JEO - Peristiwa


Liverpool
Juara Liga Inggris, 
Berhias Rekor Akhiri Penantian 30 Tahun

Jumat, 26 Juni 2020 | 11:27 WIB

Setelah harap-harap cemas soal kepastian juara karena pandemi virus corona, Liverpool akhirnya memastikan trofi Liga Inggris dalam genggaman dengan bergelimang rekor. Penantian juara selama 30 tahun berakhir!

LIVERPOOL akhirnya memastikan gelar juara Liga Inggris musim 2019-2020 dalam genggaman. Kepastian itu pun didapat Liverpool seolah dengan "dukungan semesta".

Bagaimana tidak, selain performa impresif musim ini, Liverpool bisa menyegel juara Liga Inggris berkat hasil laga Chelsea vs Manchester City pada Kamis (25/6/2020) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.

Dalam laga melawan Chelsea di Stamford Bridge itu, Manchester City—yang menjadi rival terdekat Liverpool di klasemen Liga Inggris—kalah dengan skor 1-2.

Dengan tujuh laga tersisa, perolehan maksimal Man City jika bisa memenangi semua laga hanya 84 poin. Tetap kalah dari Liverpool.

Hasil tersebut membuat perolehan poin The Reds, julukan Liverpool, tak akan bisa disamai atau dilewati Man City.

Liverpool saat ini memuncaki klasemen dengan raihan 86 poin, sedangkan Man City 63 poin.

Dengan tujuh laga tersisa, perolehan maksimal Man City jika bisa memenangi semua laga hanya 84 poin.

Bahkan jika Liverpool tak pernah lagi menang di laga tersisa pada musim ini, perolehan poinnya tak akan terkejar lagi. Sudah pasti juara.

Sebelumnya, terkait menantikan kepastian gelar juara, pendukung Si Merah pun sempat dibuat deg-degan alias harap-harap cemas.

Pasalnya, kala Liverpool sedang "ngebut" dan tampil impresif memuncaki klasemen, Liga Inggris sempat dihentikan karena pandemi virus corona.

Baca juga: Akhiri Penantian 30 Tahun atau Next Year Lagi, Liverpool?

Tentu saja, ini membuat fans waswas. Perdebatan soal kelanjutan liga dan penentuan juara musim pun sempat marak mewarnai jagat bola.

Mandek sejak Maret 2020, kepastian liga berlanjut baru muncul lagi pada bulan ini. Dengan segala syarat protokol kesehatan dan keamanan yang diterapkan, Liga Inggris bergulir lagi mulai pertengahan Juni 2020.

Semesta seolah memang membuka jalan Liverpool untuk juara.

Status "hampir juara" yang lekat dengan The Reds pun tanggal. Ledekan "next year" yang kerap dilempar ke klub yang bermarkas di Stadion Anfield pun tak lagi dapat tempat. 

Terakhir kali tim ini mengangkat trofi Liga Inggris adalah pada musim 1989-1990. Penantian 30 tahun pun terbayar tunai, tahun ini... 

Juergen Klopp (kiri) dan Virgil van Dijk (kanan) seusai laga Liverpool vs Crystal Palace yang berakhir 4-0 untuk tuan rumah di Stadion Anfield dalam lanjutan pekan ke-31 Premier League, kasta teratas Liga Inggris, Rabu (24 Juni 2020).
AFP/ PHIL NOBLE
Juergen Klopp (kiri) dan Virgil van Dijk (kanan) seusai laga Liverpool vs Crystal Palace yang berakhir 4-0 untuk tuan rumah di Stadion Anfield dalam lanjutan pekan ke-31 Premier League, kasta teratas Liga Inggris, Rabu (24 Juni 2020).

Penantian penjang berakhir sudah...

"Saya tak bisa berkata-kata, ini sulit dipercaya. Ini jauh melebihi yang pernah saya pikirkan. Menjadi juara di klub ini benar-benar luar biasa," tutur pelatih Liverpool, Juergen Klopp, seperti dikutip dari BBC seusai laga Chelsea dan Man City.

Sangat wajar Klopp merasa emosional atas capaian Liverpool. Sebelum kepastian juara digenggam, halangan seolah tak henti-henti menerpa, bahkan dalam rupa pandemi global akibat virus corona.

"Dengan jeda tiga bulan karena corona, tidak ada yang tahu apakah kami bisa melanjutkan," ucapnya.

Baca juga: Dari Dortmund untuk Klopp dan Liverpool Sang Juara Liga Inggris

Tak ayal, King Kenny Dalglish—legenda Liverpool, sekaligus pelatih yang membawa The Reds juara pada 1990—pun memuji Klopp dan "Liverpool-nya".

"Juergen Klopp telah melakukan pekerjaan yang fantastis. Puncaknya adalah persahabatan di dalam tim dan cara semua orang telah membantu tim," ucap King Kenny, seperti dikutip BBC.

"Ini adalah soal seluruh perasaan di dalam klub. Anda tidak akan memenangi apa pun tanpa ruang ganti yang bagus. Dan mereka memilikinya," ujar Kenny.

Selamat, Liverpool.... Selamat, Klopp.... 

Simak juga serba-serbi dan tantangan yang akan menanti Liverpool terkait gelar Liga Inggris yang butuh 30 tahun untuk kembali mereka usung.

Gulirkan saja layar atau klik menu di bawah ini untuk langsung melompat ke topik yang diminati....

 

 

 M E N U : 

BERGELIMANG REKOR,
TAK SEKADAR JUARA

LIVERPOOL 2019-2020 adalah tim yang fenomenal. Mengapa?

Gelar juara sudah di tangan. Sederet rekor pun diukir di sepanjang laga musim ini. Bahkan, sejumlah rekor yang sulit dipecahkan tim lain pun berkumpul di sini.

Berikut ini deretan rekor yang dipecahkan Liverpool pada musim 2019-2020:

Start terbaik

Liverpool menjadi klub dengan start terbaik di Liga Inggris musim ini. Kok bisa?

The Reds memulai musim 2019-2020 dengan 20 kemenangan dari 21 laga perdana. Satu laga lain berakhir imbang.

Dari 21 laga tersebut, Liverpool tak pernah absen mencetak gol. Torehan ini menyamai pencapaian mereka pada musim 1933-1934, yang selalu mencetak gol dalam 21 laga beruntun.

Tak cukup sampai di situ, dari 21 laga perdana tersebut, Liverpool mengumpulkan 61 poin. Ini merupakan rekor sebagai tim pengumpul poin terbanyak dari 21 laga awal, tak hanya di Liga Inggris tetapi di lima laga top Eropa. 

Merujuk OptaJoe, bahkan Real Madrid dan Barcelona pun belum pernah mengukir rekor itu sepanjang sejarah mereka.

Keunggulan poin tertinggi

Liverpool mengukir sejarah sebagai tim dengan keunggulan poin tertinggi di klasemen Liga Inggris.

Kemenangan 4-0 atas Southampton di Anfield pada pekan ke-25 Liga Inggris, Sabtu (1/2/2020), membuat Liverpool memiliki keunggulan 22 poin dari pesaing terdekatnya, Manchester City, yang ada di peringkat kedua.

Dikutip dari OptaJoe, selisih 22 poin merupakan catatan selisih tertinggi antara sang pemuncak klasemen dan pesaing terdekatnya sejak format kompetisi berubah menjadi Premier League pada 1992.

 

Jumlah poin terbanyak dari 38 laga di Liga Inggris

Kemenangan 1-0 atas Tottenham Hotspur pada pekan ke-22 Liga Inggris, Sabtu (11/1/2020) atau Minggu dini hari WIB, mengantar Liverpool mengumpulkan 104 poin dari 38 laga beruntun di Liga Inggris.

Seperti dikutip dari laman resmi Premier League, akumulasi poin tersebut mematahkan rekor poin terbanyak yang sebelumnya dimiliki Chelsea dan Manchester City.

Dalam 38 pertandingan, Chelsea mengoleksi 102 poin pada 2005. Jumlah poin tersebut juga dimiliki Manchester City pada 2018.

Kemenangan kandang beruntun terbanyak

Liverpool mengukir rekor kemenangan beruntun terbanyak seusai mengalahkan Bournemouth pada pekan ke-29 Liga Inggris dengan skor 2-1 di Stadion Anfield, Sabtu (7/3/2020).

Torehan tersebut membuat Si Merah mencatatkan 22 kemenangan beruntun di kandang.

Pasukan Juergen Klopp pun berhasil memecahkan pencapaian manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly, yang pernah mencatakan 21 kemenangan kandang pada tahun 1972.

Bill Shankly menjadi manajer Liverpool pada rentang 1959-1974.

Dalam periode tersebut, Shankly mempersembahkan tiga titel Divisi Satu—kasta teratas Liga Inggris sebelum era Premier League—, dua Piala FA, dan satu gelar Piala UEFA—yang sekarang bernama Liga Europa.

Selain itu, jumlah tersebut juga mematahkan rekor 20 kemenangan kandang beruntun milik Manchester City yang dicetak pada medio 2011-2012. 

Tim tercepat yang sukses mengalahkan setiap lawan di Liga Inggris

Dengan kemenangan 2-0 atas West Ham United di Stadion London, Rabu (30/1/2020) atau Kamis dini hari WIB, Liverpool telah mengalahkan semua tim peserta Liga Inggris 2019-2020.

Dilansir OptaJoe, prestasi tersebut merupakan yang pertama bagi The Reds sepanjang sejarah mereka.

Bukan hanya itu, Liverpool juga menjadi tim tercepat yang menaklukkan semua lawan pada kompetisi kasta teratas Liga Inggris.

Juergen Klopp dan Andy Robertson seusai laga Liverpool vs West Ham pada pekan ke-27 Liga Inggris 2019-2020.
AFP/PAUL ELLIS
Juergen Klopp dan Andy Robertson seusai laga Liverpool vs West Ham pada pekan ke-27 Liga Inggris 2019-2020.

Si Merah hanya memerlukan 24 laga untuk membuat rekor ini, sekaligus melampaui pencapaian Chelsea (2005-2006), Manchester United (2010-2011), dan Manchester City (2017-2018).

Chelsea dan Manchester United mengalahkan 19 lawan mereka di Liga Inggris dalam 36 pertandingan. Adapun Manchester City membutuhkan 32 pertandingan untuk melibas semua lawan mereka.

 


 M E N U : 

 

POTENSI REKOR LAIN

SEDERET rekor yang sudah pasti dicatat membarengi kepastian gelar juara bagi Liverpool pun masih sangat mungkin bertambah panjang lagi.

Ingat, masih ada tujuh sisa pertandingan di musim 2019-2020 ketika gelar juara Liga Inggris dipastikan pada Kamis (25/6/2020) menjadi milik Liverpool....

Apa saja potensi rekor itu?

Perolehan poin terbanyak

Saat ini rekor perolehan poin terbanyak Liga Inggris masih dipegang oleh Manchester City.

Rekor tersebut diraih Man City pada musim 2017-2018, dengan 100 poin pada akhir musim. 

Saat ini, Liverpool telah mengumpulkan 86 poin. Dengan tujuh pertandingan lagi di Liga Inggris, Liverpool berpotensi mengumpulkan 107 poin sekaligus mematahkan rekor Man City.

Kemenangan kandang terbanyak

Hingga tulisan ini tayang, ada tiga tim di Premier League yang sama-sama mengantongi rekor kemenangan kandang terbanyak.

Ketiga tim tersebut adalah Chelsea (2005-2006), Manchester United (2010-2011), dan Manchester City (2018-2019). Capaiannya, memenangi 18 dari 19 laga kandang saat menjadi juara.

Sejauh ini, Liverpool belum pernah kalah di kandang, yaitu 16 kemenangan alias rekor 100 persen.

Liverpool wajib menang pada tiga laga kandang tersisa musim ini jika ingin mengukir rekor baru di Liga Inggris.

Pada tiga laga kandang terakhir, Liverpool akan menghadapi Aston Villa, Burnley, dan Chelsea.

Menyamai rekor kemenangan tandang terbanyak

Rekor kemenangan tandang terbanyak di Liga Inggris dalam semusim masih dipegang oleh Man City.

Man City mencetak rekor itu ketika menjuarai musim 2017-2018 dengan koleksi 16 kemenangan tandang.

Pasukan Pep Guardiola saat itu melewati rekor Chelsea yang mencetak 15 kemenangan tandang saat menjadi juara musim 2004-2005.

Musim ini Liverpool sudah mengoleksi 12 kemenangan dari 15 laga tandang.

Liverpool berpeluang menyamai rekor Man City karena masih menyisakan empat laga tandang musim ini.

Pada empat laga tandang terakhir pada musim 2019-2020, Liverpool akan menghadapi Man City, Brighton & Hove Albion, Arsenal, dan Newcastle United.

Juara dengan selisih poin terlebar

Saat menjadi juara pada musim 2017-2018, Man City unggul 19 poin atas Man United di urutan kedua. Itu merupakan rekor selisih poin terlebar di Liga Inggris hingga saat ini. 

Peluang Liverpool untuk mengalahkan rekor Man City sangat terbuka. Saat ini, Liverpool unggul 23 poin dari The Citizens, julukan Man City, yang menempati peringkat kedua.

Liverpool wajib tampil konsisten dalam tujuh laga terakhir untuk memperlebar atau mempertahankan jarak dan melewati rekor Man City. 

 

 M E N U : 

HENDERSON, "UNSUNG HEROES", KAPTEN SUKSES

JORDAN Henderson bukan jebolan akademi Liverpool seperti kapten sebelumnya, Steven Gerrard.

Henderson datang dari Sunderland ke Liverpool pada Juli 2011. Ia dibeli dengan nilai transfer 20 juta poundsterling.

Namun, Henderson kemudian yang terpilih meneruskan tongkat estafet Gerrard. Mengutip TalkSport, per September 2014, ia dipromosikan menjadi wakil kapten Liverpool.

Lalu, setelah Gerrard berlabuh ke LA Galaxy pada Juli 2015, Henderson menjadi kapten utama The Reds.

"Henderson benar-benar tanpa pamrih sebagai pemain dan laki-laki, selalu ingin membantu orang-orang di sekitarnya. Dia membangun rasa hormat di sekitar dirinya," ucap pelatih Liverpool medio 2012-2015, Brendan Rodgers, seperti dikutip dari Liverpool Echo.

"Di luar lapangan, dia sangat profesional. Saya tidak pernah melihatnya minum (alkohol), atau jika minum dia tidak pernah banyak," lanjut dia.

"Ini selalu sulit bagi seseorang yang mengambil jabatan kapten Liverpool dari Stevie (Gerrard). Akan memakan waktu. Henderson mempunyai karakternya sendiri. Dia benar-benar berkembang dengan luar biasa sebagai kapten dan pemain," kata Rodgers pada Juli 2018.

Jordan Henderson dan Steven Gerrard pada laga Liverpool vs QPR di Stadion Anfield, 2 Mei 2015.
AFP/GETTY IMAGES/ALEX LIVESEY
Jordan Henderson dan Steven Gerrard pada laga Liverpool vs QPR di Stadion Anfield, 2 Mei 2015.

Sebaliknya, Henderson pun berterima kasih kepada Rodgers yang memberinya kepercayaan menjadi kapten Liverpool. Berkat Rodgers pula, ia mengaku menjadi lebih percaya diri.

"Saya pernah menjadi kapten Timnas Inggris U-18 dan U-21. Jadi saya selalu diberi tanggung jawab itu. Jelas, Rodgers melihat tanggung jawab dan kepemimpinan dalam diri saya dan merasa saya bisa memimpin Liverpool. Ini memberi saya banyak kepercayaan diri untuk bisa melakukannya," ucap Henderson.

"Tanpa dia, saya tidak akan berada di tempat saya hari ini. Dia punya peran besar dalam karier saya sejauh ini," kata Henderson seusai membawa Liverpool menjuarai Liga Champions 2018-2019.

Jalan berliku Henderson

Jalan Jordan Henderson di Liverpool tak selalu mulus. Ia sering dikritik karena performanya di lapangan.

Bleacherreport memuat artikel tentang beberapa pemain yang tampil buruk di skuad Liverpool pada musim 2011-2012. Henderson adalah salah satunya.

"Jordan Henderson tidak pantas bernilai 12 juta pounds, apalagi 20 juta pounds yang dibayarkan Liverpool kepada Sunderland untuknya musim panas lalu," tulis Bleacherreport, 12 Maret 2012.

"Memainkan Henderson di (gelandang) kanan tidak masuk akal karena ia hanya mencatatkan 14,5 persen umpan silang sukses. Ketika dia bermain di tengah, penampilannya hanya rata-rata," lanjut Bleacherreport.

"Dia bukan gelandang kreatif, terbukti dengan rata-rata 0,9 persen umpan kunci per pertandingan. Sementara itu, rata-rata 1,4 tekel per pertandingannya membuktikan, dia bukan perebut bola yang konsisten," tulis mereka.

Henderson juga kerap dikritik karena lebih sering melayangkan umpan ke belakang daripada ke depan, sebagaimana dilansir Liverpool Echo.

Dari era kepelatihan Kenny Dalglish, Brendan Rodgers, hingga Juergen Klopp, kritik terhadap Henderson terus bermunculan.

Klopp bahkan mengatakan, ada seseorang yang sempat membujuknya untuk membeli gelandang baru karena Henderson tampil tidak sesuai ekspektasi.

"Saya ingat setelah pertandingan melawan Burnley, seseorang berkata kepada saya bahwa kami perlu membeli gelandang karena Henderson tidak bisa bermain di posisi enam," ucap Klopp pada 2017.

Namun, Klopp tetap percaya kepada Henderson.

"Kami butuh seorang pejuang sejati, petarung sejati. Lima atau enam bulan lagi, Henderson akan menjadi pemain paling disegani di Inggris," kata juru taktik asal Jerman tersebut.

Pergeseran posisi bermain

Seiring berjalannya waktu, di tengah kritik, Henderson terus belajar. Kedatangan Juergen Klopp juga membuat posisi bermainnya sedikit bergeser.

Henderson merupakan gelandang box-to-box di bawah arahan Rodgers. Pada musim 2013-2014, ia mencetatkan tujuh gol dan 14 assist.

Di bawah asuhan Klopp, ia bermain lebih ke dalam. Sepanjang musim 2016-2017, Henderson tumbuh menjadi gelandang jangkar yang memegang dan mengendalikan permainan.

"Henderson menjadi mahir melindungi pertahanan dan memberikan basis kuat untuk memungkinkan pemain yang lebih menyerang tampil berkembang," tulis Sportskeeda.

Meskipun bukan posisi asli Henderson, ia perlahan menjadi gelandang yang baik sekaligus menjadi kapten tim.

Jordan Henderson mengangkat trofi Si Kuping Besar seusai Liverpool memastikan diri menjadi juara Liga Champions dengan mengalahkan Tottenham Hotspur di Stadion Wanda Metropolitano, 1 Juni 2019.
AFP/JAVIER SORIANO
Jordan Henderson mengangkat trofi Si Kuping Besar seusai Liverpool memastikan diri menjadi juara Liga Champions dengan mengalahkan Tottenham Hotspur di Stadion Wanda Metropolitano, 1 Juni 2019.

Henderson kini

"Henderson mungkin dirancang dengan batasannya sendiri, tetapi ia bermain dengan batas absolut di dalamnya. Hasilnya adalah seorang pemain yang  dapat membuat salah satu manajer paling menarik dan penuh petualangan di dunia bisa memberi ruang baginya," tulis kolumnis Sports Joe, Conan Doherty.

Henderson terus berkembang dan berkembang hingga mempunyai pengaruh yang kuat di skuad Liverpool seperti sekarang.

Ia bukan trio Roberto Firmino-Sadio Mane-Mohamed Salah yang pandai mencetak gol. Henderson bukan pula Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson, dua bek sayap yang rajin mencatatkan assist, atau Virgil van Djik dan Alisson Becker yang membuat pertahanan Liverpool kokoh.

Namun, berkat kepemimpinannya, Liverpool menjadi solid.

"Ketika tidak memiliki kapten di luar sana, Anda dapat merasakannya. Hendo (panggilan Henderson) adalah pemimpin sejati. Dia berada di ruang ganti untuk mengucapkan beberapa patah kata sebelum pertandingan," ucap Robertson.

"Saya pikir Henderson memimpin kandidat peraih gelar pemain terbaik Liga Inggris musim ini," kata Robertson, dilansir TalkSport, 13 Februari 2020.

Di bawah kepemimpinan Henderson, Liverpool  meraih gelar Liga Inggris pertama dalam 30 tahun terakhir.  Keyakinan Gerrard tahun lalu pun kini menjadi nyata.

"Tim tidak dapat berfungsi tanpa pemain seperti Jordan Henderson. Dia jelas akan menjadi pemenang Premier League," ucap Gerrard, seusai Henderson menjuarai Liga Champions musim lalu.

"Saya ingat berkata kepadanya jangan menyerah terhadap Liverpool, Anda akan baik-baik saja," tuturnya. 

Meski Henderson awalnya diremehkan, ia akan dikenang sebagai salah satu kapten tersukses The Reds. Ia akan menjadi sejarah Liverpool selamanya...

 

 M E N U : 

WHAT NEXT, LIVERPOOL?

KESUKSESAN meraih gelar Liga Inggris musim ini tak langsung mengembalikan status Liverpool yang pernah disebut tim terbaik di negeri Ratu Elizabeth.

Gelar itu hanya membuat Liverpool mengakhiri puasa selama tiga dekade untuk menjadi kampiun Liga Inggris.

Namun, trofi Liga Inggris ini bisa menjadi fondasi Liverpool untuk kembali ke masa kejayaan yang pernah dirasakan dulu.

Target utama yang harus dicapai Liverpool musim depan—tentu saja—adalah mempertahankan trofi Liga Inggris.

Seperti kata pepatah, mempertahankan akan lebih sulit daripada merebut.

Baca juga: Di Balik Layar Premier League, Liga Termahal Sejagat

Kali terakhir Liverpool sukses back-to-back juara Liga Inggris terjadi pada musim 1982-1983 dan 1983-1984.

Pada era Premier League (sejak 1992-1993), baru ada tiga tim yang berhasil mempertahankan gelar juara dari 28 edisi, yaitu Manchester United, Manchester City, dan Chelsea.

Man United yang merupakan rival abadi Liverpool, sejauh ini masih berstatus tim tersukses Premier League dengan koleksi 13 gelar.

Jika digabungkan dengan trofi sebelum era Premier League, jumlah gelar Man United adalah 20, sedangkan Liverpool 19.

Fakta itu membuat Liverpool harus berusaha keras mempertahankan gelar Liga Inggris agar bisa menyamai, bahkan mungkin melewati perolehan trofi Man United.

Bagi Juergen Klopp, target itu juga harus tercapai jika ingin namanya sejajar dengan Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho, dan Pep Guardiola.

Ketiga nama besar itu adalah pelatih yang sukses membawa timnya mempertahankan gelar Liga Inggris era Premier League.

Baca juga: Jugen Klopp: Jangan Senang Dulu, Liverpool!

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, melakukan selebrasi di lapangan seusai laga Liverpool vs Chelsea pada lanjutan laga Liga Inggris di Stadion Anfield, Minggu (14/4/2019).
AFP/PAUL ELLIS
Manajer Liverpool, Juergen Klopp, melakukan selebrasi di lapangan seusai laga Liverpool vs Chelsea pada lanjutan laga Liga Inggris di Stadion Anfield, Minggu (14/4/2019).

Piala FA dan Piala Liga Inggris

Selanjutnya, Piala FA dan Piala Liga harus menjadi prioritas Liverpool meski hanya berstatus kompetisi sekunder di Inggris.

Pasalnya, Liverpool sudah lama tidak mengangkat trofi di Stadion Wembley yang merupakan venue laga final Piala FA dan Piala Liga Inggris.

Kali terakhir Liverpool juara Piala Liga Inggris adalah musim 2011-2012, sementara Piala FA 13 tahun yang lalu.

Bersama Juergen Klopp, pencapaian Liverpool di Piala FA dan Piala Liga Inggris tidak terlalu spesial, bahkan tidak konsisten.

Baca juga: 7 Momen Emas Perjalanan Liverpool Juara Liga Inggris 2019-2020

Liverpool terakhir kali tampil di Stadion Wembley adalah saat menghadapi Man City pada final Piala Liga Inggris musim 2015-2016.

Klopp yang saat itu melakoni final pertamanya bersama Liverpool gagal membawa gelar juara setelah kalah dalam drama adu penalti.

Menjadi runner-up edisi 2015-2016 adalah pencapaian terbaik Liverpool di Piala Liga Inggris bersama Juergen Klopp.

Gagal total di lima musim beruntun tentunya tidak bagus bagi Liverpool yang sampai saat ini masih berstatus tim tersukses Piala Liga Inggris, dengan koleksi delapan trofi.

Status itu bahkan terancam lepas dari genggaman Liverpool. Karena, Man City pada musim ini sukses mempertahankan gelar Piala Liga Inggris untuk kali ketiga sehingga mengumpulkan tujuh trofi Piala Liga Inggris.

Lalu, di Piala FA, prestasi terbaik Klopp bersama Liverpool hanyalah mencapai 16 besar yang diraih musim ini.

Kedalaman skuad

Melihat perjalanan Liverpool di Piala Liga Inggris dan Piala FA selama lima musim terakhir, kedalaman skuad adalah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Klopp pada musim depan.

Pemain pelapis Liverpool terlihat belum mampu menggantikan peran skuad utama, entah itu ketika Klopp melakukan rotasi ataupun saat tim sedang deadlock.

Faktor kedalaman skuad inilah yang juga membuat Liverpool tersingkir pada babak 16 besar Liga Champions musim ini.

Liverpool gagal mempertahankan gelar Liga Champions setelah kalah agregat 2-4 dari wakil Spanyol, Atletico Madrid.

Pada leg pertama di Stadion Wanda Metropolitano, Liverpool yang tampil mendominasi gagal melepaskan satu pun tembakan tepat sasaran dan harus menyerah 0-1.

Trio penyerang Liverpool, yakni Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, dibuat mati kutu oleh Atletico Madrid pada saat itu.

Laga Atletico Madrid vs Liverpool pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Wanda Metropolitano, 19 Februari 2020.
AFP/JAVIER SORIANO
Laga Atletico Madrid vs Liverpool pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Wanda Metropolitano, 19 Februari 2020.

Seusai laga leg pertama, legenda Liverpool, Jamie Carragher, langsung memberi peringatan untuk Juergen Klopp.

Carragher menilai Liverpool harus segera mencari penyerang baru karena kualitas pemain pelapis seperti Divock Origi belum setara dengan Mane, Firmino, dan Salah.

"Ketika salah satu dari Mane, Firmino, dan Salah tidak bermain, Liverpool akan mendapat masalah besar," kata Carragher dikutip dari situs Viasport.

"Liverpool harus segera mencari striker baru agar Klopp memiliki opsi untuk menerapkan strategi yang berbeda," ujar Carragher.

Berlanjut ke leg kedua di Stadion Anfield, masalah Liverpool pindah dari lini depan ke sektor pertahanan, terutama penjaga gawang.

Gol Georginio Wijnaldum dan Firmino tidak berarti untuk Liverpool karena gawang Adrian San Miguel del Castillo kebobolan tiga kali pada masa perpanjangan waktu.

Tiga gol Atletico Madrid di Stadion Anfield dicetak oleh dua pemain pengganti, yakni Marcos Llorente dan Alvaro Morata.

Pemain cadangan yang bisa memberi perbedaan seperti Morata dan Llorente inilah yang tidak dimiliki oleh Liverpool saat ini.

Timpangnya kualitas pemain utama dengan pelapis juga jelas terlihat di sektor penjaga gawang Liverpool.

Adrian yang menjadi kiper kedua Liverpool terlihat tidak bisa menggantikan peran Alisson Becker ketika sang kiper utama cedera.

Hal itu tecermin ketika Adrian melakukan dua blunder, yaitu pada laga melawan Chelsea di Piala FA dan leg kedua 16 besar Liga Champions versus Atletico Madrid.

Alhasil, mimpi Liverpool meraih treble winners atau juara Piala FA, Liga Inggris, dan Liga Champions dalam semusim gagal terwujud.

Hingga saat ini, Man United menjadi satu-satunya tim Inggris yang pernah meraih treble winners. Kesuksesan itu diraih Man United pada musim 1998-1999.

Liverpool sebenarnya pernah meraih treble winners pada musim 2000-2001. Namun, gelar yang didapat Liverpool saat itu kelasnya masih di bawah Man United.

Man United meraih treble winners dalam pengertian sesungguhnya, yakni Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala FA. Adapun treble winners Liverpool adalah Liga Europa, Piala FA, dan Piala Liga Inggris.

Liverpol Menambah Daftar Gelar Juara Liga Inggris 2019-2020 setelah Menanti 30 Tahun - (AKBAR BHAYU TAMTOMO)

Jadi, Liverpool tidak boleh terlena dengan kesuksesan meraih gelar Liga Inggris musim ini. Masih banyak yang harus dilakukan Liverpool untuk bisa kembali menyandang status tim terbaik Inggris.

Menyapu bersih Liga Inggris, Liga Champions, Piala FA, dan Piala Liga Inggris dalam semusim mungkin bisa menjadi jalan pintas Liverpool kembali ke singgasananya.

Dalam sejarah sepak bola Inggris, belum ada tim yang pernah meraih empat gelar dalam semusim atau biasa disebut quadruple seperti itu.

Mampukah Liverpool mengukir sejarah tersebut? Mari kita lihat bersama....

 

 M E N U :