JEO - Insight

Adu Strategi
demi "Piagam"
Zona Hijau Covid-19

Rabu, 8 Juli 2020 | 13:39 WIB

 

Pertarungan melawan Covid-19 ibarat sebuah perlombaan, meski bukan soal siapa yang kalah dan menang. Setiap daerah memiliki strategi masing-masing demi mendapat predikat zona hijau…

Sejumlah kabupaten kota masih mencatatkan nol kasus Covid-19. Ini sejumlah kunci mencegah wilayah terdampak Covid-19, setidaknya mencegah penularan terus berlanjut.

 ℘

KEHEBOHAN soal virus corona berubah dalam sekejap, dari pembicaraan soal angka ke sebuah predikat yang merepresentasikan kondisi suatu wilayah.

Sejak awal kemunculan virus corona di Indonesia, yakni pada Maret 2020, DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadi episentrum penularan virus.

Jumlah pasien yang tinggi membuat Ibu Kota Negara dan Provinsi Jabar menyandang status zona merah.

Namun, pada akhir Mei 2020, Provinsi Jawa Timur menduduki angka tertinggi dalam penambahan jumlah pasien corona di Indonesia.

 

Baca Juga Kronologi Kasus Covid-19 dari 1 Provinsi Jadi 34 Provinsi di Artikel: Di Ibu Kota Belum Reda, Kasus Covid-19 di Provinsi Lain Makin Banyak Pula

Kehebohan terjadi saat media massa menyebut Kota Surabaya berubah status menjadi zona hitam.

Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam, berbeda dengan wilayah lain di sekitarnya.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi mengatakan, warna hitam menunjukkan kasus Covid-19 di daerah tersebut lebih dari 1.025 kasus.

Baca Juga: Surabaya Jadi Zona Hitam, Apa yang Terjadi?

Pada Selasa (2/6/2020), jumlah pasien positif corona di Surabaya sudah mencapai 2.748 orang.

Seturut waktu, Surabaya tak lagi disebut sebagai zona hitam. Sekalipun, angka kasus di Kota Surabaya hingga tulisan ini tayang masih menjadi proporsi terbesar dibanding kabupaten kota lain di Jawa Timur.

Empat zona

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menggunakan predikat zona berwarna untuk memetakan penyebaran virus corona pada setiap kabupaten kota di Indonesia.

Ada empat kategori wilayah terkait penyebaran Covid-19. Yaitu, risiko tinggi yang ditandai dengan zona merah; risiko sedang ditandai dengan zona oranye.

Kemudian, risiko rendah dengan zona kuning; dan zona hijau yang menjelaskan kabupaten kota tidak lagi atau belum terdampak.

Selain itu, zona warna juga digunakan untuk menandai protokol kesehatan yang harus diterapkan dan dipatuhi.

Berbicara tentang zona hijau, sebenarnya ada daerah di Indonesia yang termasuk zona hijau. Bahkan, kabupaten kota ini dinyatakan sama sekali tidak memiliki pasien positif Covid-19, alias nol kasus.

Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 Pemerintah mengumumkan setidaknya ada 100 daerah yang hingga 30 Mei 2020 tercatat sebagai daerah zona hijau atau nol kasus Covid-19.

Namun, jumlah tersebut memang masih terus bergerak. Hingga 7 Juli 2020, misalnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebut ada 456 kabupaten kota yang telah terdampak Covid-19.

Baca juga: Jokowi, Covid-19, dan Hikayat Mudik

Artinya, hingga 7 Juli 2020, tinggal 58 kabupaten kota yang tidak lagi atau belum terdampak Covid-19. Saat ini di Indonesia ada 514 kabupaten kota, yaitu 416 kabupaten dan 98 kota.

Kompas.com mengumpulkan sejumlah masukan dari kepala daerah dan otoritas terkait di wilayah yang sampai tulisan ini tayang berstatus zona hijau. Seperti apakah itu?


Baca juga update data yang diperbarui setiap hari:

 

Disclaimer:

Hingga artikel ini tayang pertama kali pada pada 8 Juli 2020, sejumlah daerah yang menjadi rujukan kutipan pada artikel ini masih berstatus nol kasus Covid-19 merujuk data hingga 5 Juli 2020.

6 KUNCI JADI ZONA HIJAU

APA saja yang dapat membuat suatu daerah bisa masuk kategori zona hijau? Berikut ini enam kunci yang disebut untuk itu: 

Koordinasi 

Penanganan virus corona tak cuma bergantung pada alat atau anggaran.

Justru,  langkah kunci pertama adalah koordinasi yang baik antara kepala daerah, tim gugus tugas, tim medis hingga masyarakat.

Kepala Dinas Kesehatan Lampung Timur Nanang Salman Saleh mengatakan, begitu masa tanggap darurat virus corona diberlakukan, kepala daerah melalui tim gugus tugas langsung membangun skema koordinasi terstruktur.

 "Apa yang kami lakukan seperti halnya di kabupaten lain. Hanya saja, kami berusaha mengefektifkan koordinasi yang sudah dibangun," kata Nanang kepada Kompas.com, Rabu (10/6/2020).

Baca juga: Faskes Cepat Tanggap, Kunci Sukses Lampung Timur Nihil Kasus Corona

Koordinasi terstruktur yang Nanang maksud, itu mulai dari pemerintah desa, naik ke kecamatan dan bermuara di kabupaten.

Setiap jenjang koordinasi memiliki relawan yang siap “jemput bola”, merespons cepat ketika ada indikasi virus corona di tengah masyarakat.

Puskesmas jadi ujung tombak

Sebenarnya, sejak wabah varian baru virus corona mencuat di pemberitaan, hampir semua wilayah di Indonesia telah bersiap. Itu bahkan sejak sebelum Pemerintah mengumumkan kasus positif pertama di Indonesia.

Persiapan yang dilakukan mulai dari pembentukan tim khusus untuk menangani pasien Covid-19 hingga menyiapkan ruang khusus untuk isolasi pasien.

Meski begitu, pelaksanaan strategi setiap daerah ternyata berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah Lampung Timur.

Tidak ada warga yang terjangkit Covid-19 di Lampung Timur, disebut sebagai buah kerja keras puskesmas yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Baca juga: Bicara Corona Pakai Komik, Termasuk soal Bahaya Mudik

Nanang Salman Saleh mengatakan, sejak awal masa tanggap darurat virus corona diberlakukan, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama langsung diberdayakan.

"Puskesmas jadi ujung tombak dengan koordinasi di tingkat desa sampai kabupaten," kata Kepala Dinas Kesehatan Lampung Timur Nanang Salman Saleh saat dihubungi, Selasa (2/6/2020).

Secara kewilayahan, puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat.

Lampung Timur menggunakan puskesmas sebagai “teropong” bagi Gugus Tugas dan Bupati. Karenanya, segala informasi yang beredar di tengah masyarakat langsung dapat cepat direspons.

Lalu, ketika ada warga yang berobat, terutama yang mengalami gejala mirip Covid-19, tenaga medis di puskesmas bisa langsung menangani.

Misalnya ketika menangani orang dalam pemantauan (ODP), petugas puskesmas langsung membawa pasien ke RS Sukadana, Lampung Timur.

"Jika ternyata ODP itu bergejala, langsung diisolasi di RS Sukadana, begitu juga dengan PDP," kata Nanang.

Bekal pengetahuan

Mengendalikan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan adalah tantangan tersendiri bagi kepala daerah dan Gugus Tugas.

Sosialisasi menjadi penting untuk dilakukan, terutama bagi masyarakat daerah yang belum paham betul mengenai bahaya dan cara mencegah penularan virus.

Kabupaten Manggarai Timur yang memiliki 176 desa dan kelurahan berupaya memastikan masyarakat memiliki cukup pemahaman tentang disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Baca juga: Mengapa Jaga Jarak sampai Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona

"Protokol Covid-19 disosialisasikan kepada seluruh masyarakat melalui pemerintah desa, petugas medis, serta lembaga pendidikan. Masalah Covid-19 adalah masalah semua lapisan masyarakat," ujar Juru Bicara Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Manggarai Timur, Bonifasius Sai, saat dihubungi Kompas.com, pada 29 Mei 2020.

Masyarakat perlu diberitahu tentang pentingnya sering mencuci tangan, menjaga jarak, dan menahan diri untuk tidak saling berkunjung.

Upacara ritual adat yang mengumpulkan masyarakat ditiadakan sementara di seluruh kampung.

Bahkan, masyarakat berinisiatif sendiri untuk mengurangi intensitas berdagang di pasar untuk menghindari kerumunan.

Baca juga: Manggarai Timur, NTT, Nol Kasus Covid-19, Ini Kuncinya

 

Antisipasi mudik dan lebaran

Salah satu periode yang cukup krusial dalam penanganan virus corona adalah momentum hari raya Idul Fitri.

Tak bisa dipungkiri, masing-masing kepala daerah harus berpikir keras untuk mengantipasi datangnya pemudik dari kota besar, apalagi yang berasal dari zona merah virus corona.

Kabupaten Lebong adalah salah satu wilayah paling disiplin di Provinsi Bengkulu dalam menolak pendatang untuk masuk ke wilayah itu.

Baca juga: Jokowi, Covid-19, dan Hikayat Mudik

Demi mempertahankan zona hijau, Pemkab Lebong menutup total semua arus lalu lintas warga dari luar wilayah atau sebaliknya selama lebaran.

Menurut Bupati Lebong Rosjonsyah, setiap posko di perbatasan telah dilakukan penebalan penjagaan, dengan cara memberi blokade di tengah jalan.

Blokade di setiap perbatasan masuk kabupaten yang dijaga oleh aparat keamanan dari TNI dan Polri.

"Distribusi logistik makanan dan obat-obatan tetap bisa masuk ke Kabupaten ini, tetap dicek dan diperiksa oleh Satgas yang berjaga di posko," sebut Rosjonsyah.

Meski zona hijau, Kabupaten Lebong tidak menggelar shalat Idul Fitri berjemaah di masjid atau lapangan, serta tidak mengadakan open house.

Baca juga: Demi Pertahankan Zona Hijau, Kabupaten Ini Tutup Perbatasan saat Lebaran

 

Manfaatkan letak geografis

Letak geografis ternyata bisa "menguntungkan" suatu daerah dalam perang melawan Covid-19.

Semakin mudah pemantauan akses masuk ke suatu wilayah, akan semakin mudah pula mengawasi para pendatang dari daerah lain.

Hal ini dirasakan oleh Kabupaten Samosir di Sumatera Utara, yang termasuk zona hijau alias nol kasus Covid-19.

Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengatakan, posisi Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba menguntungkan, karena pintu masuk ke Samosir menjadi mudah dideteksi dan diawasi.

“Semuanya kita buat penjagaan di sana. Satpol PP, TNI-Polri, petugas kesehatan, berjaga di pintu masuk itu. Semua kita ukur suhu tubuhnya dan kita cek semuanya untuk antisipasi corona ini,” kata Rapidin.

Menurut Rapidin, petugas tidak segan-segan menolak, mengusir, dan atau mengarantina pendatang, apabila yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan dalam protokol kesehatan untuk Covid-19. 

Baca juga: Samosir Bersih dari Virus Corona, Bupati Bocorkan Rahasianya

Butuh ketegasan

Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengatakan, Kabupaten Samosir memiliki banyak lansia yang rentan dan berisiko tinggi tertular virus, termasuk varian baru virus corona (SARS-CoV-2).

Karena itu, pedagang-pedagang besar tidak boleh lagi berjualan sejak virus corona merebak. Hal serupa berlaku juga untuk obyek wisata, semua ditutup untuk sementara.

Rapidin mengakui bahwa banyak sekali warga yang protes dengan kebijakan terkait Covid-19. Namun, dukungan TNI dan Polri membuat masyarakat berpikir dua kali untuk tak mengikuti ketentuan. 

“Kalau mau konsisten dengan kesehatan ya harus begitu. Tidak ada ampun. Ada beberapa kapal dipulangkan langsung,” kata Rapidin.

Menurut Rapidin, banyak proyek di Samosir yang pekerjanya dari luar daerah. Namun, Pemkab dan warga telah sepakat agar semua pekerja harus rapid test sebelum bekerja.

“Kalau (hasil tes adalah) reaktif (terhadap virus corona), kami tak ada toleransi. Pulang (diperintahkan kepada pekerja pendatang tersebut)," kata Rapidin.


Baca juga update data yang diperbarui setiap hari:

BUKAN LANGKAH MUDAH, MESKI TAK MUSTAHIL

DATA dari hari ke hari memperlihatkan, tak mudah menjaga wilayah untuk tetap bebas dari wabah virus corona. 

Ada daerah yang sejak hari-hari pertama langsung memberlakukan sejumlah langkah dan protokol, tetap saja terbenam dalam ribuan kasus Covid-19.

Sebagian daerah lain sempat pula jumawa atas catatan kasus yang minim dan angka kesembuhan yang tinggi. Pada hari ini, data daerah yang sama buyar oleh angka-angka buram terkait Covid-19.

Baca juga: Quo Vadis PSBB

Dari jumlah kabupaten kota yang terdampak Covid-19, peningkatan yang terlihat pun menyesakkan hati. 

 

Perjuangan berat melawan Covid-19 menyisakan 58 kabupaten kota pada data hingga 7 Juli 2020. Belum cukup untuk merasa puas, apalagi berbangga. "Perlombaan" masih belum menyentuh garis finish, bahkan masih jauh.

Setiap daerah masih punya kesempatan yang sama untuk bangkit dan menyesuaikan strategi yang pas.

Corona mungkin tidak pernah benar-benar pergi, tapi upaya-upaya baik pun tidak akan pernah mati.


Baca juga update data yang diperbarui setiap hari: