Presiden Joko Widodo memulai vaksinasi Covid-19 di Indonesia, Rabu (13/1/2021). Apa saja yang kita perlu tahu tentang vaksinasi Covid-19? Ini panduan lengkapnya.
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menjalani vaksinasi, Rabu (13/1/2021). Penyuntukan vaksin untuk Kepala Negara ini sekaligus menandai dimulainya vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Presiden Jokowi tiba di teras Istana Merdeka, tempat digelarnya vaksinasi, sekitar pukul 09.37 WIB. Tampilan Presiden agak berbeda.
Bila sehari-hari menggunakan kemeja putih lengan panjang sebagai baju khasnya, Presiden pada hari vaksinasi ini mengenakan kemeja putih lengan pendek.
Pertama-tama, Ia datang ke meja pendaftaran. Setelah urusan admnistrasi selesai, Presiden beralih ke meja penapisan.
Seorang dokter lalu melakukan skrining sebelum dilakukan tindakan vaksinasi. Tindakan ini sejatinya sama bagi siapa saja yang nanti akan menjalani vaksinasi.
Hal yang diperiksa pertama kali adalah tekanan darah. Di sini, ada dialog yang terekam kamera.
“Selama ini tekanan darah bagus ya, Pak?” tanya dokter usai memasang peralatan pengukur tekanan daran di lengan kanan Presiden.
“Lama enggak periksa,” jawab Presiden.
“Ya mudah-mudahan (baik),” timpal sang dokter.
Obrolan pun berlanjut. Presiden bertanya, "Orang yang tekanan darahnya tidak memenuhi syarat tidak boleh divaksin?"
“Kalau tekanan darahnya di atas 140, tidak diberikan,” ujar dokter.
Hasil pemeriksaan tekanan darah Jokowi pun didapat. Terbaca, hasilnya adalah 130/67. Presiden tampak agak terkejut dengan hasil tersebut.
“Biasanya 70-110,” sebut Presiden.
Mungkin Presiden pun tegang ya mau jalani vaksinasi....
Selain tekanan darah, dokter juga memeriksa suhu tubuh dan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Presiden Jokowi.
Pertanyaan yang diajukan seputar riwayat penyakit yang pernah diderita Presiden hingga memastikan ada atau tidak anggota keluarga yang batuk, pilek, dan demam selama tujuh hari terakhir.
Soal batuk, pilek, dan demam, Presiden menjawab, "Ya batuk kecil saja. Uhuk, sudah.” Presiden tertawa sendiri dengan jawabannya.
Di akhir skrining, dokter pun menyatakan bahwa Presiden Jokowi memenuhi syarat untuk disuntik vaksin Covid-19.
“Dari hasil penapisan seperti itu. Kelihatannya sudah tidak ada masalah ya Bapak untuk dilakukan tindakan vaksinasi. Mudah-mudahan nanti tindakannya berjalan dengan baik,” ujar dokter.
Presiden Jokowi kemudian menerima kartu berwarna hijau yang menyatakan dirinya memenuhi syarat vaksinasi.
Usai skrining, Presiden beralih ke meja vaksinasi. Di sana telah menunggu vaksinator, Prof dr Abdul Muthalib, Sp PD-KHOM.
Ia adalah Wakil Ketua Dokter Kepresidenan sekaligus Staf Divisi Hematologi Onkologi Medik, RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Abdul meminta Presiden menggulung lengan kemejanya hingga ketiak. Seiring dengan itu, perawat yang membantu Abdul mulai memasukkan vaksin ke jarum suntik.
Jarum suntik diserahkan ke Abdul, alkohol Abdul oleskan ke lengan kiri Presiden yang hendak disuntuk, dan cus, jarum suntik menembus kulit Presiden.
Vaksinasi Presiden Jokowi tercatat dilaksanakan pada pukul 09.42 WIB.
Abdul sempat bertanya kepada Presiden Jokowi, “Bagaimana, Pak?”
Presiden menjawab, “Enggak terasa sama sekali.” Sekali lagi Presiden tertawa sendiri dengan jawabannya ini.
“Terima kasih, Prof,” ujar Presiden yang kemudian berjalan ke meja administrasi terakhir. Di meja ini, Presiden dicatatkan sebagai peserta vaksinasi Covid-19.
Setelah itu, ia pun masuk ke dalam Istana Merdeka.
Setelah Presiden masuk Istana Merdeka, Abdul Muttalib membagikan pengalamannya menyuntikkan vaksin pertama kali kepada Presiden Jokowi.
“Setelah saya suntik, Bapak (Presiden) tidak merasa sakit sedikit pun. Jadi tidak ada perasaan apa-apa. Alhamdulilah, saya berhasil menyuntik Bapak Presiden dengan tanpa rasa sakit,” ujar dia.
Ia pun tidak membantah tangannya sempat gemetar ketika hendak menyuntik lengan Presiden. Kamera memang menangkap situasi tersebut dan mengundang netizen bertanya.
Dia berkilah, perasaan grogi sangat wajar. Sebab, vaksinasi yang dia lakukan adalah yang pertama kali di Indonesia, untuk Covid-19. Terlebih lagi, yang disuntik adalah orang nomor satu di negeri ini.
“Tapi masalah itu tidak menjadi halangan buat saya untuk menyuntikannya. Pada waktu menyuntikannya tidak masalah. Tidak gemetaran lagi waktu menyuntikannya. Pertamanya saja agak gemetaran,” ujar Abdul.
Dia juga bertutur, tak ada darah keluar dari lokasi yang disuntik di lengan Presiden.
Berikut ini video lengkap vaksinasi perdana untuk Covid-19 di Istana Merdeka:
Vaksin yang disuntikkan ke Presiden Joko Widodo adalah produk dari Sinovac.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memastikan, keluarga Kepala Negara tidak diikutsertakan dalam vaksinasi ini.
“(Keluarga Kepala Negara) nanti gelombang selanjutnya,” ujar Moeldoko, Senin (11/1/2021).
Selain Presiden Joko Widodo, ada 20 orang lain yang juga mendapatkan suntikan vaksin perdana di Indonesia untuk Covid-19 ini. Kementerian Kesehatan menggodok siapa saja yang akan disuntik vaksin berbarengan dengan Kepala Negara.
Berikut ini daftarnya:
Sesi 1 :
Sesi 2:
Sesi 3
Apa saja yang kita perlu tahu dengan telah resmi dimulainya vaksinasi Covid-19 di Indonesia ini? Klik menu di bawah ini atau terus lanjut gulirkan layar.
*Terlampir sejumlah dokumen dan infografik yang relevan dengan pembahasan.
INDONESIA memulai vaksinasi Covid-19, Rabu (13/1/2021), dimulai dengan vaksinasi ke Presiden Joko Widodo. Ada sejumlah vaksin yang akan digunakan di Indonesia.
Baca juga: Wawancara Khusus Menlu Retno Marsudi - Diplomasi Vaksin: Membuka Akses, Meratakan Jalan
Vaksin Sinovac adalah yang dipakai untuk vaksinasi Presiden Joko Widodo. Vaksin ini dibuat oleh perusahaan bioteknologi asal China yang bermarkas di Beijing, Sinovac Biotech Ltd.
Perusahaan satu ini memang fokus pada riset, pengembangan, pembuatan, dan komersialisasi vaksin.
Berdiri pada 2001, perusahaan ini diketahui telah pula memproduksi vaksin influenza dan hepatitis.
Vaksin Sinovac atau dapat juga disebut CoronaVac disusun berdasarkan virus Sars-CoV-2 nonaktif.
Cara kerja vaksin berbasis virus nonaktif adalah memicu respons kekebalan tubuh untuk dengan cepat lewat produksi antibodi sebagai penangkal Covid-19.
Berdasarkan uji klinis, antibodi di dalam tubuh yang dihasilkan vaksin tidak lebih banyak dibandingkan antibodi yang diproduksi pada pasien sembuh dari Covid-19. Meski begitu, kadarnya dinilai sudah cukup sebagai penangkal.
Ini merujuk publikasi Sinovac pada 18 November 2020. Setelah 14 hari relawan disuntik vaksin Sinovac, kemampuan pembentukan antibodi (sero positif) tercatat 99,74 persen dan pada tiga bulan setelah penyuntikan pembentukan antibodinya mencapai 99,23 persen.
Pada Senin, 11 Januari 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat atau (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin Sinovac.
Berdasarkan analisis BPOM, tingkat efikasi vaksin itu sebesar 65,3 persen, di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di angka 50 persen.
Efikasi vaksin merupakan kemampuan vaksin untuk memberikan manfaat bagi individu yang divaksinasi. Manfaat yang dimaksud adalah untuk hidup sehat dan mensejahterakan masyarakat karena terlindungi dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Vaksin Sinovac juga telah mendapatkan stempel halal dan suci dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2021 tentang Produk Vaksin Covid-19 dari Sinovac Life Science Co. LTD China dan PT Bio Farma (Persero).
Salah satu poin dalam fatwa menyatakan bahwa proses pembuatan vaksin Sinovac tidak menggunakan babi atau bahan tercemar babi serta turunannya. Selain itu, proses produksi Sinovac juga tidak memanfaatkan bagian tubuh manusia.
Pemerintah Indonesia telah pula menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan penyedia vaksin Covid-19. Selain Sinovac, beberapa perusahaan penyedia vaksin lain, ada juga komitmen vaksin dari Novavax, AstraZeneca, Pfizer, dan COVAX/GAVI.
Vaksin Novavax dan Pfizer berasal dari Amerika Serikat, sementara AstraZeneca dari Inggris. Adapun COVAX/GAVI merupakan vaksin yang diinisiasi oleh aliansi vaksin Gavi serta didukung WHO dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Selain itu, pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman serta sejumlah institusi lain sedang mengembangkan vaksin yang didasarkan pada strain virus di Indonesia, yakni vaksin merah-putih.
Pada awal Januari 2021, pengembangan vaksin merah putih diklaim telah mencapai 60 persen. Apabila seluruh tahapan dapat dilalui dengan lancar, uji klinis dapat dilaksanakan pada Maret 2021.
Baca juga: Wawancara Khusus Menlu Retno Marsudi - Diplomasi Vaksin: Membuka Akses, Meratakan Jalan
MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikit memaparkan, vaksinasi akan dilakukan kepada 70 persen populasi masyarakat di Indonesia. Artinya, ada 181,5 juta jiwa yang akan disuntik vaksin.
Dengan sasaran vaksinasi tersebut, butuh 426 juta dosis vaksin. Kenapa? Karena setiap orang harus mendapatkan dua kali suntikan untuk vaksinasi Covid-19.
Di luar itu, pemerintah juga menyediakan alokasi cadangan, sebagai antisipasi vaksin yang rusak dalam perjalanan.
Saat ini, pemerintah telah mengamankan alokasi 350-an juta vaksin dari lima perusahaan penyedia vaksin.
Rinciannya, Sinovac sebanyak 140 juta dosis, Novovac sebanyak 50 juta dosis, AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis, Pfizer sebanyak 50 juta dosis, dan COVAX/GAVI sebanyak 54 juta dosis
''Diharapkan vaksin-vaksin ini bisa datang secara bertahap ke Indonesia dan kita bisa segera melakukan penyuntikan bagi seluruh rakyat Indonesia yang 181 juta orang,'' ujar Budi, Selasa (12/1/2021).
Buat catatan, tak semua orang bisa menjalani vaksinasi Covid-19. Ini kriteria mereka yang tidak bisa disuntik vaksin Covid-19:
Pemerintah telah menetapkan tahap vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikit menyebut, butuh waktu sekitar 1,5 tahun untuk menuntaskan vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Namun, Presiden Joko Widodo mendorong percepatan proses vaksinasi dalam waktu satu tahun saja.
Berikut ini tahap vaksinasi Covid-19 di Indonesia, merujuk Surat Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19:
Petunjuk teknis vaksinasi Covid-19 di Indonesia, selengkapnya dapat dibaca di sini:
VAKSINASI Covid-19 merupakan salah satu agenda pemerintah pada 2021 yang sangat diharapkan publik, selain pemulihan ekonomi. Setidaknya ini terekam dalam jajak pendapat yang digelar Litbang Kompas pada 21-23 Desember 2020.
Dari 519 responden berusia minimal 17 tahun dari 34 provinsi yang diwawancara melalui telepon, 42,7 persen responden menilai pemulihan ekonomi menjadi agenda pada 2021 yang mendesak diupayakan.
Dengan jumlah persentase yang berselisih tipis saja, yaitu 41,6 persen, responden berpendapat agenda yang mendesak dilakukan pada 2021 adalah vaksinasi Covid-19.
Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung nyaris satu tahun dan belum ada tanda-tanda membaik. Sejumlah kebijakan pembatasan aktivitas dinilai kurang ampuh dalam menekan laju penularan.
Setidaknya, angka kasus aktif memperlihatkan kenaikan signifikan, termasuk dari rata-ratanya yang pada dua pekan terakhir di angka 10.000 per hari.
Hingga 12 Januari 2021, ada 846.765 kasus Covid-19 pernah tercatat di Indonesia. Meski 695.807 pasien Covid-19 di Indonesia dinyatakan sembuh, ada 24.645 pasien meninggal karena wabah yang dipicu varian baru virus corona (SARS-CoV-2) ini.
Vaksinasi ini menjadi salah satu harapan yang tersedia untuk memutus dua permasalahan yang saling kait terkait pada saat ini, yaitu kesehatan dan ekonomi.
Pembatasan aktivitas sosial selama ini jadi pilihan cara yang diharapkan dapat menekan penularan kasus Covid-1, bersama tertib cuci tangan dan mengenakan masker. Masalahnya, ekonomi juga terdampak telak, bahkan di tataran ritel dan konsumsi rumah tangga, karenanya.
Vaksin kali ini adalah optimisme. Setidaknya, ini satu ikhtiar....
Katakanlah semua komitmen vaksin benar-benar mewujud dan tiba ke Tanah Air, ada tantangan berat di depan mata yang butuh solusi bersama dari seluruh anak bangsa.
Saat ini, tiga juta dosis vaksin Sinovac telah tiba di Tanah Air. Rinciannya, 1,2 juta dosis tiba pada 6 Desember 2020 dan 1,8 juta dosis tiba pada 31 Desember 2020. Sebagian vaksin ini telah didistribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia.
Pada Selasa, 12 Januari 2021, 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku juga telah tiba di Tanah Air.
Tantangan itu bernama distribusi vaksin hingga ke titik terakhir tujuan di seantero negeri. Selain faktor geografis yang sudah nyata terpampang, tantangan juga datang dari kebutuhan vaksin terjaga di suhu tertentu agar tetap bisa dipakai.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengakui, kecepatan distribusi vaksin Sinovac menjadi tantangan yang cukup berat. Namun, dia menyebut TNI/Polri akan dikerahkan penuh untuk memastikan rangkaian jalur distribusi vaksin tak terputus.
“Memang tidak mudah bagi negara seperti kita. Tapi tekad pemerintah, tekad Pak Jokowi kuat. Enggak ada alasan untuk tidak bisa dilakukan,” ujar Moeldoko, Senin (11/1/2021).
Vaksin bukan seperti obat sakit kepala yang cukup ditaruh dalam kantong, mudah dibawa ke mana-mana dan dapat digunakan sewaktu-waktu.
Dibutuhkan kapasitas pemyimpanan rantai dingin demi menjaga mutu vaksin yang akan digunakan. Vaksin juga memiliki batasan usia pakai dan tak boleh disuntikkan bila melewati periode tersebut.
Menkes Budi Gunadi Sadikin pun mengonfirmasi soal tantangan ini.
”Jaringan distribusi rantai dingin vaksin kita kurang lengkap. Sampai kini dua provinsi belum selesai, yakni Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, yang kapasitas penyimpanan rantai dinginnya belum cukup sehingga baru kami kirimkan sebagian (vaksin),” ujar Budi.
Moeldoko menegaskan, pemerintah pusat dan daerah harus terus berkoordinasi aktif demi menyelesaikan persoalan itu.
“Solusinya diadakan kontainer-kontainer kecil yang disiapkan. Bisalah, enggak ada yang enggak bisa,” ujar Moeldoko.
Tantangan lain adalah kekhawatiran masyarakat. Yang jadi soal, kekhawatiran tersebut membuat mereka menolak divaksin. Jadi masalah lagi, vaksin yang tak menyebar rata hingga kisaran 70-80 persen pun disebut tak efektif memagari populasi dari wabah.
Moeldoko mengakui, banyak sekali faktor yang membuat masyarakat enggan divaksin. Namun, pemerintah telah berkomitmen untuk menggencarkan sosialisasi vaksinasi agar sesuai target.
“BPOM sudah mengeluarkan izin. MUI juga sudah ada fatwa. Jadi sebenarnya sudah enggak ada masalah lagi bagi masyarakat untuik vaksin,” ujar dia.
Menurut Moeldoko, saat ini penguatan sosialisasi jadi kunci. Contoh untuk menebalkan keyakinan publik juga jadi cara.
"Semua unsur pemerintahan akan bicara dan memberi contoh. Bahkan, Presiden memberikan contoh dengan menjadi orang pertama yang divaksin,” lanjut dia.
Seiring pelaksanaan vaksinasi Covid-19, pemerintah juga telah menyiapkan tata kelola data penerima vaksin agar akurat, mutakhir, terpadu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh sebab itu pada 12 Januari 2021, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor HK.03.01/MENKES/53/2021-Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi Covid-19.
Sistem informasi satu data ini akan menjadi rujukan pengelolaan data pada saat persiapan, pelaksanaan, proses pelaporan, monitoring, dan evaluasi vaksinasi.
Saat pendaftaran, data penerima vaksin akan dicatat dalam bentuk by name by address yang terintegerasi dengan basis data kementerian/ lembaga terkait. Tujuannya, mencegah salah sasaran vaksin. Sistem data dikembangkan, dioperasikan, dan dikelola oleh PT Telkomunikasi Indonesia (Telkom).
Berikut ini naskah lengkap keputusan bersama Menkominfo dan Menkes tersebut:
Sudah jengah dengan segala keterbatasan dan kesempitan karena aktivitas tak leluasa selama pandemi?
Betul, ini dirasakan semua lini. Bedanya paling banter adalah skala kerumitan masalah hidup terkait perputaran fulus ini. Namun, semua mengalami.
Sejumlah proyeksi ekonomi mulai direvisi, seturut kepastian vaksinasi berjalan. Indonesia masuk di dalamnya.
Nah, setidaknya sebagai ikhtiar bagi kebermanfaatan bersama yang lebih besar, saatnya membuktikan diri bahwa kita adalah bangsa yang bisa saling jaga, saling bantu, saling memudahkan jalan dengan tertib protokol kesehatan terkait Covid-19, lalu sukseskan vaksninasi.
Betul, Covid-19 bukan faktor tunggal dan satu-satunya yang mempengaruhi laju ekonomi. Namun, Covid-19 juga jelas-jelas jadi hambatan ekonomi. Satu-satu dulu, yuk, dijalani dengan benar dan dibereskan....