JEO - Peristiwa

Selasa, 3 November 2020 | 08:25 WIB

 SERI PEMILU AS 

 

SIAPA BILANG
PRESIDEN AMERIKA SERIKAT
DIPILIH LANGSUNG
OLEH RAKYAT?

Pemenang Pemilu Presiden AS akan ditentukan oleh perwakilan (elector). Suara rakyat sejatinya adalah memilih elector di tiap negara bagian. Suara terbanyak rakyat juga belum tentu menghasilkan elector terbanyak untuk kandidat yang dipilih rakyat.

AMERIKA Serikat (AS) dikenal sebagai ikon demokrasi dunia. Negara adidaya ini akan menggelar Pemilu Presiden pada 3 November 2020 waktu setempat. 

Pada pemilu kali ini, kandidat presiden yang berlaga di Pemilu Presiden 2020 ini adalah petahana Donald Trump yang menggandeng Mike Pence sebagai cawapres di kubu Partai Republik, berhadapan dengan Joe Biden yang menggandeng Kamala Harris sebagai cawapres di kubu Partai Demokrat.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) dan calon presiden Joe Biden berhadapan di final debat Capres AS, yang digelar di Belmont University, Nashville, Tennessee, Kamis (22/10/2020). Debat ini dimoderatori oleh Kristen Welker dari NBC News.
POOL REUTERS via AP/JIM BOURG
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) dan calon presiden Joe Biden berhadapan di final debat Capres AS, yang digelar di Belmont University, Nashville, Tennessee, Kamis (22/10/2020). Debat ini dimoderatori oleh Kristen Welker dari NBC News.

Namun, masih banyak orang, bahkan warga AS, yang tidak tahu bahwa rakyat AS pemilik hak pilih tidak memilih presidennya secara langsung (direct election) seperti sistem di banyak negara lain termasuk Indonesia.

Bila banyak negara lain sesama penganut sistem demokrasi menentukan pemenang pemilu adalah kandidat yang mengumpulkan suara terbanyak dari rakyat sebagai pemilih (popular vote), AS menggunakan sistem perwakilan.

Baca juga: Peta dan Analisis Swing State di Pemilu Presiden AS 2020

538 perwakilan negara bagian (elector) yang tergabung dalam Electoral College akan memberikan suara kepada pasangan calon presiden/calon wakil presiden (capres/cawapres) yang bertarung.

Pasangan kandidat yang memperoleh paling sedikit 270 electoral votes terpilih menjdi presiden dan wakil presiden.

Dari total 538 elector, setiap negara bagian memiliki jumlah elector yang berbeda.

Jumlah elector di masing-masing negara bagian itu ditetapkan berdasarkan komposisi 435 kursi House of Representatives (DPR), 100 kursi Senat, ditambah tiga jatah electoral votes untuk Ibu Kota Washington DC.

Pantau juga: Hasil Pilpres AS 2020 Trump vs Biden

Alokasi electoral votes tiap negara bagian dibagi proporsional sesuai dengan sensus jumlah penduduk.

Negara bagian yang padat populasi seperti California (55 electoral votes), Texas (38), dan Florida (29) memiliki elector lebih banyak. Adapun negara bagian kecil seperti Montana, Delaware, dan North Dakota hanya memiliki tiga elector.

 

Seluruh negara bagian kecuali Nebraska dan Maine menerapkan sistem winner-takes-all. Kandidat akan memperoleh seluruh electoral votes jika mendapat dukungan terbanyak dari elector di sebuah negara bagian.

Adapun Nebraska dan Maine memecah electoral votes-nya berdasarkan sistem distrik kongresional.

Untuk Nebraska yang memiliki lima electoral votes, tiga electoral votes diberikan kepada pemenang tiga distrik kongresional. Sisa dua electoral votes dialokasikan kepada kandidat yang meraih suara terbanyak di seluruh negara bagian Nebraska.

Sedangkan untuk Maine yang dialokasikan tiga electoral votes, satu elector dipilih dari distrik kedua Maine. Kandidat yang meraih suara terbanyak di seluruh negara bagian Maine memenangkan dua electoral votes tersisa.

Detail pengaturan mengenai elector dan electoral college di masing-masing negara bagian dapat dibaca di sini

 

 MENU ARTIKEL: 

LAHIR DARI KOMPROMI

Gedung Putih (White House), istana kepresidenan Amerika Serikat.
SHUTTERSTOCK/ANDREA IZZOTTI
Gedung Putih (White House), istana kepresidenan Amerika Serikat.

APAKAH sebenarnya Electoral College dan mengapa AS menggunakan sistem unik ini?

Electoral College diatur pada Pasal 2 Ayat 3 Konstitusi AS. Sistem ini dipilih sebagai kompromi antara dua kubu, yaitu yang menginginkan presiden dipilih oleh DPR dan yang ingin presiden dipilih langsung oleh rakyat.

Electoral College juga dipilih oleh Founding Fathers AS untuk mencegah calon kharismatik populis yang mahir berorasi dengan mengesploitasi ketakutan, kecemasan, dan kemarahan pemilih memenangi pilpres.

Sosok kandidat semacam ini sering disebut demagogue yang berkampanye dengan demagogi menebar kebencian serta mengaduk-aduk emosi pemilih tanpa menawarkan solusi yang nyata terhadap akar persoalan.

Bagaimana proses pemilihan? Siapakah pula elector yang berkewajiban memilih Presiden?

Elector dipilih oleh partai politik Demokrat dan Republik. Mereka bisa mantan presiden, mantan gubernur, ketua umum dan petinggi partai setempat di daerah, anggota DPRD atau Senat negara bagian, atau warga biasa anggota partai.

Ketika rakyat AS memilih calon presiden dan calon wakil presiden pilihannya pada hari pemungutan suara, mereka sebenarnya memilih elector.

Mantan Presiden Bill Clinton, misalnya, adalah satu dari 29 elector dari New York pada Pilpres AS 2016.

Proses pemilihan elector dilakukan melalui voting internal partai. Partai kemudian akan mengirim daftar elector yang terpilih untuk dipilih pada hari pemilu.

Ketika rakyat AS memilih calon presiden dan calon wakil presiden pilihannya pada hari pemungutan suara, mereka sebenarnya memilih elector yang akan kemudian memilih calon presiden dan calon wakil presiden tersebut di electoral college.

Jangankan kita, bahkan banyak rakyat AS yang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya hanya sedang memilih elector, karena nama yang muncul di surat suara adalah nama capres dan cawapres.

Namun, proses memilihan di electoral college sejatinya hanyalah formalitas karena para elector  pun cenderung memilih kandidat pemenang negara bagian yang telah dipilih warga.

Misal, kandidat A memenangi popular vote negara bagian Arizona maka 11 elector dari Arizona akan memberikan suaranya kepada kandidat A di pertemuan yang digelar sebulan setelah pemilu. Elector yang membangkang akan dijatuhi sanksi oleh partai.

Baca juga: Serba-serbi Sistem Pemilu Presiden AS

Sejarah mencatat, pembangkangan toh pernah terjadi juga, yaitu pada Pilpres 2016. Tujuh elector menolak memberikan suara kepada Donald Trump dan Hillary Clinton dengan menuliskan nama lain. Elector seperti ini kerap disebut faithless electors.

Pada Januari setelah tahun pemilu, dalam hal pemilu kali ini berarti Januari 2021, suara electoral college dibuka dan dihitung oleh wakil presiden yang saat ini masih menjabat. Konteksnya, wakil presiden di sini adalah sebagai Presiden Senat AS.

Wapres akan membacakan hasilnya di sidang gabungan Kongres yang baru dilantik. Proses ini juga hanya formalitas karena Presiden terpilih biasanya sudah diketahui pada malam hari pemungutan suara pada November.

Presiden terpilih akan dilantik pada tanggal 20 Januari, dalam konteks pemilu kali ini berarti 20 Januari 2021.

 

 MENU ARTIKEL: 

 

 

PEMENANG BISA SAJA
BUKAN
PERAIH SUARA TERBANYAK
PILIHAN RAKYAT

Seorang polisi terlihat bersenjata lengkap mengamankan gedung Capitol di Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Senin (16/9/2013), menyusul penembakan di pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang berjarak kurang dari 3 kilometer dari gedung Senat Amerika ini.
AFP/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/MARK WILSON
Seorang polisi terlihat bersenjata lengkap mengamankan gedung Capitol di Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Senin (16/9/2013), menyusul penembakan di pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang berjarak kurang dari 3 kilometer dari gedung Senat Amerika ini.

HASIL popular vote alias pemilihan langsung oleh rakyat bisa jadi berbeda dengan hasil electoral vote. Meski ini langka, peristiwa ini pernah terjadi lima kali dalam sejarah Pemilu Presiden AS.

Kasus terakhir yang masih segar di ingatan adalah Pilpres 2016, ketika Hillary Clinton yang memenangi popular vote dari lawannya Donald Trump gagal mewujudkan ambisinya menjadi presiden.

Mantan Menteri Luar Negeri itu memenangkan 48,2 persen popular vote berbanding dengan 46,1 persen suara Trump. Namun, Gedung Putih menjadi "milik" Trump karena dia mengantongi 304 suara dari electoral votes, sementara Hillary hanya dipilih oleh 227 elector.

Apa yang terjadi jika dua kandidat sama-sama memenangkan 269 electoral votes alias separo dari total elector sehingga tidak ada kandidat yang meraih mayoritas?

Dalam hal demikian, DPR akan melakukan voting untuk memilih Presiden. Setiap delegasi negara bagian di DPR—bukan tiap anggota—memiliki satu suara untuk memilih presiden baru.

Kandidat yang berhasil meraih dukungan mayoritas 26 dari total 50 negara bagian di DPR akan memenangkan pilpres.

Momen seperti ini baru terjadi dua kali sepanjang sejarah Pemilu Presiden AS, yaitu pada 1800 dan 1824, merujuk data di laman history.house.gov

Adapun Wakil Presiden—dalam hal electoral votes tak mendapati selisih hasil—akan dipilih oleh Senat. Cawapres yang meraih suara mayoritas, yaitu 51 dari 100 senator, terpilih sebagai Wapres.

 

 MENU ARTIKEL: