai pencetak tren, tak terkecuali di segmen retro, Kawasaki meluncurkan dua tambahan pilihan warna untuk Kawasaki W175 varian SE, yaitu Matte Urban City White dan Metallic Ocean Blue, yang dibanderol Rp 32,8 juta OTR Jakarta. 

Sebelumnya, Kawasaki W175 sudah menyediakan tiga pilihan balutan warna untuk varian SE, yaitu hitam, biru, dan silver, yang dibanderol Rp 32,3 juta untuk OTR Jakarta. Adapun varian standar memberikan pilihan warna putih di harga Rp 30,8 juta OTR Jakarta. 

Masih dari Kawasaki W175, mereka juga punya pilihan W175 SE Black Style, W175TR, dan W175 Cafe. Rentang harganya dari Rp 29,9 juta sampai Rp 34,7 juta OTR Jakarta. 

Kawasaki juga merawat pesona Ninja 250 dengan tambahan dua warna baru juga untuk model keluaran 2021, yaitu Passion Red dan Mettalic Grey.  Harganya berada di kisaran Rp 64 juta. 

Triumph turut memanjakan selera pencinta motor retro Indonesia dengan menghadirkan tujuh varian Triumph Bonneville 2021. Banderol harganya dar Rp 345 juta sampai Rp 535 juta.

Ketujuh varian itu adalah Bonneville T120 dan T120 Black, Bonneville T100, Street Twin, Street Scrambler, Bonneville Speedmaster, dan Bonneville Bobber. 

Triumph Trident mejeng di IAM x IIMS Motobike Show 2021.
KOMPAS.com/DONNY DWISATRYO PRIYANTORO
Triumph Trident mejeng di IAM x IIMS Motobike Show 2021.

Terbaru, Triumph memajang Triumph Trident di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2021. Dipatok harga Rrp 285 juta off the road, motor ini sudah bisa dipesan dengan booking fee Rp 20 juta. 

Motor listrik di aliran retro

Tak hanya motor dengan dapur pacu konvensional, motor elektrifikasi atau jamak dipanggil motor listrik pun turut menjajaki gaya retro.

Ini antara lain dilakukan dilakukan RGNT Motorcycles dengan RGNT No.1 Classic, BMW dengan Skuter Listrik BMW CE 04, dan Govecs dengan Govecs Schwalbe.

Namun, untuk yang satu ini, pasar Indonesia masih harus bersabar. Motor-motor listrik dengan tampang retro belum masuk pasar Indonesia hingga tulisan ini tayang. 

Ilustrasi skutik elektrik bergaya retro yang tengah mengisi ulang baterai.
SHUTTERSTOCK/LINA MO
Ilustrasi skutik elektrik bergaya retro yang tengah mengisi ulang baterai.

RGNT Motorcycles adalah pabrikan asal Swedia. Baru-baru ini meluncurkan RGNT No.1 Classic. Dari desain, RGNT No.1 Classic tampil mirip Yamaha RX100.

Tentu saja, perbedaan terbesar berasal dari "bahan bakar" dan sentuhan teknologi digital di panel instrumen, termasuk menyematkan fitur GPS untuk pemandu navigasi. 

Baca juga: Motor Listrik Bergaya Klasik Terinspirasi Yamaha RX100

Pabrikan Jerman, Govecs, menghadirkan skuter listrik dengan gaya klasik berlabel Schwalbe pada awal tahun ini. Sekali jalan, skuter listrik ini diklaim bisa membelah jalanan sejauh 63 kilometer, untuk pengisian penuh baterai selama 4,5 jam.

Selain motor listrik standar berkapasitas 4.000 Watt, Schwalbe menyiapkan pula versi 8.000 Watt yang diklaim memungkinkan jarak tempuh dua kali lipat juga.

Versi standar dibekali baterai lithium 2,4 kWh yang memungkinkan skuter ini melaju hingga kecepatan 45 kilometer per jam. 

Baca juga: Govecs Schwalbe, Motor Listrik Bergaya Skuter Retro

Benelli pun masuk jajaran yang sudah bersiap sejak dini untuk menyambut era motor listrik, termasuk di jajaran motor-motor bergaya retro besutannya. Setidaknya sudah ada dua model yang mereka siapkan untuk ini sekalipun belum dilego di pasar Indonesia, yaitu Benelli Divo dan Keeway E-Zi Plus

⇐ Kembali ke awal artikel